You have a lifetime to work, but children are only young once.
Polish Proverb

Hindari Overparenting, Ini 4 Ciri-Cirinya

author
Hasto Prianggoro
Jumat, 7 Desember 2018 | 14:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Anak tidak mandiri dan terlalu manja? Bisa jadi karena gaya parenting yang Bunda terapkan tidak membantu anak untuk mandiri dan tahan banting. Gaya parenting semacam ini disebut overparenting.

Anak yang terlalu dimanja dan segala sesuatunya selalu dibantu orang tua, cenderung akan menjadi anak yang kurang mandiri, manja, dan kurang mampu menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya. Dampak buruknya, anak bisa depresi dan sulit menjalani kehidupannya kelak.

Nah, jika 4 hal di bawah ini terjadi, bisa jadi Bunda menerapkan gaya overparenting.

1.Anak selalu minta bantuan setiap kali menemui masalah

Jika yang minta bantuan adalah anak balita, barangkali masih wajar. Tapi jika anak sudah SD atau SMP dan masih saja meminta bantuan orang tua setiap kali menemukan masalah, sebaiknya mulai ubah gaya parenting Bunda.

Pelan-pelan, ajarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri, mulai dari hal-hal kecil, misalnya menyiapkan baju sekolah, membersihkan kamar tidurnya sendiri, dan sebagainya.

2.Anak tak bisa mengatasi kekecewaan

Jika si Kecil tak pernah diajari untuk menghadapi kekecewaan, anak akan menjadi seorang yang tak tahan banting saat dewasa. Sesekali, biarkan anak menghadapi kegagalan dan kekecewaan sehingga ia tabah dan mampu mencari solusi setiap kali menghadapi masalah.

 

Baca juga: Panggilan Sayang Anak, Bisa Jadi Awal Body Shaming

 

3.Anak selalu menghindari tugas yang berat dan cenderung mencari jalan pintas

Jika Bunda selalu membantu mengatasi setiap masalah anak dan melindunginya dari segala hal yang membuatnya kecewa, anak pun tak akan belajar menghadapi masalah. Ia cenderung akan selalu berharap segalanya serba mudah.

Terlalu memanjakan akan membuat anak selalu berharap dan menganggap segala sesuatu yan ia hadapi mudah. Jadi, begitu ia menghadapi masalah atau tugas sendiri, anak akan mudah mengeluh atau mencari jalan pintas.

| SHUTTERSTOCK

4.Selalu membantu menyelesaikan PR anak

Coba cermati, apakah Bunda selalu ikut “belajar” dan mengerjakan PR anak? Apalagi ketika anak terlihat kesulitan mengerjakan PR, yang panik justru Bunda. Gaya parenting seperti ini tidak akan membantu anak. Bayangkan ketika anak masuk kuliah dan harus mengerjakan banyak tugas, siapa yang akan ia mintai bantuan?

Jika anak selalu mengeluh PRnya susah atau menghadapi tugas lain, biarkan ia coba selesaikan sendiri. Beri ia pesan bahwa PR itu adalah tugasnya yang harus ia selesaikan,  sekalipun untuk itu ia harus melek semalaman.

Jadi, Bunda sebaiknya tidak terlalu berkutat dengan detail kehidupan anak. Fokus pada hal-hal besar seperti selalu memberikan cinta dan waktu buat anak. Sisanya, yakinlah, anak akan mampu mengatasinya sendiri.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro