Too much love never spoils children. Children become spoiled when we substitute presents for presence.
Anthony Withman

Benarkah Anak Bisa Terkena Batu Ginjal?

author
Bianca Swasono
Rabu, 13 Maret 2024 | 18:01 WIB
Batasi asupan garam dan processed food untuk menghindari risiko batu ginjal pada anak. | Shutterstock

Dulu, orang-orang beranggapan hanya orang dewasa yang bisa terkena batu ginjal. Seiring berubahnya zaman, semakin banyak anak-anak yang bisa terkena batu ginjal. Apa saja jenis batu ginjal, penyebab serta gejalanya pada anak yang perlu diketahui orang tua? Baca selengkapnya di artikel ini, Bun!

Setiap orang bisa terkena batu ginjal, termasuk anak-anak. Jika ada anggota keluarga yang terkena batu ginjal, maka anak-anak lebih memungkinkan untuk mendapatkannya juga. Kemudian, jika anak pernah terkena batu ginjal, tetap ada kemungkinan anak terkena batu ginjal lagi ke depannya.  

Mengutip dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, anak bisa terkena salah satu dari empat jenis batu ginjal. Jenis-jenis tersebut adalah:

  • Batu Kalsium (Oksalat dan Fosfat)

Jenis ini adalah yang paling sering terjadi pada anak. Batu kalsium oksalat lebih sering ditemui dibandingkan dengan batu fosfat. 

Kalsium dari makanan tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya batu ginjal jenis kalsium oksalat. Biasanya, kalsium yang tidak diserap oleh tulang dan otot anak akan masuk ke ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Namun pada beberapa anak, ginjal mengeluarkan kelebihan kalsium, yang dapat bergabung dengan limbah tubuh lainnya membentuk batu ginjal.

 

  • Batu Asam Urat

Batu asam urat terjadi saat urine anak mengandung kadar asam urat yang tinggi. Kondisi medis atau penyakit genetik dapat menyebabkan terlalu banyak asam urat di saluran kemih. Konsumsi ikan, kerang, dan daging—terutama jeroan—juga perlu diperhatikan karena dapat meningkatkan asam urat dalam urine dan menyebabkan pembentukan batu ginjal.

Baca juga: Ketahui Gejala Flu Singapura dan Kapan si Kecil Harus ke Dokter

  • Batu Struvit

Biasanya batu struvit ditemukan di bagian atas saluran kemih. Batu-batu ini bisa berkembang secara tiba-tiba dan membesar dengan cepat. Batu struvit biasanya berdampak pada anak-anak yang saluran kemihnya tidak berkembang dengan semestinya, sehingga aliran urine bisa menjadi terbatas atau bahkan tertutup. Infeksi saluran kemih sederhana, seperti infeksi ginjal biasanya tidak menyebabkan batu struvit. 

 

  • Batu Sistin 

Merupakan jenis batu ginjal yang paling jarang terjadi, terbentuk akibat salah satu penyakit genetik yang disebut sistinuria. Sistinuria adalah kondisi yang menyebabkan sistin kimia, yaitu asam amino dalam tubuh, menumpuk di urine kemudian membentuk kristal sistin dan mengakibatkan batu sistin.

 

Batasi asupan garam dan process food untuk menghindari risiko batu ginjal pada anak. | Shutterstock

Gejala Batu Ginjal pada Anak

Mengutip dari Halodoc, pada ukuran batu ginjal yang lebih besar, akan muncul sejumlah gejala, seperti:

  • Nyeri yang tajam dan intens di area punggung, pinggang, perut bagian bawah, dan selangkangan.
  • Adanya darah pada urine berwarna merah muda, merah, atau coklat (hematuria).
  • Peningkatan frekuensi buang air kecil.
  • Rasa nyeri yang intens saat buang air kecil.
  • Ketidakmampuan untuk buang air kecil.
  • Penurunan volume atau jumlah urine.
  • Urine keruh atau berbau tidak sedap.
  • Iritabilitas atau penurunan respons buang air kecil.

Jika ditemukan sejumlah gejala tersebut, pemeriksaan medis perlu segera dilakukan. Jika tidak, batu ginjal akan memicu kondisi lebih serius yang dapat membahayakan nyawa anak.

Dampak jika batu ginjal tidak diatasi dengan cepat dan tepat: 

  • Hematuria, atau kencing darah
  • Sakit yang parah hingga mengganggu aktivitas
  • Infeksi saluran kemih, termasuk infeksi ginjal
  • Kehilangan fungsi ginjal


Baca jugaMemelihara Kesehatan Ginjal Anak agar Terhindar dari PGK

Apa yang Harus Diperhatikan Orang Tua?

1. Batasi konsumsi garam dan sodium

Konsumsi garam sesuai batasan harian anak. Garam yang dikonsumsi akan diserap tubuh dan masuk ke urine. Garam juga dapat mengikat kalsium ke dalam urine yang jika jumlahnya berlebihan dapat membentuk endapan keras. Selain garam, sodium juga perlu dibatasi. Sodium dapat ditemukan di makanan restoran, keripik, daging, frozen food, beberapa minuman berenergi, dan lain-lain. 

Baca juga: MSG atau Garam, Mana yang Lebih Baik?

2. Perbanyak minum air putih 

Cairan, terutama air putih, dapat membantu melancarkan pencernaan dan proses berkemih anak. Kebutuhan cairan harian berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, masa otot, dan lemak tubuh. Cairan dapat berasal dari makanan dan minuman, seperti air putih, susu, jus buah, kuah kaldu, kuah sayur, dan sebagainya.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi usia 0-6 bulan memerlukan cairan 700 ml/hari (didapat dari ASI/formula bayi), bayi usia 7-12 bulan memerlukan cairan 800 ml/hari, anak usia 1-3 tahun memerlukan cairan 1300 ml/hari, anak usia 4-8 tahun memerlukan cairan 1700 ml/hari, anak usia 9-13 tahun memerlukan cairan 2400 ml/hari pada laki-laki dan 2100 ml/hari pada perempuan, serta anak usia 14-18 tahun memerlukan cairan 3300 ml/hari pada laki-laki dan 2300 ml/hari pada perempuan. 

3. Cek riwayat kesehatan keluarga

Salah satu penyebab gangguan ginjal pada anak adalah faktor genetik atau keturunan. Bila Bunda atau Ayah memiliki atau pernah memiliki gangguan ginjal, ada baiknya untuk rutin memeriksakan anak terkait kesehatan ginjal. 

Perhatikan juga apakah anak mengalami obesitas, mempunyai bentuk saluran kemih yang tidak biasa (abnormal), dan mengalami infeksi saluran kemih berulang. 

4. Konsumsi vitamin D sesuai anjuran

Vitamin D baik untuk tubuh, tetapi terlalu banyak vitamin D3 atau D2 dapat menyebabkan hiperkalsemia (kadar kalsium dalam darah terlalu tinggi, dapat menyebabkan penipisan tulang, batu ginjal, gangguan kerja jantung, dan otak) dan hiperkalsiura (kadar kalsium di urine terlalu tinggi).  

5. Jaga pola hidup sehat

Kebiasaan mengonsumsi processed food (makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak yang tinggi) serta kurangnya aktivitas fisik yang memicu obesitas dapat menjadi faktor risiko terjadinya batu ginjal pada anak. 

Dengan mengetahui apa saja penyebab, faktor risiko, gejala dan tanda, serta hal-hal yang harus diperhatikan orang tua, maka seharusnya penyakit batu ginjal pada anak dapat dihindari atau diobati dengan optimal. Yuk, jaga kesehatan ginjal si Kecil!




Sumber:

https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-diseases/kidney-stones-children/definition-facts#:~:text=Children%20of%20all%20ages%20can,of%20developing%20another%20kidney%20stone.

https://www.halodoc.com/artikel/anak-muda-bisa-kena-batu-ginjal-ini-penyebabnya

https://health.kompas.com/read/22L08103300268/kenali-5-jenis-batu-ginjal-dan-cara-mendeteksinya?page=all.

https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak

https://www.halodoc.com/artikel/orang-tua-wajib-kenali-gejala-batu-ginjal-pada-anak

Penulis Bianca Swasono
Editor Ratih Sukma Pertiwi