When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

6 Kesalahan Orang Tua Saat Menghadapi Si Kecil

author
Hasto Prianggoro
Sabtu, 15 Desember 2018 | 18:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Hampir semua orang tua pasti pernah habis kesabaran menghadapi ulah si Kecil. Tapi tak perlu khawatir, ini hal yang wajar. Apalagi di usia balita, anak sedang mencoba untuk mandiri, sementara di sisi lain mereka juga pengin mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang terdekatnya.

Kata Michele Borba, EdD, penulis The Big Book of Parenting, “Usia balita memang merupakan fase yang paling bikin orang tua frustasi menghadapi anak.” Tapi, orang tua juga kerap melakukan kesalahan yang bisa membuat anak jadi meraju, lo.

1.Tidak konsisten

Konsistensi merupakan kunci menghadapi anak. Jika Bunda tak konsisten menerapkan aturan dan rutinitas, anak akan bingung dan makin tantrum. Contoh, kemaren anak diperbolehkan bermain di halaman ruman, tapi hari ini anak dilarang tanpa alasan yang jelas. Anak jadi bertanya-tanya kenapa ia dilarang bermain sementara kemaren diperbolehkan? Jadi, mulailah mencoba konsisten. Jika orang tua konsisten 90% saja, maka segalanya akan baik-baik saja.

2.Hanya fokus pada kekurangan

Biasanya ini yang selalu dilakukan orang tua, fokus pada kekurangan anak sementara hal-hal positif yang dilakukan anak dilupakan dan tak mendapat rewards. Orang tua cenderung fokus pada  tingkah laku anak yang tidak mereka inginkan. Kalimat-kalimat seperti, “Jangan memukul, ya,” “Jangan lempar-lempar, ya,” “Jangan nakal, ya” dan sebagainya biasa kita dengar. Jadi, sebaiknya mulailah fokus juga ke hal-hal positif yang dilakukan anak dan beri rewards. Pelukan, ciuman, dan kata-kata pujian cukup, kok.

 

| SHUTTERSTOCK

3.Tidak mencari tahu kenapa anak tantrum

Anak tantrum atau merajuk bisa karena banyak alasan. Namun, yang sering terjadi, orang tua tidak mencoba mencari atau memahami alasan-alasan tersebut dan hanya sibuk meminta anak supaya tenang dan tidak rewel. Coba cari dan antisipasi hal-hal yang membuat anak tantrum seperti lapar, haus, capek, atau bosan. Misalnya, jangan mengajak anak ke supermarket sebelum ia tidur siang atau makan siang dulu.

4.Tak tega saat anak merengek

Anak merengek-rengek meminta sesuatu dan karena tidak tega, orang tua meluluskan begitu saja permintaan anak. Ingat, anak usia ini sudah mulai pandai mencari celah atau kelemahan orang tua, lo. Orang tua yang mudah menyerah pada rengekan atau permintaan anak justru akan membuat anak punya kesempatan untuk mengembangkan perilaku tersebut.

Jadi, abaikan saja jika anak merengek meminta sesuatu yang berlebihan dan kesannya mengada-ada. Misalnya, anak terus-terusan minta jajan. Tidak perlu merespons berlebihan kecuali anak melakukan sesuatu yang sifatnya agresif atau berbahaya. Misalnya merengek sambil melempar barang-barang.    

 

Baca juga: 8 Alasan Bermain Outdoor Itu Bagus

 

5.Tidak fokus ke anak

Menerima panggilan telepon, memeriksa WA, atau melakukan kegiatan lain di saat bermain atau menemani anak sebaiknya dihindari. Anak sangat tahu ketika Bunda tak lagi fokus pada mereka dan sibuk membalas pesan WA misalnya. Jadi, cobalah luangkan waktu dan fokus pada aktivitas bersama anak. Untuk sementara lupakan telepon dan gadget.

6.Parno ketika anak berbohong

Anak mulai berbohong sering membuat orang tua panik dan seperti kebakaran jenggot. Padahal, di usia ini, anak belum paham nilai-nilai moral, jadi ketika berbohong, bisa jadi ia tengah mencoba bereksperimen. Sebaiknya orang tua tidak usah terlalu parno ketika si Kecil berbohong. Cari tahu apa alasan di balik kebohongan yang dilakukan anak. Bisa jadi, anak hanya butuh perhatian dari Bunda.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro