We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

7 Kebiasaan Buruk Orang Tua Yang Bisa Ditiru Anak

author
Hasto Prianggoro
Kamis, 20 Desember 2018 | 14:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Anak belajar mengenali tubuh, kemampuan, dan kebiasaan mereka dari melihat dan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Cara terampuh mengajari anak membangun kebiasaan yang baik bukan hanya dengan memberi reward atau hukuman, melainkan dengan memberi contoh perilaku dan kebiasaan yang baik. Jadi, Bunda, hindari melakukan 7 kebiasaan buruk ini di depan anak, ya, karena bisa membuat anak meniru dan melakukannya.

1. Hobi mengkritik diri sendiri

Memberikan komen negatif atas penampilan sendiri akan memberi pesan ke anak bahwa harga diri seseorang dinilai dari penampilan fisik semata. Mulailah menghentikan otokritik yang negatif, ganti dengan kalimat yang positif. Misalnya, “Bunda jadi lebih keren, lo, habis berolahraga” Kalimat-kalimat inilah yang seharusnya menjadi pesan positif bagi anak.

2. Makan sebagai pelarian

Jika makanan menjadi pelarian ketika Bunda sedih atau kecewa, maka pesan yang sampai ke anak pun pesan yang tidak sehat. Bunda menunjukkan ke anak bahwa kalau mau merasa enak atau nyaman, ya, makan saja. Alih-alih menunjukkan makan sebagai pelarian, coba lakukan aktivitas lain untuk meredakan kekecewaan atau rasa sedih. Misalnya ngobrol dengan orang lain atau berjalan-jalan menikmati udara segar.

3. Terlalu asyik bermain gadget

Rasanya tak adil melarang anak bermain gadget saat makan malam sementara orang tua sibuk  melirik pesan WA yang masuk. Ini justru menjadi pesan negatif bagi anak bahwa boleh-boleh saja, kok, bermain gadget saat berkumpul dengan keluarga. Juga, pesan bahwa omongan boleh saja berbeda dengan tindakan. Jadi, Bun, jika Bunda ingin anak tidak melulu bermain gadget, berikan contoh. Buat aturan tentang penggunaan gadget di rumah dan taati itu.

 

Baca juga: Si Kecil Hobi Memaki, Atasi Dengan 5 Cara Ini

 

4. Hanya fokus pada hal-hal yang superfisial dan material

Anak perempuan suka bermain make up dengan teman-temannya. Namun, para ahli perkembangan menyarankan agar orang tua berhati-hati sehingga permainan kosmetik-kosmetikan ini tidak menjadi aktivitas yang lebih penting ketimbang waktu berkumpul dengan keluarga.

Isilah “girl time” dengan kebiasan atau kegiatan-kegiatan positif, misalnya jalan-jalan pagi atau mengajak anak berolahraga. Dengan begitu anak akan belajar bahwa anak perempuan itu harus kuat. Ia juga akan melihat bahwa olahraga sangat baik untuk membuang stres atau rasa jengkel. Beri pujian tak hanya karena anak cantik, tetapi juga karena ia pintar atau cerdas. 

5. Menjadikan semua hal sebagai ajang kompetisi

Berkompetisi itu wajar, tetapi ada batasnya. JIka orang tua selalu menuntut anak untuk memenangkan setiap kompetisi di semua bidang, tentu tidak bagus. Selalu membandingkan anak dengan temannya bukanlah cara memotivasi yang baik. Beri anak pujian karena anak telah melakukan yang terbaik. Bunda juga sebaiknya membantu anak memilih aktivitas yang ia sukai dan beri ia dorongan.

| SHUTTERSTOCK

6. Hobi memaki

Jika orang tua selalu ribut dan saling memaki di depan anak, anak akan belajar bahwa memaki itu boleh-boleh saja, ribut itu nggak apa-apa. Sebaiknya kendalikan diri ketika Bunda merasa tertekan atau stres, jangan langsung mengajak suami ribut. Memaki bisa jadi awalnya terasa melegakan, tetapi tidak setelahnya. Kebiasaan buruk ini juga tak baik karena akan ditiru anak.

7. Suka bergosip

Hobi bergosip, menjelek-jelekkan orang lain bisa jadi justru pertanda rendahnya harga diri orang tersebut. Orang tua yang hobi bergosip akan menjadi contoh bagi anak membangun harga diri yang buruk, selain juga “menurunkan” hobi bergosip dan menjelek-jelekkan orang lain. Isi waktu dengan hal-hal positif, misalnya memasak makanan keluarga, bersepeda bersama anak, atau sekedar menonton film favorit keluarga. Jauhkan tayangan TV dan media sosial yang isinya hanya gosip tentang kejelekan orang lain.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro