Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Traveling Bareng Si Kecil

author
Ken Terate
Sabtu, 19 Oktober 2019 | 14:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Traveling bareng si kecil? Pasti seru, yak, tapi bikin jiper nggak, sih? Gimana kalau mereka rewel atau trantrum di tengah jalan?

Kami sekeluarga barusan jalan-jalan keluar kota selama nyaris seminggu. Tujuan kami ke Tangerang (menghadiri pesta pernikahan kerabat), Jakarta (sehari doang karena masak nggak ke Jakarta kalau udah nyampai Tangerang) dan Bandung (silaturahmi ke keluarga besar sekalian dolan).

Kami tinggal di Jogja dan ini perjalanan jauh ke dua kami setelah setahun sebelumnya kami main ke Malang. Haha, memang bukan perjalanan epic sampai luar pulau atau luar negeri sih, tetapi tetap aja menantang.

Traveling bawa anak (dua dalam kasus kami, cowok semua, usia 8 th dan 4 th) beda banget dengan traveling tanpa anak. Syukurnya perjalanan kami lancar dan berkesan banget. Semua hore, semua happy! Apa kuncinya?

Yang pertama, perencanaan kudu matang. Dulu saat belum ada anak, kalau mau jalan ya tinggal jalan aja. Go show ke stasiun atau bandara? Nggak masalah. Kehabisan tiket kereta? Puter badan cari bus. Ini nggak bisa dilakukan saat kita harus menggandeng atau menggendong si kecil. Jadi jauh-jauh hari kami sudah booking tiket (kereta) dan hotel.

Baca juga: Kurangi 'Drama' Urusan Toilet Saat Traveling, 7 Benda Ini Wajib Dibawa

Yang kedua, siapkan kegiatan pengusir bosan. Dan ini bukan gawai lho ya. Tujuan kita melakukan perjalanan adalah mengamati hal-hal baru. Kalau akhirnya anak-anak fokus ke gawai, ngapain juga traveling? Perjalanan tujuh jam di kereta kami siasati dengan jalan-jalan antar gerbong, main tebak-tebakan, main kartu, atau menggambar. Ini selingan aja sih, karena ternyata mereka lebih takjub menyaksikan sungai, tebing, dan sapi dari jendela.

Next, pilih destinasi yang ramah anak. Ini personal banget sifatnya. Di ke Malang, kami pernah nge-zonk pas mengunjungi suatu theme park. Theme park itu bertema dinosaurus, dan si kecil yang waktu itu berusia tiga tahun ketakutan habis karenanya. Kami lupa ia masih takut pada patung, apalagi yang besar-besar dan bersuara. Hadeh, tiket mahal akhirnya terasa sia-sia karena dia crancky habis.

Ini jadi pelajaran banget buat kami. Di Bandung kami memilih tempat-tempat yang jelas bakal mereka sukai; kebun stroberi, farm house, kolam renang air hangat. Baik sekali bila kita bisa memperkenalkan mereka pada obyek baru, tetapi pastikan tidak membuat mereka mati gaya karena bosan atau menjerit ketakutan. Factory outlet di Bandung sangat menarik bagi saya, tetapi bagi anak-anak? Apaan tuh.

Meski ada rencana, kita tetap perlu fleksibel dan spontan. Sehari di Jakarta kami menjadwalkan untuk mengunjungi Monas, Kota Tua, dan naik MRT. Apa daya, setengah hari di Monas, anak-anak sudah kepanasan dan lemes kecapekan. Okelah, kami balik kanan dan istirahat di penginapan. Sorenya, kami sudah segar kembali dan siap berburu MRT. Spontannya di mana? Mengunjungi GBK. Itu nggak ada dalam rencana, tapi berhubung dekat dengan pemberhentian MRT yang kami pilih, ngapain nggak sekalian mampir? Cuma lihat dan foto-foto doang, tapi bahagia haha.

Baca juga: Hobi Berwisata Alam atau ke Tempat Suci, Sudah Tahu Etikanya?

Ini juga penting: istirahat! Saat jalan bareng anak, istirahat cukup wajib hukumnya. Dulu, saat masih lajang, ngider seharian ke tempat wisata, lalu disambung nongkrong di kafe sampai tengah  malam bukan masalah. Sekarang? Bahkan saat anak-anak masih jondal-jondil, kami harus berhenti bila memang sudah waktunya tidur. Bangun kesiangan bakal berujung pada kekacauan jadwal. Kurang tidur bakal menyebabkan kerewelan tak perlu.

Tips terakhir, libatkan anak-anak sejak awal. Ajak kakak buat packing. Beri tanggung jawab si adik menenteng bawaan. Ajak mereka diskusi. Beri mereka gambaran tempat-tempat yang akan dikunjungi, misal; Monas itu menara bersejarah yang tinggiii sekali. Ini gambarnya. Kita bisa naik dan melihat kota dari ketinggian, tapi harus antre, jadi nanti sabar ya. Kalau ada aturan, tegaskan sejak awal, misal: dilarang mengeluh untuk ketidaknyamanan sepele; penginapan sempit atau nggak ada air hangat.

Yakin deh, traveling bareng keluarga banyak banget manfaatnya. Kami jadi makin dekat, makin kompak, dan makin bahagia. Udah mikir nih, traveling ke mana lagi setelah ini. Kalian sendiri, bagaimana cerita traveling kalian bareng orang-orang tersayang?

 

Niken Terate

kenterate@gmail.com

Memulai debut sebagai penulis profesional sejak bangku kuliah. Telah menghasilkan belasan novel, cerpen, dan artikel. Baginya hidup terasa sempurna bila bisa menikmati teh hangat sambil ngobrol seru dengan orang-orang dekat.

 

 

 

Penulis Ken Terate
Editor Ratih Sukma Pertiwi