You have a lifetime to work, but children are only young once.
Polish Proverb

Untuk Sajian Khas Idul Adha, Pilih Daging Kambing atau Sapi?

author
Ruth Sinambela
Senin, 19 Juli 2021 | 16:55 WIB
| Shutterstock

Setelah menunaikan ibadah salat Ied, biasanya proses pemotongan dan pembagian daging kurban akan dilakukan. Setelah itu, saatnya Bunda dan Ayah berkreasi di dapur, deh. Nah, daging apa sih yang jadi favorit keluarga Bunda? Kambing atau sapi?

 

Selamat Idul Adha untuk Bunda dan keluarga! Hari Raya Kurban yang masih harus kita lalui dalam situasi pandemi ini membuat kita perlu menahan keinginan kumpul bersama keluarga atau sekadar bakar sate bersama tetangga. Kita tetap bisa berkurban dan bersilaturahmi dari rumah kok, dengan mempercayakan proses kurban kepada petugas masjid lingkungan dan menghubungi sanak keluarga secara online.

 

Daging Kambing vs Sapi

Nah, kalau soal masak-masak daging kurban, menu apa sih yang wajib ada di rumah? Rendang? Sop Iga Sapi? Atau malah sate kambing? Sate kambing sepertinya memang sajian wajib dalam suasana Idul Adha. Selain keseruan membakar sate bersama keluarga, rasanya yang lezat jadi menu andalan di Hari Raya. Tapi sayangnya, banyak orang salah kaprah tentang kandungan daging kambing, dan memilih untuk tidak mengonsumsinya di hari biasa selain Idul Adha.

Mungkin Bunda salah satu orang yang menganggap bahwa daging kambing sangat banyak mengandung kolesterol sehingga bisa menyebabkan kondisi naiknya tekanan darah hingga langsung sakit kepala atau lemas sesaat setelah mengonsumsinya? Faktanya, hal ini tidaklah benar. Daging kambing, justru memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang lebih rendah dibanding dengan daging sapi bahkan ayam.

Baca juga: Habiskan Stok Daging Kambing Dengan Bikin Nasi Kebuli Lezat Ini, Yuk!

 

| Shutterstock

 

Kandungan Daging Kambing, Sapi dan Ayam

Melansir Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Memahami Gejala, Tanda dan Mitos (2019) oleh Dr. dr. Umar Zein, DTM& ., Sp.PD., KPTI., FINASM dan dr. Emir El Newi Sp.M, daging kambing bisa dikatakan lebih baik daripada daging sapi atau bahkan daging ayam. Hal itu dikarenakan, kandungan kolesterol daging kambing terhitung lebih rendah dibanding daging sapi maupun daging ayam.

Kandungan kolesterol dalam 100 gram daging kambing tercatat hanya sekitar 57 mg. Sementara, kadar kolesterol dalam 100 gram daging sapi dan daging ayam masing-masing mencapai 89 mg dan 83 mg.

Kandungan lemak pada daging kambing juga terbilang lebih rendah dibanding daging sapi maupun daging ayam. Nilai total lemak pada 100 gram daging kambing hanya 2,3 gram. Sedangkan, kandungan lemak pada 100 gram daging sapi bisa mencapai 15 gram dan daging ayam kurang lebih sampai 7,5 gram.

Baca juga: Daging Merah Cegah Depresi Pada Perempuan

Karena mengandung lemak lebih rendah, kandungan kalori pada daging kambing alhasil juga lebih rendah ketimbang daging sapi. Setiap 100 gram daging kambing hanya mengandung sekitar 109 kalori. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding kandungan kalori pada daging sapi yang mencapai 250 kalori per 100 gram.

Total protein hewani yang terkandung dalam 100 gram daging kambing kurang lebih mencapai sekitar 20 gram, sementara daging sapi 25 gram dan daging ayam 30 gram.

Daging kambing hanya mengandung 0,79 gram lemak jenuh per sajian. Sementara, daging sapi dan ayam, masing-masing mengandung 3,0 gram dan 1,7 gram lemak jenuh per sajian. Orang dewasa disarankan untuk mengonsumsi lemak jenuh tidak lebih dari 20 gram per hari. Itu artinya, satu porsi daging kambing baru mengandung sekitar 4 persen dari nilai harian lemak jenuh.

 

| Shutterstock

Baca juga: Bikin Menu Daging Sapi Buat Keluarga, Cek 5 Tips Tepat Mengolahnya

Setelah mengetahui fakta kandungan daging kambing, jadi makin pengin makan sate kambing ya, Bun? Tapi, meski tidak lebih buruk dari daging sapi yang lebih sering kita konsumsi, bukan berarti diperbolehkan menginsumsi daging kambing secara berlebihan. Pilihkan daging kambing sebagai variasi asupan keluarga dan tetap kendalikan jumlahnya dalam satu kali penyajian. Supaya tidak menimbulkan keluhan bahkan penyakit di masa depan.

 

Selamat Idul Adha untuk kita semua!

 

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi