When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Mengenal Sleep Apnea, Gangguan Napas Saat Bayi Tidur

author
Ratih Sukma Pertiwi
Jumat, 5 Juni 2020 | 13:46 WIB
| SHUTTERSTOCK

 

Bunda, waspadai kondisi bayi berhenti napas saat tidur atau sleep apnea.

Sleep apnea adalah kondisi bayi berhenti bernapas selama 15-20 detik karena ada gangguan pada sistem pernapasannya.

Umumnya bayi prematur dengan berat badan rendah atau memiliki kelainan bawaan lebih berisiko mengalami sleep apnea karena sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna.

Sleep apnea utamanya disebabkan karena belum sempurnanya rangsang batang otak sebagai pusat pengatur pernapasan.

Selain itu ada beberapa kondisi yang memicu sleep apnea pada bayi, yaitu infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), gangguan paru-paru, perdarahan otak, rendahnya kadar kalsium dan glukosa darah, refluks asam lambung (GERD), cerebral palsy.

 

Baca juga: Bayi Baru Lahir Tidur Terus, Wajarkah?

 

Apa saja ciri-ciri bayi yang mengalami sleep apnea?

  • Berhenti napas saat tidur yang diikuti napas panjang.
  • Terjadi berulang setiap malam dan bisa membuat anak sering terbangun.
  • Berkeringat banyak pada malam hari.
  • Sering mengompol.
  • Pertumbuhan berat dan tinggi badan lambat.
  • Kulit memucat atau membiru.
  • Detak jantung melambat.
  • Kadar oksigen dalam tubuh menurun.

 

Baca juga: Normalkah Bayi Berkeringat Saat Tidur Meski Pakai AC?

 

Akibat sleep apnea tidak bisa disepelekan. Selain tidurnya tidak berkualitas, hormon pertumbuhan anak yang aktif pada malam hari terganggu sehingga berat dan tinggi badannya tidak maksimal. Bayi juga lebih mudah rewel pada siang hari. Fatalnya, sampai bisa berakibat kematian.

 

Baca juga: Napas Bayi Bunyi Grok-Grok? Ini Cara Mengatasinya

 

Lalu bagaimana cara memperkecil risiko sleep apnea pada bayi?

1.Jika anak terpapar infeksi virus atau bakteri penyebab ISPA, biasanya tubuh bayi mengalami demam dan hidung tersumbat lendir sehingga sulit bernapas.  

Bunda bisa membersihkan lendir tersebut menggunakan pipet kusus, meneteskan cairan saline (air garam steril), uap menggunakan air hangat, dan tinggikan posisi tidur.

2.Jika anak sering gumoh bahkan muntah, bisa pertanda ia mengalami refluks asam lambung sehingga tidurnya terganggu.

Selalu sendawakan bayi usai menyusu dan hindari langsung menidurkan bayi usai makan atau minum susu.

3.Jika bayi prematur sudah terdiagnosis sleep apnea, dokter memberikan alat deteksi napas bayi (apnea monitor).

Tak ada salahnya juga Bunda mempelajari cara memberikan bantuan pernapasan sebagai pertolongan pertama.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi