When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

16 Fakta Kekerasan Terhadap Perempuan

author
Hasto Prianggoro
Rabu, 4 Desember 2019 | 10:00 WIB
| SHUTERSTOCK

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau 16 Days of Activism Against Gender Violence merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya penghapusan kekerasan pada terhadap perempuan di seluruh dunia. Berikut 16 fakta tentang kekerasan terhadap perempuan seperti dikutip dari laman www.who.int. 

 

1. Sekitar 70% perempuan pernah mengalami kekerasan fisik dan atau kekerasan seksual dari pasangan dekatnya.

2. Kekerasan terhadap perempuan bisa diprediksi dan dicegah, dengan mengenali faktor-faktor sosial, budaya, legal, serta ekonomi yang melatarbelakanginya.

3. Kekerasan terhadap perempuan bisa merusak kesehatan dan kondisi korban. Gangguan kejiwaan misalnya depresi, gangguan stres paska trauma, kecemasan, upaya bunuh diri, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang. Sementara gangguan fisik meliputi cedera, sindroma nyeri kronis, gangguan gastrointestinal, dan kecacatan.

Baca juga: Kekerasan Seksual di Tempat Kerja, Ini Cara Mengatasinya

4. Kekerasan terhadap perempuan bisa merusak kesehatan dan kejiwaan anak. Anak-anak yang menyaksikan kekerasan yang dilakukan orangtua akan terganggu tumbuh kembangnya. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar adegan kekerasan antara orangtua lebih banyak mengalami gangguan sosial, emosional, perilaku, kognitif, dan kesehatannya.

5. Kekerasan terhadap perempuan meningkatkan resiko kemungkinan perempuan terinfeksi HIV. Studi pada perempuan muda Afrika Selatan menunjukkan, perempuan yang negatif HIV dan mengalami kekerasan fisik maupun seksual dari pasangannya kemungkinan akan terpapar HIV dalam waktu 2 tahun.

6. Kekerasan terhadap perempuan merupakan penghalang bagi tercapainya Millennium Development Goals (MSGs). Diperkirakan 1 dari 4 perempuan di seluruh dunia mengalami kekerasan fisik maupun seksual selama hamil dari pasangannya.

Baca juga: Kampanye 16 Hari Hapus Kekerasan Terhadap Perempuan

7. Kekerasan terhadap perempuan memberi dampak serius terhadap pertumbuhan ekonomi. Contoh di AS, biaya yang harus dikeluarkan akibat kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 5,8 milyar dolar AS per tahun.

8. Pria yang menjadi korban salah asuh di masa kanak-kanaknya akan 3 hingga 4 kali lebih besar kemungkinannya menjadi pelaku kekerasan terhadap pasangannya saat dewasa, baik kekerasan fisik maupun seksual.

| SHUTTERSTOCK
9. Konsumsi alkohol terbukti mendorong pria untuk melakukan kekerasan terhadap pasangannya.

10. Kekerasan seksual banyak terjadi pada situasi konflik, perang, paskakonflik, maupun masa transisi. Perkosaan seringkali digunakan sebagai taktik perang maupun pembersihan etnis.

11. Program-program yang ditujukan untuk meningkatkan akses perempuan terhadap kredit mikro dan keuangan, serta pelatihan kemampuan bernegosiasi, bisa mencegah terjadinya  kasus kekerasan terhadap perempuan.12. Program-program yang dilakukan di sekolah untuk mengenalkan dampak negatif kekerasan seksual bisa mencegah kekerasan terhadap perempuan saat anak-anak dewasa kelak.

13. Melibatkan pria dan anak laki-laki dalam upaya mencegah kekerasan terhadap perempuan serta memperkenalkan persamaan gender akan memberikan dampak positif bagi pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

Baca juga: Melihat Aksi Pelecehan Seksual? Ini yang Bisa Kita Lakukan

14. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyediakan panduan untuk menyusun evidence-based programmes untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan oleh pasangannya.

15. Untuk membangun kapasitas pekerja medis dalam hal mendukung korban kekerasan  seksual, WHO merekomendasikan para pekerja medis melakukan sosialisasi tentang dampak dari kekerasan seksual.

16. Meski kekerasan terhadap perempuan telah diidentifikasi sebagai masalah kesehatan publik utama dan masalah hak asasi manusia, namun masih sedikit data maupun riset tentang penyebab, besaran, dan konsekuensinya. Karena itu WHO memberikan dukungan bagi penelitian tentang pemahaman dan pencegahan kekerasan seksual.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro