When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Yuk, Lebih Bijaksana Membicarakan Kekurangan Maupun Kelebihan Anak di Depan Umum

author
Ruth Sinambela
Rabu, 2 November 2022 | 15:00 WIB
Bukan hanya memarahi, membicarakan keburukan anak di depan orang lain merupakan hal yang sebaiknya tidak Bunda lakukan, ya! | Shutterstock

Bukan hanya memarahi, membicarakan keburukan anak di depan orang lain merupakan hal yang sebaiknya tidak Bunda lakukan, ya! Selain tidak bijaksana, banyak akibat buruk yang bisa dirasakan anak apabila Bunda melakukannya.

Seringkali sebagai orang tua, Bunda dan Ayah tidak sengaja atau kelepasan membanding-bandingkan anak dengan anak lainnya, mungkin saat berkumpul bersama keluarga besar atau teman-teman. Bahkan situasi ini bagi sebagian orang merupakan hal yang wajar. Namun tahukah Bunda, kalau membicarakan keburukan anak di depan orang lain bisa berdampak tidak baik untuk tumbuh kembang si kecil?

Baca Juga: Tips Meredam Emosi Saat Akan Marah Pada Si Kecil

Anak merasa dipermalukan

Iya, Bun. Meski mungkin Bunda hanya membicarakannya sambil bercanda atau terbawa suasana karena tengah asik mengobrol dengan teman maupun keluarga, apabila si kecil mendengarnya hal tersebut bisa jadi membuatnya merasa sangat malu.

Apalagi kalau orang lain kemudian menegurnya dan membahas atau membicarakan kejelekannya tersebut, si kecil pasti akan merasa malu, marah, dan bahkan kecewa!

Seringkali sebagai orang tua, Bunda dan Ayah tidak sengaja atau kelepasan membanding-bandingkan anak dengan anak lainnya | Shutterstock

Hati-hati menggunakan media sosial!

Mempermalukan anak tidak hanya bisa dilakukan dengan membicarakan keburukan anak di depan orang lain, Bun. Di zaman sekarang ini bahkan bisa berdampak lebih parah, apabila Bunda memposting tingkah laku anak yang kurang baik di media sosial, dimana lebih banyak orang lagi yang bisa melihat dan membaca postingan tersebut.

Bayangkan ketika si kecil baru pertama kali bertemu seseorang yang merupakan teman atau kenalan Bunda di media sosial kemudian menegurnya dengan kalimat kurang baik, seperti, “Oh ini ya, si adik yang cemberut mulu itu!”

Duh Bun, jangan heran kalau ketika hal ini terjadi si kecil bisa terluka dan marah pada Bunda. Jangan sampai ya, Bun.

Baca Juga: Bagaimana Cara Tepat Memuji Anak? Simak Tipsnya Dari Pakar

Merasa buruk pada dirinya sendiri

Bunda, kualitas mental maupun karakter anak terbentuk bertahun-tahun lewat cara Bunda mengasuhnya juga lingkungan tempat dia tumbuh. Sehingga interaksinya dengan Bunda maupun orang lain akan sangat menentukan akan jadi anak yang seperti apa ia kelak.

Dengan membicarakan keburukan anak di depan orang lain, apalagi didengar langsung oleh si kecil, secara langsung bisa membuat mereka merasa minder dan tidak berharga lho, bun! Mulai sekarang yuk, hati-hati saat akan membicarakan buah hati Bunda di depan umum. Ingatlah bahwa perasaan si kecil pun sama berharganya dengan perasaan Bunda ya, Bun. Perlu dijaga, dihormati, dan dihargai.

Ketika orang tua terlalu memuja buah hatinya di depan orang lain, kemungkinan anak menjadi tidak bebas berekspresi bisa saja terjadi | Shutterstock

Bukan berarti Bunda harus terus memujinya

Meski tidak membicarakan keburukan anak, bukan berarti Bunda juga boleh memujinya terus-menerus apalagi dengan cara yang berlebihan. Mengapa? Karena hal ini pun diam-diam bisa menjadi tekanan untuk si kecil.

Ketika orang tua terlalu memuja buah hatinya di depan orang lain, kemungkinan anak menjadi tidak bebas berekspresi bisa saja terjadi. Padahal, tumbuh kembang anak yang baik adalah ketika anak dapat berekspresi sebagai dirinya sendiri dan merasa baik tentang dirinya dan orang lain.

Baca Juga: Jangan Mengumbar Amarah Ke Anak, Ini 5 Alasannya

Yuk, mulai sekarang lebih bijaksana saat membicarakan kebaikan-kebaikan anak, terlebih lagi keburukannya di depan umum. Jangan sampai hal ini justru berbalik mempermalukan anak, memberinya tekanan, dan membuatnya jadi tidak percaya diri, tidak bebas berekspresi dan tidak bisa menjadi versi terbaiknya sendiri.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi