Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Kisah Maya Lamusu Ketika Harus Menetap di Belanda

author
Isna Triyono
Sabtu, 15 Desember 2018 | 08:00 WIB
DOK.PRI |

Maya Lamusu, kakak artis Cynthia Lamusu, berbagi kisah seru kepada Kanya.id ketika ia harus menetap di Belanda, jauh dari keluarga tercinta.

 

Menetap di luar negeri. Bayangannya pasti akan selalu happy, apalagi tinggal di Belanda, negeri yang indah, bersih dan semua tertata rapi.

Tapiii… perlu ‘perjuangan’ untuk adaptasi dan akhirnya enjoy tinggal di Belanda.

Saya tinggal di Belanda sejak Juni 2004.

Setelah menikah, saya harus mengikuti suami yang sejak kecil menetap di Belanda (suami orang Indonesia).

DOK.PRI |

Kehidupan saya otomatis langsung berubah ketika hidup merantau ke Belanda, harus beradaptasi dengan semuanya, terutama bahasanya. Untungnya, disediakan sekolah bahasa yang diperuntukkan (wajib) untuk setiap pendatang yang menetap di Belanda.

Saya inget banget, di bulan pertama pindah, hampir setiap hari saya nangis karena kangen keluarga. Maklum aja karena saya sangat dekat dengan keluarga dan enggak pernah jauh dari mereka. 

Apalagi kalau ditinggal suami kerja, saya sendirian di rumah, makin jadilah perasaan sedihnya.

Harus mandiri…!!!

Selain menahan rasa rindu, saya dan suami juga harus mandiri, semua dikerjakan sendiri. Termasuk ketika punya rumah, kita berdua bagi tugas. Saya yang ngecat, suami yang pasang lantai. Ketika beli perabotan pun, semua kita pasang sendiri. Jadi enggak perlu bayar orang hehehe.

Alhamdulillah… masa-masa adaptasi bisa segera dilewati. Saya menerima keadaan bahwa inilah pilihan hidup saya, menikah dan tinggal di luar negeri. Apalagi sekarang saya udah punya dua anak laki-laki. Saya menikmati jadi ibu rumah tangga, semua saya kerjakan sendiri, mulai dari bebenah rumah, masak, belanja, setrika, dan sebagainya.

DOK.PRI |

Pas hamil anak-anak, saya ngidam masakan Indonesia. Jadi kalau ngidam makanan apa, ya harus bikin sendiri. Waktu itu saya masih harus telepon mama untuk tanya resep dan cara buatnya (karena mama termasuk istri yang jago masak). Lama-kelamaan saya bisa masak deh.

Kalau ditanya, sampai sekarang, perasaan kangen keluarga masih sering banget terlintas. Apalagi baru-baru ini dapat kabar papa sakit. Sedih bangeettttt…

Saya cuma bisa memantau keadaan papa lewat video call dengan adik saya, Cynthia Lamusu.

Karena kita enggak bisa berbuat apa-apa di sana, ingin rasanya ada di dekat mereka, mengurus dan menyayangi mereka tapi apa daya. 

(Maya akhirnya sempat pulang ke Indonesia beberapa hari untuk menengok ayahnya karena bertepatan dengan hari herfstvakantie, liburan musim gugur, pertengahan Oktober 2018).

DOK.PRI |

Nah kalau cerita enaknya tinggal di Belanda, juga banyak banget. Salah satunya, Belanda itu bersih banget, segala sesuatunya sangat tertata. Tapi biar bagaimanapun keadaannya, saya tetap cinta Indonesia.

 

Groetjes,
Maya Lamusu
IG @mayalamusu

 

Penulis Isna Triyono
Editor Ratih Sukma Pertiwi