When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

6 Dampak Buruk Kekerasan Domestik Bagi Anak

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 31 Oktober 2018 | 16:24 WIB
| SHUTTERSTOCK

"Kekerasan dalam rumah tangga alias kekerasan domestik sulit disembunyikan dari perhatian anak, bahkan ketika anak masih tertidur lelap sekalipun,” kata Alicia H. Clark, sy.D, psikolog klinis di Washington DC. Anak, meskipun tidak melihat secara langsung kekerasan antara kedua orang tuanya, akan merasakan ada hal tak beres yang tengah terjadi. Dampaknya bisa banyak dan fatal.

Berikut 6 dampak yang bisa terjadi pada anak:

1.Gangguan Fisik

“Tubuh dan pikiran manusia memiliki hubungan yang sangat kuat. Bagi anak-anak, pengalaman tinggal atau dampak menyaksikan kekerasan domestik akan tampak pada fisik mereka,” kata Cindy W. Christian, M.D., Kepala Perlindungan Anak Korban Kekerasan dan Terlantar di The Children’s Hospital, Philadelphia.

Tanda fisik itu antara lain sakit kepala, sakit perut, perubahan napsu makan, insomnia, mimpi buruk, ngompol, atau masalah tidur. Di masa mendatang, risiko anak-anak ini menderita berbagai gangguan kesehatan juga akan meningkat.

2.Masalah Mental dan Emosional

Ketakutan, cemas, depresi, gangguan stres paska trauma, susah mengontrol emosi, dan perasaan ingin bunuh diri merupakan dampak yang terjadi pada anak-anak yang terpapar kekerasan domestik. Anak akan merasa bersalah karena tidak mampu membantu pada saat terjadi aksi kekerasan domestik.

3.Kebiasaan Berubah

Anak akan menjadi lebih tantrum, moody, tak mau lepas dari orang tua, menarik diri, bereaksi berlebihan, dan kembali melakukan kebiasaan di masa kecil seperti mengisap jari, membasahi diri sendiri, atau memakai bedak bayi.

Orang tua juga harus mengamati munculnya tanda kemarahan anak, napsu makan, serta pola tidur yang tidak biasa. Mereka juga bisa menjadi pecandu alkohol dan drop out dari sekolah kelak di usia yang lebih besar.

Baca juga: 8 Tips Membantu Anak Melewati Masa Duka

4.Hubungan Dengan Lingkungan Terganggu

Anak-anak belajar berinteraksi dengan orang lain dari melihat apa yang dilakukan orang tua. Ketika orang tua secara fisik saling menyakiti, anak akan menjadi tidak percaya. Karena enggan bersosialisasi, komunikasi anak-anak ini pun jadi tak bagus, mereka juga tidak mampu menyelesaikan masalah sehingga berpotensi menjadi korban bullying di sekolah. Selain menjadi korban bullying, mereka juga bisa berubah menjadi seorang abuser.

5.Tidak Dekat Dengan Orang tua

Kekerasan domestik juga memengaruhi relasi anak dan orang tua. Riset menunjukkan, anak-anak yang terekspos oleh kekerasan domestik akan sulit membangun kedekatan dengan orang tua. Anak-anak ini merasa marah kepada orang tua tapi tak mampu berbuat apa-apa, marah pada korban kekerasan domestik, misalnya ibu, karena tak bisa membela diri, atau merasa kasihan kepada ayah atau ibunya yang menjadi korban.

6.Masalah Belajar

Cemas, terbangun di tengah malam karena mimpi buruk, dan depresi akan membuat sulitnya anak-anak ini berkonsentrasi mengikuti pelajaran di sekolah. Akibatnya nilai pelajaran mereka turun. Tak jarang mereka juga menyalahkan diri mereka sendiri.

 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro