We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

Chloe, Jalan Kaki Ratusan Kilo Untuk Melawan Depresi

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 30 November 2018 | 16:00 WIB
| YORKSHIREPOST.CO.UK

Dua tahun lalu, dunia seakan gelap bagi Chloe Bellerby. Bahkan, ia sempat mencoba mengakhiri hidupnya karena depresi. Beruntung, ada guru dan keluarga yang memberi support supaya dia bangkit. Kini, Chloe, berhasil melewati tantangan. Ia menggelar aksi jalan kaki ratusan kilo dari Leeds ke London untuk menyadarkan orang tentang pentingnya kesehatan mental.

 

Chloe Bellerby memiliki segalanya. Pintar, terkenal di lingkungannya, dan merupakan atlet sepak bola di sekolahnya. Gadis 18 tahun ini memang sangat menggandrungi permainan yang lebih banyak dimainkan laki-laki ini.

Meski terlihat oke-oke saja, di dalam dirinya, Chloe harus berjuang melawan gangguan kesehatan mental yang ia alami. Ia sempat melukai diri dan mencoba bunuh diri. Itu adalah puncak perjuangannya melawan depresi yang ia alami.

“Saya mulai merasakan sesuatu yang aneh ketika berusia 11 tahun. Tapi waktu itu masih saya cuekin,” kata lulusan SMA Rossett ini.

| YORKSHIREPOST.CO.UK

Tapi lama-kelamaan, ia mulai melukai dirinya sendiri. “Saya mulai sembunyi, enggak mau keluar. Jadi enggak pede dan tak tahu apa terjadi, sampai-sampai melukai diri sendiri. Sialnya, saya diam saja, tidak berusaha menceritakannya pada orang lain,” kata Chloe yang terpaksa mengenakan baju lengan panjang untuk menyembunyikan luka bekas sayatan di lengan tangannya.

“Setiap hari menjadi perjuangan bagiku, sampai nggak kuat rasanya. Tapi saya enggak tahu harus bicara sama siapa,” lanjut Chloe yang sebetulnya anak yang sangat pede dan periang, tapi kemudian berubah menjadi pribadi tertutup dan menarik diri.

Orang tuanya mengganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar dialami anak seusia Chloe. Tapi, sang Ayah, Andy Bellerby, lama-lama curiga juga. “Dia menghabiskan waktunya di kamar, tidak pernah ngobrol sama kami. Kami pikir itu wajar,” lanjut Andy.

“Saya dan istri sama-sama bekerja. Seharusnya kami bisa lebih jeli melihat perubahan yang terjadi pada Chloe, misalnya kenapa ia selalu memakai baju lengan panjang saat musim panas. Mestinya kami bisa membantunya waktu itu, tapi memang kami sama sekali enggak berpikir sejauh itu. Saya pikir enggak mungkin Chloe depresi,” lanjutnya.

| YORKSHIREPOST.CO.UK

Puncaknya, Chloe berupaya bunuh diri dengan minum obat dengan dosis berlebih, tapi berhasil digagalkan. Ia kemudian dirujuk menemui konselor di Child and Adult Mental Health Services. Tapi, konselor pun tak mampu berbuat banyak.

Bantuan sebenarnya baru datang dari guru olahraga Chloe, Ricky O’Sullivan. “Mama cerita ke Pak O’Sullivan soal masalahku. Pak O’Sullivan kemudian mengajakku bicara. Dan entah, rasanya aku nyaman ngobrol dengannya,” kata Chloe yang lagi-lagi merencanakan untuk bunuh diri tapi batal setelah O’Sullivan mencurigai niatnya itu.

Baca juga: Bukan Pejabat, Ini Orang yang Akan Menerima Pesan Natal Spesial dari Pangeran William dan Kate Middleton

“Entah dari mana dia tahu, tapi Pak O’Sullivan bilang ada yang salah denganku dan memintaku bercerita. Itu membuatku merasa masih ada orang yang memperhatikanku.” O’Sullivan kemudian mendorong Chloe untuk mengambil beasiswa sekolah sepak bola di AS. Chloe pun berangsur pulih.

Awal November lalu, Chloe, ditemani sang ayah, melakukan aksi jalan kaki dari Leeds ke London sejauh lebih kurang 150km untuk mengajak masyarakat supaya sadar akan gangguan kesehatan mental. Mereka berhasil menyelesaikan tantangan ini selama 10 hari dan menggalang dana sebesar 10.500 poundsterling dari target 10.000 poundsterling.

| TWITTER

“Kalau ditanya apa yang terjadi denganku 2 tahun lalu, aku pasti tertawa dan enggak yakin bakal bisa hidup sampai sekarang,” kata Chloe.

 

 

 

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro