I finally realized that being grateful to my body was key to giving more love to myself.
Oprah Winfrey

Anak Suka Pegang-Pegang Pusar, Normal Enggak, Sih?

author
Hasto Prianggoro
Sabtu, 20 April 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Anak-anak batita sering melakukan kebiasan-kebiasaan “aneh” untuk membuat diri mereka nyaman. Contohnya, memegang-megang pusar sendiri, mengorek-ngorek lubang hidung, mengisap jempol, menarik-narik rambut, dan sebagainya. Apa yang harus dilakukan orangtua?

 

Kebiasaan yang biasanya diulang-ulang ini sebetulnya merupakan fase perkembangan yang normal dan muncul dari kebutuhan anak untuk mulai mengelola dirinya sendiri serta mencari sesuatu yang bisa membuatnya nyaman.

Anak-anak di usia ini juga tidak atau belum mengerti apa itu emosi. Akibatnya, mereka mencari sesuatu yang bisa mereka lakukan untuk membuat diri mereka nyaman sekaligus menemukan cara untuk mengelola emosi.

Baca juga:Bantu Anak Mengelola Emosinya, Ikuti 6 Tips Ini

Terkadang, alasan mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut juga bisa ditelusuri. Contohnya kebiasaan anak memainkan pusar mulai muncul di saat yang sama dengan saat mereka mulai melakukan potty training atau ketika mereka pindah kelas di sekolah. Meskipun anak tak terlihat mengalami stres, sangat mungkin bahwa kebiasaan-kebiasaan tadi berkaitan dengan situasi baru yang dihadapi anak.

Bisa juga anak melakukan kebiasaan-kebiasaan tadi karena “mengingatkan” mereka pada saat-saat ketika mereka masih bayi. Contoh, anak menarik-narik alisnya karena mengingatkan saat mereka masih bayi menggesek-gesekkan rambut mereka ke lengan sang Bunda sambil menyusu. Atau anak menggaruk-garuk muka karena ingat ketika mereka memegang-megang dagu atau pipi Bundanya sambil netek.

| SHUTTERSTOCK
“Otak manusia menyukai rasa nyaman dan akan mengaitkannya dengan kejadian yang dialami atau pernah dialami,” kata Jennifer Kolari, terapis keluarga dan anak serta penulis buku Connected Parenting: How to Raise A Great Kid, seperti dikutip Today’s Parent.

Anak-anak batita mencari sensasi kenyamanan yang pernah mereka alami saat bayi, seperti menghisap, menyentuh, kontak kulit, dan mencari cara untuk mengulanginya. “Suatu kebiasaan akan terbentuk ketika kita punya cukup catatan atau memori tentangnya,” lanjut Kolari.

Orangtua tak perlu terlalu khawatir ataupun malu saat mendapati si Kecil punya kebiasaan-kebiasaan tersebut. Coba alihkan perhatian anak atau cari alternatif permainan yang memiliki sensasi mirip dengan kebiasaan yang dilakukan anak. Misalnya mengganti kebiasaan anak memegang-megang pusar dengan membuat bentuk-bentuk playdough yang tekstur atau sensasinya mirip dengan memegang pusar tersebut

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro