A father holds his daughter’s hand for a short while, but he holds her heart forever.
Unknown

#SudahiShaming, Ini Saran Pakar Buat Para Pelaku!

author
Hasto Prianggoro
Kamis, 6 Desember 2018 | 10:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Tindakan body shaming kepada orang lain, baik secara sadar atau tidak, sangat menyakiti hati, lo. Jadi buat yang merasa pernah melakukan body shaming, mulai deh rem jempol kamu. Coba sebelum berkomentar, ikuti 3 saran psikolog Tara de Thouars ini.

1.Sering melakukan shaming pada orang lain bisa jadi merupakan pertanda kita tak puas dengan hal-hal di kehidupan kita. "Sehingga untuk mencari pembenaran atas ketidakpuasan tadi, kita mempermalukan atau menjatuhkan orang lain," ungkap Tara.

Jadi, sebelum melakukan shaming, coba tanyakan ke diri sendiri, jangan-jangan kita sendiri yang punya masalah.

Baca juga: 2 Alasan Kita Lebih Berani Shaming di Media Sosial

2.Sebaiknya kita lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Karena, meski tak ada konsekuensi langsungnya, tetap saja akan membuat kita feel bad about it.

Setelah menshaming, biasanya akan muncul perasaan bersalah dan membuat orang lain pun menilai kita buruk.

Jadinya malah muncul konflik lagi, sehingga masalah tak selesai-selesai untuk sesuatu yang sebetulnya tidak penting.

Baca juga: Hati-hati, Komentari Fisik di Medsos Ada Hukumannya!

| SHUTTERSTOCK

3.Stop shaming karena shaming tidak akan membawa kita kepada kebaikan apapun. Shaming hanya akan membuat kita muncul sebagai sosok yang tidak punya empati dan tidak peduli pada orang lain. Dalam hidup ini akan selalu ada banyak sisi, sehingga berbeda pendapat adalah hal  yang wajar.

“Jadi enggak ada gunanya membela atau mempertahankan pendapat yang sebetulnya tidak ada benar atau salahnya,” ujar Tara menegaskan.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Ratih Sukma Pertiwi