Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Agar Terhindar dari Risiko Kekurangan Air Ketuban

author
Ratih Sukma Pertiwi
Selasa, 21 April 2020 | 14:15 WIB
Kehamilan | SHUTTERSTOCK

 

Cairan ketuban berfungsi melindungi bayi selama di dalam kandungan. Bagaimana jika ternyata bumil kekurangan air ketuban?

Cairan ketuban memiliki fungsi vital bagi perkembangan bayi di dalam kandungan. Utamanya, sebagai shock absorber yang melindungi bayi dari berbagai tekanan dari luar. Namun selain itu cairan ketuban memiliki sederet manfaat, seperti:

  • Penyeimbang suhu sehingga bayi tetap hangat.
  • Mengandung antibodi untuk melawan infeksi.
  • Membantu bayi melatih sistem pernapasan dan pencernaan, serta perkembangan tulang dan otot.
  • Sebagai pelumas yang mencegah bagian tubuh bayi saling menempel.
  • Menjaga kelancaran suplai oksigen dan nutrisi melalui tali pusar.

 

Baca juga: Fakta Menarik Tentang Ketuban

 

Dalam kondisi normal, volume cairan ketuban pada usia kehamilan 12 minggu sekitar 60 ml, dan terus bertambah seiring usia kehamilan. Puncak cairan ketuban terbanyak ada pada usia kehamilan 34-36 minggu, yaitu sekitar 800ml.  Dan memasuki masa persalinan, sekitar minggu ke 38-40, cairan ketuban normalnya akan berkurang menjadi sekitar 600 ml.

Namun pada kasus tertentu bisa terjadi masalah karena cairan ketuban terlalu sedikit. Dalam istilah medis gangguan ini disebut oligohydramnion. Kondisi ini bisa terjadi sejak awal kehamilan, namun paling sering terjadi pada trimester akhir kehamilan.

Risiko kekurangan air ketuban di antaranya keguguran, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, atau bayi lahir dengan sindrom potter, yaitu kelainan fisik bayi akibat kekurangan cairan ketuban.

 

Baca juga: Ini Sebenarnya yang Dimaksud Keracunan Air Ketuban

 

Apa penyebab oligohydramnion?

 

1.Gangguan Sistem Kemih Janin.

Pada awal kehamilan cairan ketuban berasal dari cairan tubuh ibu. Namun mulai usia kehamilan 20 minggu cairan ketuban akan terganti dengan cairan urine bayi.  

Jika terjadi masalah pada sistem kemih bayi, misalnya sistem kemih dan ginjal tidak berkembang, urine yang dihasilkan bayi lebih sedikit.

2.Masalah di Plasenta

Terjadi gangguan pada plasenta yang menyebabkan aliran nutrisi, darah, dan oksigen ke bayi terganggu sehingga berpengaruh pada volume air ketuban.

3.Membran Robek

Cairan ketuban berada pada kantung ketuban dengan dua membran (amnion dan chorion). Jika tanpa disadari terjadi robekan pada membran, cairan bisa merembes dari rahim dan vagina. Ini yang sering disebut orang dengan pecah ketuban dini.

4.Komplikasi TTTS

Pada kehamilan kembar identik, bumil berisiko mengalami twin to twin transfusion syndrome (TTTS) yang menyebabkan air ketuban kurang.

5.Penyakit Bumil

Riwayat penyakit yang diderita bumil ternyata juga bisa memicu air ketuban kurang, mislnya hipertensi atau diabetes.

 

Lalu bagaimana agar bumil terhindar dari kekurangan cairan ketuban?

 

1.Pemeriksaan Rutin

| SHUTTERSTOCK

Dengan rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan, kondisi cairan ketuban dalam kandungan akan terpantau, misalnya melalui USG.

 

2.Istirahat

Istirahat total (bedrest) akan sangat dianjurkan bagi bumil yang kekurangan air ketuban untuk mencegah kelelahan atau rembes ketuban semakin banyak.

 

3.Perbanyak Cairan

| SHUTTERSTOCK

Bumil sebaiknya mengonsumsi banyak cairan dan menjaga pola makan. Setidaknya minumlah air putih 12 gelas sehari.

Hindari cairan yang mengandung soda, tinggi gula, serta kafein karena justru bersifat diuretik.

 

4.Infus-Amnio

Prosedur medis untuk menambahkan cairan ke dalam kantung ketuban.

 

Yuk, Bumil, lakukan langkah-langkah pencegahan oligohydramnion agar bayi berkembang optimal sejak di kandungan dan terlahir sehat.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi