To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

Bayi Lahir 1,5 Kg di Tasik Meninggal Diduga Malapraktik

author
Ratih Sukma Pertiwi
Kamis, 23 November 2023 | 16:04 WIB
Bayi BBLR harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat untuk meminimalisir komplikasi kesehatan. | Shutterstock

Kabar memilukan beredar di media massa beberapa hari lalu. Bayi baru lahir dengan berat hanya 1,5 kg meninggal diduga karena tidak segera mendapatkan penanganan medis yang tepat setelah dilahirkan di Klinik Alifa, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kasus ini berawal ketika Nisa Armila yang telah hamil 9 bulan menjalani proses persalinan di klinik tersebut, Senin (13/11). Sayangnya Nisa diduga tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari tenaga medis. Bahkan sehari setelah melahirkan, bayi yang beratnya hanya 1,5 kg dan ibunya diminta pulang tanpa informasi penanganan lanjutan.

Musibah datang kemudian. Tidak sampai sehari berada di rumah, bayi laki-laki Nisa ditemukan tak bergerak. Pihak keluarga membawa kembali bayi ke klinik tempat ia dilahirkan, dan di sana bayi dinyatakan meninggal.

Keluarga lalu membawa bayi ke rumah sakit untuk memastikan kondisinya. Sesampainya di sana, petugas pun menyatakan bayi sudah meninggal. Petugas rumah sakit juga heran mengapa bayi dalam kondisi berat badan rendah sudah langsung diperbolehkan pulang dari klinik tanpa perawatan khusus.

Yang semakin membuat miris, setelah bayinya meninggal, Nisa dan suaminya, Erlangga Surya, baru mengetahui bahwa bayinya sempat menjadi konten media sosial klinik. Nisa menerima kiriman sekitar 15 foto bayi dari pihak klinik ke ponselnya disertai tulisan “Turut Berbahagia”.

“Kami tanya (ke pihak klinik), jawabannya buat ‘momen lahiran’ di klinik. Tapi, kan, tidak pas, kami sedang berduka. Mantu saya (ibu bayi) sampai menangis melihat foto-foto itu. Rasanya tidak etis,” ungkap Tati, ibunda Erlangga, seperti dikutip dari detiknews.

Baca juga: Faktor yang Memengaruhi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada Bayi

Keluarga Nisa menyimpulkan, pihak klinik telah lalai dalam melakukan perawatan bayi. Bukannya dirawat di dalam ruang neonatal intensive care unit (NICU), bayi seberat 1,5 kg tersebut malah difoto menggunakan berbagai kostum untuk konten media sosial klinik tanpa seizin orang tuanya.

Merasa diperlakukan tidak semestinya, Erlangga dan Nisa melaporkan pihak klinik ke Polresta Tasikmalaya dengan tuduhan malapraktik, Senin (20/11). Mereka juga melapor ke Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dan segera direspons dengan pembentukan tim khusus pencari fakta untuk menginvestigasi kasus ini.

Bayi BBLR biasanya diperbolehkan pulang jika kondisinya sudah stabil dan berat badan sudah meningkat. | Shutterstock

Penanganan BBLR

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki berat badan lahir kurang dari 2,5 kg. Bayi Nisa yang lahir dengan berat 1,5 kg tergolong BBLR.

Umumnya, BBLR terjadi pada bayi prematur (lahir pada usia kandungan < 37 minggu), namun tidak menutup kemungkinan bayi cukup bulan (aterm) mengalami BBLR, termasuk bayi Nisa yang menurut keterangan keluarga lahir setelah usia kehamilan 9 bulan.

Ibu dari bayi BBLR sebaiknya menjalani persalinan di rumah sakit. Perawatan bayi BBLR segera setelah lahir adalah dengan menempatkannya pada inkubator dalam ruang NICU. Penanganan bayi disesuaikan dengan kondis medis bayi. Pengawasan dilakukan intensif untuk mencegah terjadinya perburukan komplikasi, seperti sesak napas, infeksi, hipotermia, gangguan pencernaan.

Baca juga: Berapa Pertambahan Berat Janin dari Minggu ke Minggu?

Selain prematuritas, BBLR dapat disebabkan oleh beragam faktor, seperti pertumbuhan janin terhambat akibat gangguan plasenta, kesehatan ibu hamil, atau kondisi janin itu sendiri.

Sedangkan faktor ibu hamil yang dapat meningkatkan risiko BBLR, antara lain:

-Pernah melahirkan bayi BBLR sebelumnya.

-Mengalami komplikasi kehamilan.

-Mengandung bayi kembar.

-Mengalami malnutrisi.

-Hamil di usia kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 tahun.

Bayi BBLR biasanya diperbolehkan pulang jika kondisinya sudah stabil, berat badannya mencapai target, komplikasinya sudah diatasi, dan dapat minum ASI/pengganti ASI secara normal. Setelah pulang pun, bayi harus diperiksa secara rutin ke dokter.

Untuk meminimalkan risiko terjadinya BBLR, selama kehamilan lakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan agar bisa dilakukan pemantauan lewat USG. Selain itu, konsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan ibu hamil.

 

 

Referensi:

https://www.instagram.com/p/Czv5TfsLcuo/?utm_source=ig_web_copy_link&igshid=MzRlODBiNWFlZA==

https://www.alodokter.com/berat-badan-lahir-rendah

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24980-low-birth-weight

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi