Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Anak Usia Remaja Betah Seharian di Kamar, Normal atau Tidak?

author
Ratih Sukma Pertiwi
Selasa, 30 April 2024 | 16:50 WIB
Butuh privasi, salah satu alasan anak usia remaja suka berlama-lama di kamar. | Shutterstock

Memasuki usia remaja, anak mengalami perubahan hormonal yang bisa berpengaruh pada fisik dan perilakunya. Salah satunya, jadi hobi berdiam diri di kamar seharian. Apakah hal tersebut normal? Lalu, apa penyebabnya dan bagaimana orang tua merespons hal tersebut?

Setiap hari Bunda Indah selalu bertanya-tanya perihal perilaku putrinya, Nisa, yang hampir tidak pernah keluar kamar. Sama-sama tinggal satu rumah, tapi jarang sekali bertemu apalagi berinteraksi. Kebiasaan Nisa ini muncul ketika ia beranjak ke usia remaja. Nisa baru “terpaksa” keluar kamar ketika diminta untuk makan atau ke kamar mandi, selebihnya hanya menjawab dari balik pintu kamar yang dikunci setiap ditanya.

Tentu saja perilaku ini membuat Bunda Indah khawatir. Ia takut putrinya menyembunyikan sesuatu masalah atau terlibat kenakalan remaja. Dan, ternyata pengalaman Bunda Indah ini juga dialami oleh banyak orang tua lain yang memiliki anak remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi, normalkah perilaku tersebut? Bagaimana caranya agar anak tetap mau keluar dari kamar dan berinteraksi dengan keluarganya?

Perkara normal atau tidak, dikutip dari imom.com, orang tua tidak perlu khawatir berlebihan ketika anak remajanya lebih suka berdiam diri di dalam kamar. Hal tersebut wajar, Bun. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan anak-anak remaja berperilaku seperti itu, yaitu:

1.Lelah Menjadi “Sorotan”

Pada usia remaja, area otak anak yang bersifat egosentris sedang berkembang. Mereka merasa selalu menjadi sorotan dan dinilai oleh orang-orang di sekitarnya. Kamar adalah tempat mereka bisa terlepas dari sorotan tersebut.

Tips:

Mungkin Bunda dan Ayah bisa mencoba untuk menahan diri untuk tidak terus-menerus mengkritik remaja. Jika orang tua merasa harus memberi nasihat pada mereka, masuklah dari hal-hal yang mereka sukai terlebih dahulu.

Baca juga: Anak Pra-Remaja Menceritakan Rasa Suka terhadap Lawan Jenisnya Berarti Pertanda Baik, Bun!

2.Butuh Istirahat

Terkadang mungkin orang tua lupa bahwa anak yang memasuki usia remaja juga masih seorang anak yang membutuhkan waktu istirahat lebih banyak dibanding orang dewasa. Menurut dokter spesialis anak konsultan, Prof Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), anak remaja berusia > 12 tahun idealnya membutuhkan waktu tidur minimal 9 jam per hari.

Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), selain berfungsi untuk maturasi otak di masa awal kehidupan, tidur berfungsi memulihkan tenaga yang hilang, meningkatkan efisiensi belajar, meningkatkan sistem imun serta pertumbuhan fisik. Tidur yang cukup juga membantu anak lebih fokus, memperbaiki suasana hati, serta meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya, waktu istirahat yang kurang dapat menyebabkan anak lebih rewel, sulit mengelola emosi, bahkan terganggu kesehatan fisiknya.

Tips:

Biarkan mereka tidur untuk “membayar” kekurangan waktu istirahat karena kegiatan yang cukup padat. Namun jika orang tua khawatir anak mengalami gangguan tidur, cobalah konsultasikan pada dokter anak.

Remaja pun butuh tidur cukup untuk mengoptimalkan kesehatan fisik dan mentalnya. | Shutterstock

3.Butuh Privasi

Anak remaja sedang berada dalam fase mengeksplorasi diri dan membutuhkan privasi. Misalnya, mereka ingin bebas bercerita dengan teman-temannya tanpa perlu semua orang mendengarkan atau menghakimi mereka.

Tips:

Cobalah untuk percaya pada anak remaja Bunda dan katakan secara langsung. Biarkan mereka merasa nyaman dan dipercaya, sambil tanamkan juga bahwa orang tua akan selalu ada jika mereka membutuhkan bantuan.

4.Banyak Ditanya

Jangankan anak remaja, orang tua pun merasa kesal jika dicecar berbagai pertanyaan, kan? “Kakak sudah makan?, sudah minum vitamin?, sudah kerjakan tugas?, sudah bereskan pakaian?, sudah membaca buku?, dan segudang pertanyaan lainnya…” Akhirnya, remaja Bunda pasti berpikir lebih baik di kamar saja dibanding harus menjawab pertanyaan yang tidak ada habisnya, yang kadang disambung pula dengan omelan.

Tips:

Batasi pertanyaan dari yang paling penting dan beri jeda jika ingin lebih banyak bertanya. Pancing agar anak mau bercerita dengan Bunda atau Ayah yang duluan bercerita.

Baca juga: Bagaimana Menjadi Teman Bagi Buah Hati Bunda yang Beranjak Remaja?

5.Persaingan Antarsaudara

Tidak bisa dipungkiri, sibling rivalry atau persaingan antarsaudara bisa menjadi pemicu anak remaja memilih menghindar dan berdiam di kamar seharian.  Ditambah, perubahan hormonal yang membuat remaja lebih moody dan mudah tersinggung.

Tips:

Ayah Bunda harus menghormati pilihan anak ketika misalnya sesekali ia memilih ke kamar dibanding bertengkar dengan saudaranya. Namun orang tua juga sebaiknya menciptakan momen-momen yang membuat anak-anak mau berinteraksi.

6.Minat Berbeda

Ketika anak berusia lebih muda ia suka sekali makan ice cream atau bermain sepeda, namun bisa jadi minat itu berubah ketika ia beranjak remaja. Maka tidak perlu heran ketika si remaja menolak ketika diajak.

Tips:

Memiliki anak remaja itu seakan-akan Bunda harus mempelajari ulang seperti apa karakter anak. Cari tahu kembali apa yang mereka suka dan tidak suka sekarang.

Tumbuhkan rasa nyaman dan percaya sehingga remaja mau mendengarkan orang tua. | Shutterstock

Orang Tua Perlu Khawatir Jika…

Meskipun dianggap normal, tidak berarti orang tua bisa membiarkan anak remajanya berdiam diri di kamar seharian setiap hari. Ingat, Bun, perilaku menyendiri bisa menjadi salah satu tanda gangguan kesehatan mental remaja dan perlu penanganan khusus dari tenaga ahli seperti psikolog maupun dokter.

Kapan orang tua harus khawatir?

-Anak sering mengekspresikan perasaan kesepian atau kesedihan serta menilai dirinya secara negatif.

-Anak memperlihatkan kemarahan dan perilaku yang berbeda drastis, termasuk misalnya melakukan kekerasan verbal dan fisik terhadap saudaranya.

-Anak melontarkan pembicaraan tentang depresi, tindakan menyakiti diri sendiri, atau keinginan untuk bunuh diri.

-Perubahan kebiasaan makan dan tidur secara drastis.

-Perubahan fisik yang nyata seperti penurunan berat badan.

-Memperlihatkan tanda-tanda depresi, seperti menarik diri dari keluarga dan teman dekat, atau berhenti melakukan hobi.

-Penurunan nilai akademis dan menghadapi masalah disiplin di sekolah.

Baca juga: Depresi pada Anak, Kenali Ciri-Cirinya!

Pentingnya Aktivitas Luar Ruangan

Bagi remaja, kamar tidur adalah tempat paling aman dan nyaman untuk melakukan berbagai hal, mulai dari tidur, makan, belajar, bersosialisasi, dan melakukan hobi. Namun, mengurung diri di kamar juga bisa menyebabkan ritme sirkadian tubuh mereka terganggu. Misalnya, anak jadi kesulitan tidur di malam hari dan mengalami kelelahan di siang hari. Anak juga kekurangan aktivitas fisik yang menyebabkan peningkatan berat badan dan berbagai masalah kesehatan lain.

Tyish Hall Brown, PhD, psikolog klinis berlisensi dan Direktur Behavioral Sleep Medicine di Children’s National Hospital, menyarankan orang tua untuk tetap berupaya mengajak anak-anak remaja mereka beraktivitas di luar ruangan, seperti bersepeda, jalan santai, jogging, dan sebagainya.

“Beraktivitas di luar ruangan sangat penting untuk kesehatan mental remaja. Kandungan vitamin D pada sinar matahari berguna untuk regulasi ritme sirkadian tubuh. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan perasaan yang mirip dengan depresi. Aktivitas luar ruangan dapat mengurangi risiko kecemasan dan depresi pada remaja, dan meningkatkan kualitas tidur mereka,” terang Brown yang menyarankan para remaja untuk beraktivitas luar ruangan rutin 30-60 menit per hari.

 

Memang tidak mudah berkompromi dan menemukan keseimbangan antara kualitas hubungan keluarga dengan kebutuhan privasi anak remaja yang tengah mencari jati diri. Dengan kesabaran dan pendekatan-pendekatan tadi, semoga bisa menciptakan interaksi positif antara orang tua dan remaja. Semangat Ayah dan Bunda!

 

 

Sumber:

https://www.imom.com/reasons-why-teenager-in-room-all-day/#:~:text=This%20phase%20is%20largely%20due,says%20%E2%80%9CI%20trust%20you.%E2%80%9D

https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pola-tidur-pada-anak

https://riseandshine.childrensnational.org/why-teens-need-time-outside-their-bedrooms/

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi