What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

4 Bahasa Tubuh Anak Yang Wajib Diketahui Orangtua

author
Hasto Prianggoro
Sabtu, 4 Mei 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Anak batita menunjukkan emosinya dengan berbagai cara unik yang kadang bikin orangtua bingung. Yuk, kenali “kode” yang ditunjukkan anak untuk tahu apa yang mereka maksudkan.

 

1. Tak mau menatap mata

Ini berarti anak merasa malu. “Ketika anak tidak mau menatap mata orangtua, itu artinya mereka sadar bahwa tingkah laku atau perilakunya sudah membuat orangtua kecewa,” kata psikolog Kristin Lagattuta, Ph.D dari Center for Mind and Brain, University of California.

Orangtua sebaiknya memberi tahu anak bahwa mereka paham kesalahan anak tapi jangan bertele-tele. Lalu tawarkan solusi. Misalnya jika anak tak sengaja merobek halaman buku, tutup buku yang sobek tersebut lalu peluk anak. “Ini untuk menunjukkan pada anak bahwa orang kadang-kadang melakukan kesalahan, tetapi yang lebih penting adalah memperbaiki kesalahan tersebut,” kata Lagattuta.

| SHUTTERSTOCK
2. Membawa semua bonekanya ke tempat tidur

Anak ingin mengatakan bahwa dia takut. “Usia batita merupakan usia ketika anak mulai berimajinasi, termasuk mengalami mimpi buruk,” kata Kerstin Potter, Direktur Program Edukasi Anak Usia Dini di Harcom College, Bryn Mawr, Pennsylvania. “Membawa tidur benda-benda kesayangan membuat anak merasa aman selama tidur,” lanjut Bryn.

Bagi anak, gambaran monster yang ada di imajinasinya benar-benar nyata, jadi tak ada gunanya meyakinkan anak bahwa tak ada monster di kamar mandi atau di sudut lain. Mereka hanya akan menganggap orangtua tak melihat monster. Biarkan anak tidur bersama barang-barang kesayangan selama dia merasa nyaman.

Baca juga: Kenapa Si Kecil Jalannya Jinjit?

3. Mengangkat baju hingga menutupi muka saat bertemu orang baru

Ini menunjukkan anak cemas. “Di usia ini anak belum bisa mengelola perasaan cemasnya, jadi dia menghadapi situasi ini dengan cara yang sangat reflektif,” kata Lisa Nalven, MD, dokter anak di Valley Center for Child Dvelopment, New Jersey. “Ada juga yang menggigit-gigit baju, menarik-narik celana, mengisap jempol, dan sebagainya.”

Bantu anak menghadapi situasi ini dengan memeluk dan mengajaknya bertemu orang baru. “Anak melihat orangtua adalah penolong menghadapi situasi baru,” kata Nalven. Ajak anak memberi salam kepada orang baruagar anak tahu bahwa tak ada yang perlu dicemaskan.

| SHUTTERSTOCK
4. Sembunyi di balik kursi ketika pup di celana

Ini berarti anak butuh privasi. Perilaku ini juga menunjukkan anak sudah siap untuk potty training. “Anak yang cuek saja ketika pup di celana berarti dia belum siap untuk potty training. Kebanyakan anak mulai mau menggunakan kloset di usia 2-3 tahun,” kata Ari Brown, penulis buku Toddler 411.

Ajarkan anak untuk pup di kloset, sekaligus menunjukkan bahwa untuk hal-hal tertentu dia memerlukan privasi. “Menunjukkan kloset adalah langkah positif. Dan jangan paksa anak untuk langsung duduk di kloset,” lanjut Brown.

Penulis Hasto Prianggoro
Editor Hasto Prianggoro