Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Apa, sih, Shaming Itu?

author
Hasto Prianggoro
Senin, 3 Desember 2018 | 15:18 WIB
| SHUTTERSTOCK

“Gendut, sih, kamu, jadi susah cari jodoh..”

“Masih bayi, kok, dikasih sayuran, sih, Mom, nggak kasian tuh..”

“Kamu kalau pakai kebaya jadi kayak ondel-ondel..”

Petikan obrolan di atas biasa kita temukan bertebaran di mana-mana, baik di percakapan sehari-hari maupun di media sosial. 

Fenomena shaming seperti ini memang makin marak setelah munculnya media sosial. Semakin banyak perempuan yang sepertinya “tega” mengkritik atau bahkan mengolok-olok apa yang dilakukan perempuan lainnya, seolah-olah hanya dia sendiri pemilik kebenaran.

Menurut psikolog Tara de Thouars, M.Psi., woman shaming, seperti body shaming dan mom shaming, merupakan bagian dari bullying dan sengaja dilakukan untuk menjatuhkan, merendahkan, mempermalukan, atau menyakiti perempuan lain.

Baca juga: Curhat Mayu Soal Body Shaming: Selama Lo Gendut, Enggak Ada yang Mau!

Topik woman shaming sangat terkait dengan topik yang dihadapi perempuan sehari-hari. Body shaming terjadi ketika perempuan mengkritik atau mengolok-olok tubuh atau penampilan fisik perempuan lain.

Sementara mom shaming terjadi ketika seorang perempuan atau seorang ibu mengkritik cara perempuan/ibu lain mengasuh dan merawat anaknya. Misalnya dalam hal penyapihan ASI, metode persalinan (normal atau caesar), menjadi perempuan karier atau ibu rumah tangga, dan sebagainya.

Baca juga: Mona Ratuliu Soal Body Shaming: Kurangi Komentar Enggak Perlu!

Tujuan woman shaming yang lain, lanjut Tara, adalah membandingkan peran perempuan satu dengan perempuan lain, sekaligus menjatuhkan peran perempuan lain.

"Perempuan yang dishaming akan merasa apa yang ia lakukan itu kurang atau salah, sementara perempuan yang melakukan shaming biasanya akan merasa menang dan merasa benar."

Yuk, stop berkomentar negatif yang menghina atau mempermalukan orang lain. Kita #SudahiShaming mulai sekarang!

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro