Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Waspadai Mythomania Syndrome pada Remaja, Bun!

author
Ruth Sinambela
Jumat, 11 Februari 2022 | 15:00 WIB
Mythomania Syndrome pada Anak Pra-Remaja dan Remaja Makin Marak Terjadi Salah Satunya karena Tuntutan Sosial | Shutterstock

Pernahkah Bunda mendengar istilah mythomania syndrome? Mythomania syndrome adalah suatu keadaan saat seseorang yang sering bohong dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus, masuk ke tahap berbohong tanpa maksud apapun, bahkan tanpa keinginan untuk mendapatkan keuntungan pada setiap kebohongan yang disampaikan.

Pada tahap ini, tidak jarang orang tersebut akan mempercayai kebohongannya sendiri dan tidak dapat membedakan mana yang bohong dan mana kenyataan. Sering terjadi pada anak-anak pra-remaja dan remaja, mythomania syndrome dapat dicegah, apabila Bunda maupun Ayah sesegera mungkin mengenali ciri-cirinya dan mengetahui bagaimana cara mengatasinya.

Baca Juga: Alasan Orang Tua Berbohong pada Anak, Hati-hati Konsekuensinya!

Penyebab mythomania pada anak

Penyebab mythomania cukup beragam, Bun. Salah satunya adalah faktor psikologis. Biasanya, orang yang memiliki mythomania pernah mengalami kegagalan atau pengalaman buruk yang mengguncang mentalnya di masa lalu. Mungkin pula hal-hal traumatis yang menyebabkan seseorang mengalami mythomania tersebut terus berulang, misalnya di dalam keluarga, sekolah, atau pekerjaan.

Pada anak berusia pra-remaja atau remaja, mythomania sering terjadi karena tuntutan sosial dalam pergaulan anak sehari-hari. Sering diawali dengan berbohong kecil, dan anak merasa nyaman dengan kebohongan-kebohongan tersebut karena merasa diterima dengan baik oleh lingkungannya. Hingga akhirnya menjadi kebohongan-kebohongan yang lebih besar, dan tidak masuk akal.

Anak yang Suka Berbohong Apabila Tidak Mendapat Pendampingan Bisa Mengalami Mythomania Syndrome | Shutterstock

Ciri-ciri anak mengalami mythomania syndrome

Saat seorang anak mulai “terbiasa” berbohong, akan makin sulit mengetahui apakah ucapannya bohong atau tidak, Bun. Oleh karena itu, hanya orang-orang terdekatnya sajalah, seperti Bunda dan Ayah, yang mampu mengenali kecenderungan berbohong pada anak telah semakin parah hingga meresahkan. Berikut ini ciri-ciri  yang dapat dengan mudah Bunda kenali apabila si kecil menderita mythomania syndrome.

  • Membesar-besarkan masalah. Bunda harus mengenali karakter si kecil, sehingga dapat menyadari ketika ia mulai selalu membesar-besarkan masalah saat sebenarnya masalah yang sedang terjadi tidaklah sebesar reaksinya.
  • Sering menarik simpati dengan membiarkan dirinya menjadi “korban”.
  • Sering menceritakan kisah yang berubah-ubah mengenai suatu masalah. Ini adalah cara pengidap mythomania untuk menutupi lubang-lubang dalam kebohongannya, Bun.
  • Biasanya, remaja yang mengidap mythomania, pada awalnya mengatakan yang sebenarnya, hingga ia mendapatkan kenyamanan dan kesenangan saat orang-orang mendengarkannya, dan berusaha keras untuk tidak kehilangan perhatian itu. Ia akan berusaha mempertahankan perhatian dari banyak orang yang tertuju padanya, dengan menambahkan cerita-cerita bohong yang menarik.
  • Saat anak remaja yang tadinya dekat dengan Bunda maupun Ayah, kemudian tiba-tiba menutup diri, tidak mau menceritakan apapun tentang teman-teman dan pergaulannya, bisa jadi ia tengah menyembunyikan kebohongan-kebohongan yang tak ingin sampai diketahui oleh orang tuanya.

Baca Juga: 6 Tips Saat Anak Berbohong

Hati-hati Anak dapat Mencontoh Kebiasaan Berbohong dari Orang Tuanya | Shutterstock

Bagaimana Bunda harus bersikap ketika menyadari si kecil mengalami mythomania syndrome?

Untuk menyembuhkan mythomania, hal yang paling pertama harus dilakukan adalah membuat anak menyadari dan mengakui, bahwa ia telah berbohong kepada banyak orang, yang merupakan hal buruk untuk terus dilakukan.

Setelah anak menyadari kalau perbuatannya salah, dan mau membuka diri kepada Bunda dan Ayah, inilah saatnya Bunda juga Ayah menjadi pendukung utamanya untuk sembuh. Dengan tidak menghakimi maupun mengolok-olok perilaku anak, merupakan hal yang sangat penting untuk mengembalikan kembali kepercayaan dirinya. Bahwa tanpa berbohong, dan menjadi diri sendiri apa adanya, anak juga dapat menampilkan sisi-sisi terbaik yang dimiliki.

Baca Juga: Mengenal Macam-macam Gangguan Kesehatan Mental yang Umum Terjadi

Mulailah dengan bicara dari hati ke hati, namun apabila si kecil kesulitan untuk terbuka, atau mungkin justru menolak bercerita, hingga terus melanjutkan kebohongan-kebohongannya, maka Bunda wajib membawanya kepada ahli yang dapat membantu, ya.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela