You have a lifetime to work, but children are only young once.
Polish Proverb

Disabilitas Intelektual pada Anak, Bagaimana Sebaiknya Orang Tua Merespons?

author
Ruth Sinambela
Selasa, 4 April 2023 | 15:00 WIB
Kondisi Disabilitas Intelektual pada anak bukan berarti menghentikan langkah anak untuk meriah kesuksesan, cari terus potensi dari minat dan bakatnya, Bun! | Shutterstock

Memiliki anak berkebutuhan khusus tentu merupakan kondisi yang tidak mudah bagi setiap orang tua. Meski demikian, banyak sekali orang tua dengan anak berkebutuhan khusus yang bisa menjalani perannya dengan sangat baik hingga berhasil membentuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sehat, mandiri, dan bahagia, Bun. Salah satunya adalah anak berkebutuhan khusus dengan kondisi Disabilitas Intelektual (DI).

Mendorong, mendampingi, dan melibatkan anak dalam berbagai kegiatan positif baik individual maupun kelompok yang cocok untuk perkembangannya merupakan salah satu cara. 

Baca Juga: Sekolah Inklusi Sebagai Alternatif Sekolah untuk Si Kecil Berkebutuhan Khusus

Namun tak hanya itu, memberi perhatian dan cinta yang cukup dan dibutuhkan anak pun akan memberi energi positif yang nantinya menciptakan ruang bagi anak dengan kondisi Disabilitas Intelektual (DI), untuk bisa berkembang dan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Bertumbuh, berkembang, dan menjadi manusia mandiri yang sehat dan bahagia! 

Mengenal disabilitas intelektual

Disabilitas intelektual, seperti dilansir dari dinkes.jogjaprov.go.id, merupakan disfungsi atau  keterbatasan baik secara intelektual maupun perilaku adaptif yang dapat diukur atau dilihat dari berkurangnya kapasitas tindakan seseorang dalam cara tertentu. 

Secara prinsip, disabilitas intelektual ditandai oleh deteriorasi fungsi konkret di setiap tahap perkembangan hingga berkontribusi pada seluruh tingkat intelegensi atau kecerdasan. Dengan demikian penyandang DI akan memiliki keterbatasan pada fungsi intelektual, kemampuan adaptasi, kemampuan komunikasi, perawatan diri, keterampilan sosial, akademik, dan lain sebagainya.

Mendampingi anak berkebutuhan khusus sangat penting untuk perkembangan fisik dan mental anak | Shutterstock

Tingkat kecerdasan penyandang disabilitas intelektual

Pada anak, gejala DI dapat dilihat dari fungsi kognitif dan sosialnya. Dimana kondisi ini seringkali dapat mulai terlihat pada periode tumbuh kembang anak, yang ditandai dengan adanya defisit atau keterbatasan fungsi intelektual maupun sosial.

Baca Juga: Hebat, Gadis Down Syndrome Tampil di Ajang Miss USA

Dalam hal tingkat kecerdasan atau skor IQ, anak yang memiliki disabilitas intelektual dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu:

  • Disabilitas intelektual ringan, memiliki skor IQ 50-69
  • Disabilitas intelektual sedang, memiliki skor IQ 35-49
  • Disabilitas intelektual berat, memiliki skor IQ 20-34
  • Disabilitas intelektual sangat berat, memiliki skor IQ < 20

Gejala DI pada anak

  • Keterlambatan dalam pertumbuhan motorik kasar, misalnya duduk, merangkak, dan berjalan.
  • Mengalami keterlambatan bicara atau speech delay.
  • Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti makan, minum, mandi, dan berpakaian.
  • Sulit memahami, mengingat, atau memecahkan masalah, dan menyebabkan anak kesulitan belajar.
  • Butuh waktu lebih lama untuk memahami norma, aturan sosial, etika, hingga konsekuensi dari sebuah perilaku.
  • Seringkali mengalami tantrum, agresif, dan punya kontrol emosi yang lemah.

Terapi untuk anak penyandang disabilitas intelektual

Meskipun DI pada anak merupakan kondisi yang akan terus dimiliki seumur hidup, bukan berarti Bunda tidak dapat mengupayakan si kecil agar bisa menjalani hidupnya dengan baik dan mandiri. 

Dalam hal ini deteksi dan penanganan yang sedini mungkin tentu menjadi sebuah keharusan, selain juga berkonsultasi dan menjalani pemeriksaan lengkap dari ahlinya secara berkesinambungan atau berkelanjutan.

Memiliki komunitas yang baik dan suportif akan sangat membantu anak dengan Disabilitas Intelektual untuk tumbuh mandiri | Shutterstock

Beberapa terapi yang bisa Bunda berikan untuk si kecil dengan DI:

  • Terapi okupasi
  • Terapi wicara
  • Terapi remedial
  • Terapi fisik
  • Pendidikan kemampuan dasar anak
  • Pendidikan akademik khusus anak disabilitas

Peran orang tua

Peran Bunda dan Ayah merupakan hal yang paling penting untuk bisa membentuk anak dengan DI menjadi anak yang mandiri dan bisa bersosialisasi di dalam masyarakat. 

Meski situasi mungkin akan banyak mengambil waktu Bunda, meski keringat dan air mata mungkin akan selalu datang dan pergi. Namun dengan siap berjuang dan berpikir positif ke depan, yakinlah Bun, kalau perjalanan yang Bunda, Ayah, dan si kecil lalui juga akan dipenuhi tawa dan kebahagiaan yang belum tentu bisa dimiliki oleh orang tua lain di luar sana!

Baca Juga: Memilih Olahraga yang Tepat untuk Anak dengan Autisme

Bunda dan Ayah yang kuat dan mau mendampingilah yang sepenuhnya dibutuhkan anak dengan DI hingga kelak mampu beraktivitas dengan baik. Bahkan dengan menemukan komunitas yang cocok dan positif, bukan tidak mungkin anak penyandang DI pun juga bisa sukses di bidang yang ditekuninya di masa depan!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi