Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Anak Gampang Akrab Sama Orang Lain, Baguskah?

author
Hasto Prianggoro
Kamis, 27 Juni 2019 | 15:45 WIB
| SHUTTERSTOCK

Ada batita yang gampang akrab dengan orang baru, tetapi ada juga yang sebaliknya. Apa sebabnya?

 

Sering, kan, kita lihat anak-anak batita yang bisa dengan cepat akrab dengan orang lain. Tahu-tahu nempel dan mau diajak kemana-mana. Ada beberapa sebab kenapa anak cepat akrab, antara lain karena faktor bawaan.

Faktor bawaan memang akan lebih dominan di usia batita. Anak-anak usia ini biasanya lebih cepat masuk ke lingkungan baru. Karakter seseorang mulai terbentuk di usia 0-7 tahun, meskipun masih bisa berubah atau diubah. Misalnya, anak yang bawaannya pemalu. Kalau dilatih dengan baik sebelum usia 7 tahun, sifat pemalu itu bisa diubah menjadi lebih berani. 

Faktor berikutnya adalah faktor lingkungan yang menyangkut pola asuh, proses pembelajaran, pembiasaan, penguatan, dan lain-lain. Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang demokratis, misalnya, biasanya akan lebih percaya diri. Mereka juga memiliki kemampuan mendominasi lingkungan, memiliki jiwa kepemimpinan, dan mampu melobi.

Baca juga: Yuk, Intip Gaya Parenting “Jongkok” Pangeran William

Anak-anak inilah yang biasanya lebih mudah akrab dengan lingkungan dan orang baru. Mereka menganggap lingkungan adalah tempat yang aman dan bersahabat dan berani memulai sesuatu yang baru karena selama ini mendapat penguatan positif dari keluarga. 

Mereka selalu diberi kesempatan sehingga menjadi anak yang percaya diri, gampang bergaul, dan mudah akrab dengan orang atau lingkungan baru. Apalagi jika lingkungan memberinya penguatan (pujian, pelukan) atau reward setiap kali ia berhasil melakukan sesuatu yang baru.

Faktor pembiasaan lingkungan juga berpengaruh. Misalnya, di sekolah atau di rumah, anak diajarkan untuk berani bertanya kepada guru, orangtua, atau tetangga. Orangtua atau guru juga selalu membiasakan anak-anak untuk berani menyapa orang baru. Misalnya, ketika diajak jalan-jalan, anak dibiasakan berani bertanya ke orang lai, bertanya lokasi toilet, membeli makanan sendiri, dan sebagainya. Tentu di bawah pengawasan orangtua.

| SHUTTERSTOCK
Namun, orangtua juga harus hati-hati. Anak yang cepat akrab juga memiliki sisi negatif yaitu anak jadi kurang peka dan kurang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang dilarang. Anak yang mudah akrab juga cenderung kurang peka terhadap bahaya di sekitarnya. Akibatnya, anak mudah menjadi korban penculikan.

Memang, anak-anak usia ini belum tahu mana yang benar dan mana yang salah, karena proses kognitifnya belum sampai pada tahap tersebut. Misalnya mengucap salam setiap kali masuk ke rumah orang, tidak boleh memegang benda yang mudah pecah, tidak boleh main api karena panas, dan sebagainya.

Orangtua tidak perlu menghukum anak ketika anak langsung meneliti rumah orang, apalagi menghukum anak di depan orang lain karena bisa merusak harga diri anak dan anak menjadi minder. Akibatnya, anak yang tadinya pemberani dan cepat akrab menjadi kurang percaya diri dan takut.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro