To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

Punya Anak Senang Bertanya, Bagaimana Bunda Menghadapinya?

author
Ruth Sinambela
Selasa, 7 Desember 2021 | 11:02 WIB
Banyak Bertanya Adalah Salah Satu Ciri Anak Berpikir Kritis | Shutterstock

Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris tahun 2013, anak-anak mampu memberi 300 pertanyaan setiap harinya. Juga ditemukan bahwa anak perempuan bertanya lebih banyak dibandingkan anak laki-laki. Jadi, wajar saja kalau si kecil di rumah, tak pernah kehabisan stok pertanyaan untuk Bunda dan Ayah.

Saat berusia 2 - 4 tahun, si kecil sedang mengalami perkembangan kemampuan dalam memahami mengapa suatu hal dapat terjadi, juga membuat koneksi logis antara satu hal dan lainnya. Bukannya sengaja ingin membuat Bunda marah, si kecil justru sedang dalam tumbuh kembang optimal yang membuat pikirannya dipenuhi dengan banyak sekali pertanyaan.

Baca Juga: Mempelajari Bahasa Kedua di Usia Dini, Haruskah? Dan Apa Manfaatnya?

Bagaimana menghadapi si kecil yang banyak bertanya?

Setiap anak memiliki kemampuan alamiah untuk mempertanyakan setiap hal yang mengusik rasa ingin tahunya. Misalnya, saat si kecil berpikiran sebaliknya dari apa yang Bunda dan Ayah pikirkan. Apabila dicermati, sesungguhnya sudut pandang si kecil tidaklah salah. Bahkan, apa yang menurut Bunda dan Ayah baik untuk mereka, belum tentu benar dan memang baik bagi mereka. Iya nggak, sih, Bun?

“Kenapa sih, aku harus tidur siang? Aku kan nggak ngantuk?”

“Kenapa Bunda nggak bolehin aku main handphone, padahal Bunda dan Ayah selalu lihat handphone?”

“Kenapa Bunda nggak bolehin aku main handphone, tapi juga nggak mau nemenin aku main masak-masakan? Aku kan bosen main sendirian aja, Bun.”

“Kenapa di negara kita banyak yang masih buang sampah sembarangan ya, Bun?”

“Kenapa adik menangis selalu disayang-sayang, sedangkan aku dimarahin?”

Baca Juga: Ciri-Ciri Anak Jenius Menurut Mensa, Perkumpulan Orang Jenius di Seluruh Dunia

Agak pusing ya, Bun, ditanya ini dan itu. Terlebih ketika Bunda sedang sibuk mengurus rumah atau pekerjaan. Wajar Bun, asal, jangan sampai marah kalau dapat pertanyaan-pertanyaan semacam ini dari si kecil, ya. Kalau dipikir-pikir, beberapa contoh pertanyaan tersebut ada benarnya juga, kok. Maka dari pada marah, seharusnya Bunda justru merasa bangga lho, karena itu berarti si kecil berpikir kritis.

Berpikir kritis sangat penting, Bun. Maka diharapkan, Bunda dapat membantu mengembangkan potensi ini, agar kelak si kecil menjadi “problem solver” yang tentunya sangat berguna ketika ia dewasa.

Jawablah Semua Pertanyaan Si Kecil Dengan Jawaban yang Sesuai dan Jelas ya, Bun! | Shutterstock

Melatih anak untuk berpikir kritis

Mengembangkan potensi berpikir kritis pada anak sangat penting. Karena sangat dibutuhkan nanti ketika memasuki dunia sekolah hingga dewasa. Bunda pasti tak ingin si kecil merasa kesulitan bersaing maupun bertahan dalam segala kondisi dan perubahan zaman, bukan? Karena itulah Bunda dan Ayah harus semangat  dalam mengajarkan, juga melatih si kecil berpikir kritis dari sekarang, ya!

  • Jadilah role model

Dengan mencontohkan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan cara terbaik untuk melatih si kecil berpikir kritis. Misalnya, dengan memberitahu kesalahan anak tanpa memarahinya. Sebaliknya Bunda dapat memberikan sudut pandang baru, mengapa perbuatannya dianggap salah dan harus diperbaiki ke depannya.

  • Membiarkan si kecil menyelesaikan masalah

Amanda Pickerill, psikolog dari Ohio Department of Education, memberi contoh dengan meminta anak memindahkan barang dari satu sisi ruangan ke yang lainnya tanpa menggunakan tangan. Awalnya mungkin si kecil akan merasa kesulitan, Bunda hanya perlu memberi mereka waktu. Secara alamiah, cara ini akan mengeluarkan konsep berpikir kritis pada anak.

Baca Juga: Jangan Hanya IQ, EQ Anak pun Perlu Diperhatikan

  • Biarkan, dan dorong si kecil untuk lebih banyak bertanya

Jangan sampai setiap ditanya, Bunda malah malas menjawab, ya. Sebaliknya, Bunda dapat mengajaknya untuk brainstorming dan menemukan jawaban bersama-sama.

  • Buat keberpihakan

Apabila dibutuhkan, Bunda dapat memberi pilihan “Setuju” atau “Tidak Setuju” setiap kali membahas sesuatu dengan si kecil. Lalu, mintalah ia menjelaskan alasan kenapa memilih pilihan tersebut. 

  • Mengevaluasi informasi

Agar si kecil menjadi generasi bebas hoax, Bunda dapat melibatkannya dalam memproses informasi yang tidak sesuai dengan fakta. Asal, masalah yang dibahas bersama si kecil harus sesuai dengan usianya ya, Bun. Dampingi dan berilah pemahaman yang jelas dan dapat dipahaminya.

  • Memberi contoh sebab-akibat

Ketika si kecil bertanya, “Kenapa botol plastik ini harus dicuci, dan harus didaur ulang sih, Bun?” Bunda dapat menjawabnya dengan bertanya balik, “Bagaimana kalau semua botol plastik dikumpulkan, dan dibiarkan saja, padahal jumlahnya akan semakin banyak. Apa yang akan terjadi, ya?”

Bunda juga bisa sekaligus mengajukan contoh masalah, dan bertanya pada si kecil, memintanya berpikir kritis bagaimana mengatasi masalah dari jawaban yang dia temukan. Misalnya, “Kalau kita tidak mau mencuci botol bekas dan mendaur ulangnya, sebaiknya apa yang harus kita lakukan agar botol bekasnya tidak menggunung dan menjadi sampah?”

Anak yang Berpikir Kritis Kelak Akan Menjadi Problem Solver | Shutterstock

Memiliki anak yang banyak bertanya, ada kalanya akan terasa melelahkan. Namun, sekaligus suatu hal yang memiliki banyak manfaat bagi si kecil. Bersabarlah menghadapi keingintahuan si kecil ya, Bun. Nantinya ini akan membuahkan pemikiran kritis yang berguna baik untuk sekarang maupun nanti seiring bertambah usianya.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela