What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

Pakai Strategi Time Out, Begini Cara Yang benar

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 9 Januari 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Teknik time out pertama kali dikembangkan tahun 1960-an sebagai alternatif hukuman bagi anak yang lebih manusiawi. Teknik ini kemudian dipopulerkan oleh tayangan reality show seperti Supernanny.

Tapi benarkah strategi time out bisa memperbaiki perilaku anak, atau justru sebaliknya? Studi yang dilakukan Oregon Health and Science University di Portland, AS, menunjukkan data bahwa 85% orangtua yang menerapkan time out melakukan beberapa kesalahan sehingga hukuman ini justru tidak efektif. Misalnya, tetap mengajak anak berbicara, memarahi anak, atau membiarkan anak bermain selama time out. 

Nah, bagaimana menerapkan time out yang benar sehingga efektif? Berikut langkah-langkahnya:

1.Beri satu kali peringatan

Beri anak satu kali peringatan sebelum menerapkan time out. Jika anak tetap tidak mau kooperatif setelah 5 detik, barulah time out benar-benar diterapkan. Cara Ini ternyata efektif  dan mampu menurunkan jumlah time out hingga 74%.

2.Lakukan di luar kamar tidur

Tunggu sampai anak agak tenang, beri tahu anak apa kesalahannya, lalu lakukan time out. Minta anak duduk di ruang tamu atau ruang keluarga. Sebaiknya jangan memasukkan anak ke dalam  kamar tidurnya karena anak bisa melakukan hal-hal lain seperti bermain dengan mainannya atau membaca buku, dan lain-lain, sehingga time out tidak efektif. Jangan aja ia bicara, tak perlu juga menceramahi anak panjahg lebar soal kesalahannya.

| SHUTTERSTOCK

3.Hitung mundur

Sebagian ahli menyarankan time out diterapkan sampai anak tenang, meskipun bisa memakan waktu sejam atau lebih. Ada juga yang menyarankan satu menit untuk setiap satu tahun usia anak. Tapi, penelitian yang dilakukan Timothy Vollmer, Ph.D, profesor psikologi di University of Florida di Gainesville, AS, mengatakan, time out singkat 1-3 menit sudah cukup efektif bagi anak usia 3-5 tahun.

4.Bikin anak bosan

Selama time out, jangan ajak anak bicara dan jangan menengok atau menatap anak. Terkadang sulit bersikap tegas, apalagi jika anak merengek. Misalnya, ia bilang, “Kenapa Bunda melakukan ini?,” “Bolehkah aku minum?,” “Bunda, aku capek duduk terus..,” dan sebagainya. Apa pun yang anak katakan selama time out, abaikan.

 

Baca juga: Bolehkah Balita Ikut Kursus Olahraga? Simak Penjelasan Dari Pakar

 

5.Begitu waktu habis, hentikan time out.

Tidak peduli apakah anak masih sedikit tantrum atau menangis, begitu waktu time out habis, hentikan time out. Lalu, bagaimana kita tahu kalau time out berhasil? Robert E. Larzelere, Ph.D, profesor dari Oklahoma State University di Stillwater, AS, menegaskan, “Selama orangtua mengikuti cara time out tadi dan benar-benar konsekuen, anak akan paham dan pasti mendengar.”

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro