Keep your face always toward the sunshine, and shadows will fall behind you
Walt Whitman

Apa yang Anak Rasakan Saat Kedua Orang Tuanya Bercerai?

author
Ruth Sinambela
Jumat, 6 Mei 2022 | 14:55 WIB
Bertengkar di Depan si Kecil Dapat Mengganggu Kesehatan Mentalnya | Shutterstock

Perceraian bukanlah sesuatu yang pernah dibayangkan atau bahkan dimengerti oleh anak-anak, Bun. Maka ketika orang tua bercerai, bukan hanya sulit bagi pasangan yang bercerai, namun terlebih bagi si kecil. Bahkan, meskipun mungkin anak-anak belum mampu mengutarakan perasaannya, atau terlihat baik-baik saja, perceraian tetap akan membekas di hati dan perasaan mereka.

Bahkan bukan hanya pada anak yang telah berusia dewasa, namun rasa sedih dan perasaan yang terluka juga dapat dirasakan oleh anak-anak yang berusia lebih muda, Bun. Bagaimana sih, anak-anak memikirkan tentang perceraian dan rasa apa yang singgah di pikiran dan hati mereka?

Baca Juga: Orang Tua Bercerai, Bagaimana Memberitahu Anak?

Anak berusia 5-6 tahun

Meski masih sangat kecil, anak-anak berusia 5-6 tahun sudah mengerti apa yang terjadi di sekelilingnya, termasuk ketika orang tua bertengkar, mereka mungkin hanya berkata tanpa ekspresi, “Jangan berantem dong, Bunda, Ayah!” namun sebenarnya, anak-anak juga merasa sedih dan bingung. 

Mereka belum mampu memahami, mengapa Bunda dan Ayahnya bertengkar. Yang mereka tahu hanyalah Bunda dan Ayah bertengkar, dan itu berarti Bunda tak sayang Ayah atau sebaliknya, Ayah tak sayang Bunda. Anak-anak di usia ini juga biasanya akan merasa takut dan berpikir bahwa kedua orang tuanya pun tak menyayanginya. Itu pula yang terjadi saat perceraian.

Hubungan yang baik antara anak dan ayah, maupun anak dan bunda, harus tetap terjaga dengan baik walau sudah tak hidup bersama | Shutterstock

Anak usia SD

Anak-anak di usia SD hingga pra remaja akan memiliki pola pikir mengenai perceraian yang berbeda, Bun. Mungkin akan berbeda pada masing-masing anak, tergantung bagaimana orang tua menyelesaikan masalah atau perceraian, cara berkomunikasi dengan anak, dan lingkungan yang menyertainya.

Namun kebanyakan anak di usia ini biasanya memiliki rasa bersalah yang entah bagaimana, mampu meyakinkan mereka bahwa perceraian orang tuanya merupakan akibat kesalahannya sendiri. Mereka akan berpikir bahwa mereka tak cukup baik bersikap sehingga Bunda dan Ayahnya memutuskan berpisah. Sedih ya, Bun...

Selain itu, anak-anak di usia ini bisa saja menjadi dewasa sebelum waktunya akibat perceraian orang tua. Mereka akan merasa sangat bertanggung jawab atas perceraian atau perpisahan yang terjadi.

Baca Juga: Ngobrolin Perceraian Atau Musibah Ke Anak, Ini 7 Tipsnya

Anak praremaja dan remaja

Berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda, pada pra remaja dan remaja, dampak perceraian orang tua biasanya akan menyebabkan mereka marah, dan membenci salah satu atau kedua orang tuanya, Bun.

Si kecil mungkin akan menjadi lebih pendiam, padahal sebenarnya tengah menahan marah dan kecewa. Pada saat inilah bagi beberapa anak mungkin akan melampiaskannya pada diri sendiri maupun orang lain. Tentu hal ini tak akan terjadi apabila kedua orang tua mau bersama-sama memberi pengertian, perhatian, dan suasana yang tenang, misalnya dengan mengajak si kecil bicara dari hati ke hati bersama Bunda dan Ayah.

Pada anak-anak yang sudah mulai remaja, Bunda juga bisa memastikan atau berjanji bahwa ke depannya keadaan keluarga mereka akan baik-baik saja. Bahwa Ayah akan tetap bersamanya setiap saat dibutuhkan. Atau ia akan mendapatkan waktu yang sama bersama Bunda dan Ayah.

Dengan bersikap jujur, apa adanya, dan menunjukkan perdamaian di depan anak, maka mereka akan mampu membuka hati dan mau mengerti bahwa masalah yang terjadi antara kedua orang tuanya adalah masalah yang tak memungkinkan kedua orang tuanya untuk bersama lagi. Dan dengan komunikasi yang baik, mudah-mudahan anak-anak pra remaja dan remaja ini, akan mampu menyikapi perasaannya dan berusaha menerima dengan sikap yang positif, Bun.

Anak-anak selalu mengetahui apa yang tengah terjadi di antara kedua orang tuanya, maka membicarakan dan menyelesaikan masalah dengan baik adalah pilihan terbaik | Shutterstock

Perceraian merupakan hal yang sangat berat bagi anak

Menurut Sol Rappaport, PhD., Psikolog di Illinois, AS, satu atau dua tahun pertama akan menjadi tahun-tahun terberat bagi anak-anak korban perceraian, Bun. Tak hanya berdampak secara psikologis, perceraian orang tua juga dapat berpengaruh pada prestasi akademik anak di sekolah, cara si kecil berteman atau bersosialisasi, penurunan kepercayaan diri yang signifikan, sampai pemberontakan.

Baca Juga: 6 Langkah Membantu Anak Hadapi Perceraian Orangtua

Untuk itulah, pendampingan dan perhatian yang tetap bahkan lebih dari Bunda dan Ayah yang bercerai menjadi hal yang sangat dibutuhkan demi menguatkan kembali rasa aman, percaya diri, dan perasaan dicintai, yang memudar dari si kecil. 

Bagaimana pun situasinya, mudah-mudahan Bunda dan Ayah yang memang harus berpisah, dapat terus semangat membersamai si kecil, demi kepentingan dan tumbuh kembangnya, ya! Bunda-bunda hebat pasti bisa, peluk jauh dari Kanya.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela