You are beautiful because you let yourself feel, and that is a brave thing indeed.
Shinji Moon

Yang Perlu Bunda Ketahui Mengenai Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) pada Anak

author
Ruth Sinambela
Rabu, 3 Agustus 2022 | 11:00 WIB
Infeksi Laten TB (ILTB) mengancam kesehatan anak yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC aktif | Shutterstock

Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB), yang sering kali menginfeksi anak-anak, merupakan suatu kondisi medis yang harus diperhatikan dengan seksama, Bun. Jangan sampai ILTB pada anak terlambat diketahui, dan memberi dampak buruk bagi kondisi kesehatan anak di masa depan, juga mengganggu tumbuh kembang dan aktivitasnya. Apalagi, kasus Tuberkulosis (TB) sendiri telah menyebabkan hingga 93 ribu kematian per tahun di Indonesia.

Baca Juga: Kenali Gejala Sesak Napas pada Balita dan Bagaimana Mengatasinya

Pengertian 

Seperti dilansir dari laman resmi TB Indonesia, ILTB pada anak sebenarnya merupakan suatu kondisi medis, dimana anak terinfeksi kuman TBC namun tidak menunjukkan gejala-gejala TBC aktif, Bun. 

Hal ini dapat terjadi karena si kecil mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik. Namun sayangnya, anak dengan infeksi laten tuberkulosis (ILTB) nyatanya memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi TBC aktif di kemudian hari.

TPT merupakan salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk bisa menekan angka infeksi laten TB | Shutterstock

Penyebab 

Anak yang memiliki ILTB di dalam tubuhnya, biasanya merupakan anak yang kesehariannya memiliki kontak erat dengan penderita TB atau ODHA (orang dengan HIV/AIDS) yang tidak terdiagnosa TB, Bun. Dimana menurut data statistik yang dilansir dari TB Indonesia, kasus ILTB yang disebabkan oleh kontak langsung dengan kasus TBC aktif serta populasi berisiko lainnya, ditemukan sebanyak 1,7 juta kasus pada tahun 2019.

Baca Juga: Napas Bayi Bunyi Grok-Grok? Ini Cara Mengatasinya

Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)

TPT merupakan salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk bisa menekan angka infeksi laten TB, terutama pada anak-anak, dengan melakukan skrining kontak erat, Bun.

Skrining kontak erat akan dilakukan dengan memberi pertanyaan, serta pemeriksaan dengan tes tuberkulin di kulit, atau pemeriksaan melalui darah. Barulah setelah diketahui kalau si kecil terinfeksi TB laten, maka pemerintah akan memberikan obat pencegahan TBC untuk dikonsumsi oleh anak selama 3 bulan setiap satu minggu sekali, atau selama 6 bulan setiap hari. Dimana pemberian obat ini akan disesuaikan dengan usia dan kondisi masing-masing anak.

Sayangnya, berdasarkan data Global TB Report (GTR, 2019), cakupan pemberian TPT pada anak usia di bawah 5 tahun dan ODHA, ternyata hanya berada di angka 10%. Padahal target yang diharapkan pemerintah adalah sebesar 40%. Tentu masih jauh sekali dari capaian target.

Apabila tidak diobati sedini mungkin, maka di kemudian hari ILTB dapat menjadi TBC aktif, Bun! | Shutterstock

Kendala pencegahan ILTB

  • Kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya ILTB bagi anak, menjadi alasan utama sulitnya pemerintah untuk memantau dan memberi TPT bagi anak pengidap ILTB.
  • Penolakan skrining ILTB oleh keluarga untuk anak yang melakukan kontak erat dengan penderita TB atau ODHA, karena tak menampakkan gejala TB apapun.
  • Pengobatan atau terapi obat yang memerlukan waktu tidak sedikit, juga kedisiplinan serta kesadaran penuh pengidap ILTB untuk rutin mengonsumsi obat, hingga benar-benar sembuh dan aman dari TB di masa depan.

Baca Juga: Ini 5 Jenis Kanker yang Paling Banyak Dialami Anak-anak Menurut WHO

Sangat penting untuk memeriksakan diri juga seluruh anggota keluarga, khususnya anak-anak, apabila memiliki kontak erat dengan orang yang menderita TB ya, Bunda. Dengan mendapatkan pemeriksaan menyeluruh di pusat kesehatan masyarakat maupun Rumah Sakit Pemerintah terdekat, maka ILTB dapat segera diketahui dan diobati.

Merupakan harapan kita semua apabila di kemudian hari, penderita ILTB dapat sembuh sepenuhnya dan hidup sehat ya, Bun. Tentunya juga terhindar dari infeksi penyakit TB di masa depan! Semangat sehat, Bunda dan keluarga.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi