When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Meski Lumpuh, Perempuan Ini Berhasil Finish Marathon

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 9 November 2018 | 19:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Hannah Gavios membuktikan bahwa apapun mungkin dilakukan jika dibarengi niat dan kerja keras. Wanita 25 tahun yang sebelumnya instruktur yoga ini berhasil menyelesaikan lomba The New York City Marathon, setelah berjuang selama 11 jam, 4 November lalu. Bukan seperti peserta lain, Gavios berlari dengan bantuan penyangga kaki (crutch).

 

Hannah Gavios lumpuh sejak tahun 2016 setelah terperosok ke dalam jurang sedalam 150 meter di Thailand. Kisah tersebut berawal ketika suatu hari Gavios tersesat. Dia kemudian meminta tolong seorang pria yang mengaku pemandu untuk menunjukkan jalan pulang ke hotel.

Ternyata, pria itu justru berniat memperkosanya. Gavios berupaya berlari menyelamatkan diri, tapi sialnya, ia justru terperosok dan jatuh ke jurang sedalam 150 meter. Dia selamat meski tulang punggungnya patah.

Tapi nasib malang belum berhenti memburunya. Di saat terbaring tak berdaya itu, pria yang mencoba memperkosanya menemukannya dan kemudian menyekap serta memperkosanya. Gavios akhirnya berhasil ditemukan dan mendapat perawatan. Sang pelaku berhasil dibekuk dan mendapat hukuman.

| SHUTTERSTOCK

Gavios sendiri harus menghadapi kenyataan sebagian tubuhnya lumpuh. Dia tak bisa lagi menggunakan kakinya. Tak pernah terbersit di benak Gavios bakal selamat, bahkan bisa kembali berjalan. “Hal terberat yang memukulku adalah menyadari tak bisa lagi berjalan, apalagi berlari,” kata Gavios kepada media.

Tapi, lanjutnya, “Aku harus bisa kembali berlari, dan cara paling mungkin untuk itu adalah memakai penyangga kaki.”

Baca juga: Ranjini, Pembela Kemanusiaan Dari Kerala

Awal tahun ini, seraya menjalankan terapi fisik yang intens, Gavios memutuskan untuk mengikuti event lari marathon tahunan di New York. Gavios terinspirasi oleh Amanda Sullivan, yang pernah juga mengikuti lomba lari marathon dengan memakai penyangga kaki.

“Aku mulai berlatih Maret. Pernah aku berlatih memakai penyangga kaki sampai 7 jam, lo,” ujar perempuan yang juga seorang desainer grafis di New York. “Bagian paling berat adalah mempertahankan stamina. Berat sekali, tubuhku sakit semua. Tapi aku harus membuktikan bahwa aku bisa.”

| SHUTTERSTOCK

Gavios bergabung dengan Team Reeve dari Christopher & Dana Reeve Foundation. Mereka menggalang dana bagi orang-orang yang lumpuh. Toh, meski menjalani persiapan yang berat, Gavios merasa sangat bersemangat mengikuti lomba. “Aku sangat siap. Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga setelah semua tenaga dan upaya yang kulakukan,” katanya.

Dan, setelah berjuang selama 11 jam, akhirnya Gavios berhasil menyelesaikan lomba marathon sejauh 26 kilo ini. “Aku tidak mencari medali. Motivasiku mengikuti event ini adalah untuk memberi motivasi bagi orang lain yang lumpuh untuk bangkit,” katanya. “Ini juga sebagai tanda hormatku pada mereka yang sudah membantuku selama ini.”

Gavios menyelesaikan lomba ditemani orang-orang tercintanya, sang ayah, adiknya, dan tak ketinggalan “sang pahlawan”, Amanda Sullivan, yang juga melatihnya menggunakan penyangga kaki.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Ratih Sukma Pertiwi