Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Wabi-Sabi: Mengenalkan Kesederhanaan dan Ketidaksempurnaan pada Anak

author
Ruth Sinambela
Senin, 16 Mei 2022 | 15:00 WIB
Mengajarkan Kesederhanaan dan Ketidaksempurnaan pada Anak Dapat Dilakukan Sejak Dini | Shutterstock

Saat Bunda dan keluarga hidup dalam kenyamanan yang cukup, bahkan berlebihan, Bunda tentu memiliki pilihan untuk menjalani hidup dengan bergaya hidup maksimal, atau hidup sederhana yang secukupnya saja.

Bagaimana Bunda ingin menanamkan nilai-nilai pada si kecil inilah yang sepenuhnya akan tergantung dengan bagaimana Bunda ingin si kecil tumbuh seperti apa kelak.

Baca Juga: Hipnoterapi Pada Anak Dapat Dilakukan di Rumah, Sederhana dan Bermanfaat

Salah satunya dapat dilakukan dengan mengenalkan wabi-sabi yang merupakan sebuah nilai kesederhanaan yang dimiliki bangsa Jepang, dimana menjalani hidup prihatin yang sederhana dan bersahaja adalah bentuk estetika penghormatan terhadap kemiskinan. Seperti bagaimana menjalani hidup sederhana untuk menyeimbangkan hidup, dengan tak menjadikan materi, penampilan, maupun penilaian orang sebagai barometer kebahagiaan atau kesuksesan.

Atau dengan kata lain, wabi-sabi juga dapat diibaratkan sebagai sebuah penerimaan diri, termasuk juga menerima ketidaksempurnaan dan kegagalan-kegagalan yang pernah dilalui dalam hidup, Bun. Lebih luas lagi, nilai yang terkandung dalam wabi-sabi dapat dilihat sebagai sebuah seni untuk menemukan keindahan dalam segala hal yang usang, rusak, bahkan telah mati.

Ketidaksempurnaan ada pada setiap segi kehidupan | Shutterstock

Wabi-Sabi

Pada awalnya, istilah “wabi-sabi” mulai dikenal dan diterapkan oleh penganut aliran Zen Buddhism. Yaitu dari kata wabi yang bermakna kesederhanaan, tidak serakah, tidak marah, dan merasa nyaman dengan diri sendiri.

Sementara sabi bermakna the bloom of time. Yang artinya, tak ada satu pun hal yang dapat lepas dari usia. Bahwa segala hal yang telah termakan usia, pasti telah melewati banyak cerita dan pengalaman hingga keindahannya mekar dengan caranya sendiri-sendiri.

Baca Juga: Foto yang Sempurna, Hidup yang Sempurna?

Mengajarkan nilai positif wabi-sabi pada si kecil

Apabila Bunda merasa bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam wabi-sabi sangat baik untuk diajarkan pada si kecil, maka Bunda bisa mencoba untuk mengenalkannya sejak dini, lho.

Mulailah dari hal-hal sederhana, seperti tak perlu memarahi si kecil ketika ia membuat tembok kotor karena coretan, atau membuat lantai kotor berantakan saat belajar makan sendiri. Atau bisa juga saat si kecil meminta makanan mahal, Bunda dapat mengajaknya untuk membuat makanan yang mirip atau sama seperti yang diinginkannya itu sendiri di rumah.

Dengan bermain bersama Bunda dapat mengajarkan pada si kecil tentang konsep wabi sabi | Shutterstock

Mengenalkan wabi-sabi lewat permainan

Selain itu, Bunda juga bisa mengajarkan makna wabi-sabi pada si kecil lewat permainan. Tidak sulit kok, Bun. Permainan sederhana ini dapat Bunda dan Ayah jadikan ajang memperkenalkan wabi-sabi pada si kecil!

Bagaimana cara melakukannya?

  • Pilihlah waktu akhir pekan, misalnya setelah makan malam keluarga, untuk memainkan permainan ini.
  • Mintalah setiap anggota keluarga untuk mengambil satu benda (bebas) yang tidak sempurna atau rusak.
  • Si kecil akan menilai dan memilih sendiri sebuah benda yang tak sempurna atau rusak, dan menggunakannya.
  • Misalnya cangkir yang pegangannya patah, maka si kecil bisa menggunakannya untuk minum.
  • Atau pakaian yang robek, si kecil bisa menggunakannya dengan tetap merasa nyaman.
  • Sambil memainkan permainan ini, Bunda dan Ayah bisa mengajak anak-anak berdiskusi, dan menanamkan nilai-nilai wabi-sabi pada mereka.

Baca Juga: Hati-Hati, Pengin Terlalu Sempurna Tak Sehat, Lo

Tujuan permainan ini adalah untuk membiasakan anak-anak dengan ketidaknyamanan, ketidaksempurnaan, atau kegagalan, Bun. Dengan begitu ia akan mampu menerima dirinya sendiri dan orang lain, termasuk ketidaksempurnaan yang menyertainya. Diharapkan kelak saat mereka tumbuh dewasa, si kecil juga akan tumbuh menjadi orang yang sederhana, tulus, dan memiliki hati yang besar.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela