The best way to make children good is to make them happy.
Oscar Wilde

TEMAN BICARA (1)

author
Sundari Hana Respati
Minggu, 31 Maret 2019 | 20:00 WIB
SHUTTERSTOCK |

Beberapa bulan lalu, di awal pernikahan, ada buanyak perubahan yang terjadi di dalam hidup ini (ceileh). Selain perubahan status, hal lain yang berubah adalah teman bicara.

Katanya, ketika menikah kita akan mendapat teman bercerita sehingga kita tidak akan pernah merasa kesepian. Baiklah, kawan-kawan sekalian, itu bohong! Jangan percaya!

Kepindahan kami ke Minahasa Utara dan berdua saja di bawah satu atap justru menghilangkan teman—teman bicaraku. Sebelumnya, ketika masih di Jogja atau di rumah mertua di Gresik, tidak sulit mencari teman bicara. Keluar kamar, sudah ketemu Ibu mertua. Keluar rumah, sudah ketemu tetangga, atau bisa janjian dengan teman di kafe atau di mall.

Di sini aku belum mengenal banyak orang. Tetangga yang kebanyakan para pekerja sudah keluar rumah dan kembali hampir malam hari, karena kebanyakan lokasi kerjanya di tengah kota yang berjarak hampir satu jam dari sini.

Baca juga: Seberapa Sehat Pernikahan Kamu? Cek Dengan 10 Pertanyaan Ini

Suamiku pun harus berangkat jam 6 pagi dan pulang sekitar jam 9 atau jam 10 malam. Selama matahari masih bersinar aku sibuk mencari kesibukan. Menelepon ibu, ibu mertua, teman di Jogja, kadang tak sekadar tukar suara, tapi juga video call dengan mereka. Terima kasih teknologi, tapi bicara lewat telepon rasanya tidak pernah sama dengan berbicara langsung. Apalagi semua punya kesibukan, sehingga tak bisa aku ‘ganggu’ sesuka hatiku.

Aku mulai merasa kesepian. Bertemu suami hanya malam hari dengan wajah kelelahan bekerja seharian, rasanya tidak tega kalau harus menahan beliau terjaga hanya untuk mendengarkan celotehanku saja.

Sebagai wanita yang merasa harus menyalurkan ribuan kata keluar lewat mulutnya dalam satu hari tetapi tidak bertemu lawan bicara yang bisa mengimbangi rasanya bisa bikin sedih sendiri. Kadang sampai overthinking, atau nangis sendiri. Sampai suatu hari aku mengungkapkan apa yang aku rasa.

Baca juga: Sangat Kesepian, Ibu 3 Anak Ini Tak Pernah Punya Teman

“Kayaknya, lama-lama aku bisa stres deh,” kataku. Memang bukan contoh yang baik untuk membuka pembicaraan.

“Kenapa?” tanya suamiku, sambil terus memandangi handphone karena ada pekerjaan yang harus tetap dikontrol dari rumah.

“Habisnya aku enggak punya temen bicara.” Suaraku melemah.

Handphone yang tadinya tak lepas dari tangan suamiku, langsung ditaruh di meja. Badannya diarahkan padaku.

“Apa? Apa? Kamu mau cerita apa? Cerita sama Mas.”

Aku sebenarnya tidak menyangka akan dapat reaksi seperti itu dari seseorang yang cueknya luar biasa dan pelit bicara. Aku jadi gorgi, lupa mau cerita apa.

Ternyata kesepian dan kesendirian yang aku rasa hanya perasaanku saja. Toh ternyata, ada sepasang telinga yang siap mendengar jika diminta.

Semenjak itu, sepulang dari kantor suamiku hampir selalu bertanya lebih dulu hari itu aku melakukan apa saja, baca buku apa saja, belajar apa saja, terkadang beliau yang bercerita tentang kejadian yang dialaminya. Aku? Tentu saja dipancing sedikit, celotehannya sudah banyak.

Oke, kata-kata yang kukira kebohongan belaka di awal tulisan ini aku tarik lagi. Ternyata yang aku butuhkan adalah waktu untuk beradaptasi, belajar untuk berteman dengan perubahan-perubahan.

Baca juga: 7 Tantangan Yang Dihadapi Pasangan Milenial

|

Katanya, dalam rumah tangga, komunikasi harus terjaga. Meski komunikasi tak hanya dengan bertukar kata, bisa juga lewat mata.

Kami berdua masih belajar. Masih saling mengenal. Kehilangan kebiasaan lama tak mengapa, karena terganti dengan kebiasaan baru yang tak kalah seru.

Kamu, yang merasa kesepian setelah pernikahan karena merasa berjarak dengan teman, mungkin hanya butuh waktu. Waktu untuk berkenalan dengan lingkungan barumu. Tidak perlu terburu-buru.

Semangat ya, para pengantin baru!

 

 

Sundari Hana Respati

IG @sundarihana

Blogger kelahiran Duri, 6 September 1992 yang menikmati kehidupan sebagai ibu rumah tangga baru. Selain aktif menulis di blog dan media sosial, lulusan S1 Gizi Kesehatan UGM ini sangat hobi nonton drama Korea.

Penulis Sundari Hana Respati
Editor Ratih Sukma Pertiwi