I think a lot about teaching my kids to work hard. I’ve learned something about kids ? they don’t do what you say; they do what you do.
Jennifer Lopez

Apa Itu Brain Rot? Waspada Bahayanya untuk Anak

author
Dewi Shinta N
Rabu, 11 Juni 2025 | 10:16 WIB
Brain rot |

 

Dalam beberapa waktu terakhir, media sosial di Indonesia ramai dengan kemunculan tren visual yang disebut-sebut sebagai 'anomali AI'. Istilah ini digunakan warganet untuk menyebut deretan konten absurd yang menampilkan karakter aneh, hasil campuran hewan, benda mati, dan unsur manusia, seperti tung tung sahur, cappucina ballerina dan karakter anomali lainnya

|

Tidak bisa dipungkiri banyak konten sosial media, yang mungkin dianggap unik padahal memiliki dampak buruk bagi perkembangan kognitif Si Kecil dan membuat brain rot. Apa itu brain rot? Mari kita bahas!

Mengenal Istilah Brain Rot

Kata Brain Rot merujuk pada penurunan kemampuan berpikir akibat mengkonsumsi berlebihan konten yang dianggap tidak berkualitas, khususnya di media sosial. 

Istilah ini berasal dari bahasa Inggris, yakni "brain" yang berarti otak, dan "rot" yang berarti membusuk. Istilah ini mengacu pada kondisi di mana seseorang terlalu terfokus pada suatu hal akibat konsumsi konten digital yang berlebihan, hingga membuat otaknya seolah "membusuk".

Brain rot menjadi istilah populer untuk menggambarkan kondisi ini. Karena tidak sedikit yang mengalaminya, istilah brain rot banyak digunakan sepanjang tahun 2024 dan terpilih sebagai Oxford Word of the Year. 

Meskipun terdengar lucu, istilah ini memiliki makna mendalam, khususnya dalam konteks perkembangan anak, Bun.

Baca juga: Kenali Tanda Growth Spurt pada Si Kecil dan Cara Menghadapinya

Faktor Brain Rot

Terdapat beberapa faktor khusus yang memperparah kondisi brain rot seperti:

  • Format video pendek seperti di TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts sangat populer karena mudah diakses dan memberikan hiburan cepat. Pola ini mendorong kebiasaan doom scrolling, terutama pada anak-anak, yang membuat mereka terpaku pada layar dan memicu brain rot.
  • Konten acak, penuh warna mencolok, suara bising, dan gerakan cepat dirancang untuk menarik perhatian anak-anak. Akibatnya, anak-anak yang terlalu sering terpapar konten semacam ini menjadi kecanduan dan berisiko mengalami brain rot.
  • Banyak orangtua memberikan gawai untuk menenangkan anak tanpa memantau penggunaannya. Tanpa pengendalian screen time, anak menjadi lebih rentan terhadap efek negatif konten digital.

Kombinasi video pendek, konten yang tidak sehat, dan kurangnya pengawasan Bunda menciptakan kondisi sempurna bagi anak-anak untuk mengalami brain rot.

Tanda-tanda Anak Mengalami Brain Rot

Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, gejala brain rot adalah berikut ini:

  • Kesulitan berkonsentrasi dan memperhatikan detail
  • Mengalami kesulitan dalam mengingat dan memahami informasi
  • Terlalu ketergantungan kepada teknologi (kecanduan)
  • Anak lebih tertarik untuk scrolling saat bersama teman, keluarga atau saudara. 
  • Sulit berpikir kritis dan mengambil keputusan
  • Mengalami stres dan kecemasan

Baca juga: Mengoptimalkan Pertumbuhan Tinggi Badan Anak di Waktu-waktu Terbaiknya

Bagaimana Brain Rot Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari?

Gangguan Kognitif

  • Menurunnya daya ingat dan kesulitan dalam pengambilan keputusan.
  • Tidak terbiasa menganalisis informasi secara mendalam.

Gangguan Emosi

  • Mudah stres dan cemas akibat paparan informasi yang tidak sehat.
  • Mengalami ketergantungan pada media sosial sebagai bentuk eskapisme.
  • Mudah frustrasi ketika keinginannya tidak terpenuhi

Dampak Sosial

  • Berkurangnya interaksi sosial yang bermakna.
  • Kurang mampu menyelesaikan konflik dengan komunikasi yang efektif.

Cara Mencegah Anak Mengalami Brain Rot

Untuk mengurangi dampak ini, Si Kecil yang belum bisa mengendalikan keinginannya untuk bermain gadget tentu butuh bantuan Bunda, berikut beberapa cara untuk mencegah Si Kecil dari brain rot.

Batasi Penggunaan Gadget

Untuk mengatur pola screen time-nya dan cegah Si Kecil kecanduan gadget. Berikut pedoman penggunaan screen time dan aktivitas yang sebaiknya Bunda terapkan ke Si Kecil menurut WHO:

  • Di usia kurang dari 1 tahun bayi tidak disarankan terpapar screen time. Screen timeyang diperbolehkan sekadar video call dengan jarak screen yang harus Bunda sesuaikan. 
  • Untuk Si Kecil usia 1 tahun, tidak disarankan melakukan screen time. Bagi Si Kecil yang berusia 2 tahun, waktu menatap layar tidak boleh lebih dari 1 jam sehari, lebih sedikit lebih baik. 
  • Di usia 3-4 tahun, screen time yang disarankan tidak lebih dari satu jam sehari, semakin sedikit lebih baik. Si Kecil disarankan untuk diajak mendongeng atau membaca ketika sedang tidak banyak bergerak.

Membaca Buku

Membaca buku adalah salah satu cara terbaik untuk melatih otak anak. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan daya imajinasi, tetapi juga membantu memperkaya kosakata, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan memperkuat daya ingat. Membaca juga melibatkan otak secara aktif, sehingga menjadi latihan yang efektif untuk mencegah brain rot.

Untuk menumbuhkan minat baca pada anak, Bunda dapat memulai dengan memilih buku yang sesuai dengan minat mereka. Bacakan cerita sebelum tidur atau ajak anak ke perpustakaan untuk memilih buku favoritnya. Dengan menjadikan membaca sebagai kebiasaan harian, anak akan lebih mudah mengurangi ketergantungan pada gadget.

Baca juga: Ini 4 Karakter Anak Hebat yang Sukses di Masa Depan

Dorong Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik memiliki dampak besar pada kesehatan otak anak. Dilansir dari healthychildren.org, aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak, merangsang produksi hormon yang mendukung pertumbuhan sel otak, serta meningkatkan konsentrasi dan kemampuan belajar.

Dorong anak untuk aktif bergerak setiap hari, seperti bermain di luar rumah, bersepeda, atau mengikuti kegiatan olahraga. Selain bermanfaat bagi kesehatan fisik, aktivitas ini juga membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati anak. Jadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari rutinitas harian agar anak terbiasa melakukannya secara konsisten

Ajak Anak Melakukan Kegiatan Kreativitas

Kreativitas adalah salah satu aspek penting yang dapat membantu mencegah brain rot. Anak yang terbiasa berkreasi akan lebih terlatih untuk berpikir out of the box dan memecahkan masalah dengan cara yang inovatif. Selain itu, kegiatan kreatif seperti menggambar, menulis, atau bermain musik juga dapat merangsang perkembangan otak secara positif.

Sediakan waktu dan ruang bagi anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Orangtua dapat memberikan bahan-bahan seni seperti kertas, cat air, atau alat musik sederhana untuk dimainkan anak. Dukung dan hargai setiap hasil karya mereka agar anak merasa termotivasi untuk terus berkarya.

Untuk melindungi anak dari brain rot, penting bagi Bunda untuk membatasi penggunaan gadget, memberikan perhatian lebih, dan mengarahkan anak untuk mengeksplorasi dunia nyata ya, Bunda!



Penulis Dewi Shinta N
Editor Dewi Shinta N