
Bunda pasti sering mendengar saran untuk membacakan buku untuk anak sejak dini. Maklum saja, dari berbagai riset, ditemukan bahwa minat baca anak Indonesia tergolong rendah.
Menurut survei dari UNESCO (2021), misalnya, minat baca orang Indonesia hanya 0,001% atau hanya satu orang dari 1.000 orang Indonesia yang rajin membaca. Tahun 2022, riset dari UNESCO ini juga menyebut bahwa minat membaca di Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 70 negara.
Sedangkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku.
Baca juga: Membacakan Cerita Bisa Dukung Kemampuan Bicara Si Kecil, Ini Tipsnya!
Hm... mencemaskan sekali, ya? Itu sebabnya, orang tua terus didorong untuk membiasakan diri membaca bersama anak. Sayangnya, tidak semua orang tua menikmati kegiatan ini.
Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh Nielsen dan penerbit HarperCollins, hanya 40% orang tua dengan anak usia 0–13 tahun yang mengatakan bahwa membacakan buku untuk anak itu menyenangkan bagi mereka.
Sisanya? Kemungkinan membaca terasa seperti beban, bukan momen kebersamaan. Fakta ini juga membuat kita bertanya-tanya, apakah karena orang tua sudah jarang membacakan buku untuk anak maka minat baca anak menjadi rendah? Atau karena minat baca yang rendah membuat orang tua berhenti membaca bersama anak?
Hal yang cukup merisaukan, survei ini juga menunjukkan penurunan jumlah anak balita yang rutin dibacakan buku. Pada 2012, sekitar 64% anak usia 0–4 tahun sering dibacakan buku. Sekarang, angkanya turun drastis menjadi hanya 41%.
Bahkan, ada perbedaan cukup besar antara anak laki-laki dan perempuan. Hanya 29% anak laki-laki usia 0–2 tahun yang dibacakan buku setiap hari, sementara anak perempuan di usia yang sama mencapai 44%.
Menurut Alison David, direktur wawasan konsumen di HarperCollins, dibacakan buku itu membuat anak merasa bahwa membaca itu menyenangkan.
Baca juga: Orang yang Merasa Bebersih Rumah Itu Satisfying Banget, Ternyata Punya Sifat Ini
“Kalau anak tidak tumbuh dalam budaya membaca yang positif di rumah, mereka cenderung melihat membaca sebagai tugas sekolah, bukan aktivitas yang bisa dinikmati,” ujarnya.
Salah satu penyebabnya mungkin datang dari perbedaan generasi. Orang tua dari generasi Z lebih cenderung melihat membaca sebagai pelajaran, bukan hiburan. Mungkin karena mereka sendiri tumbuh di era digital, di mana hiburan lebih sering datang dari layar ponsel dan tablet dibanding dari buku.
Untungnya, masih banyak juga kok yang melihat membaca sebagai kegiatan menyenangkan. Sekitar 31% orang tua Gen Z melihat membaca sebagai hiburan, sedangkan 35%-nya menganggap membaca itu gabungan antara belajar dan bersenang-senang.
Tantangan lain datang dari kesibukan. Sepertiga orang tua mengaku ingin punya lebih banyak waktu untuk membaca bersama anak. Sebagian orang tua mengatakan tidak sempat membaca buku karena tugas sekolah anak terlalu banyak. Angkanya melonjak dari 25% pada 2012 menjadi 49% di tahun 2024.
Jadi malas membaca sendiri?
Meskipun begitu, Bunda tak perlu melihat hasil survei itu dengan pesimis. Buktinya, masih ada 44% orang tua yang merasa bahwa membaca bersama anak membuat mereka merasa lebih dekat secara emosional.
Menurut David, anak-anak yang sering dibacakan buku akan lebih cepat senang membaca dan cenderung lebih semangat membaca sendiri. Bahkan, anak yang dibacakan buku setiap hari bisa tiga kali lebih mungkin untuk membaca secara mandiri dibanding yang hanya dibacakan seminggu sekali.
Baca juga: Baby Food Pouch Memang Praktis, tapi Jangan Jadikan Makanan Utama
Sayangnya, banyak orang tua berhenti membacakan buku setelah anak bisa membaca sendiri. Ada anggapan bahwa jika kita tetap membacakan buku, anak akan jadi malas membaca sendiri.
Tetapi menurut HarperCollins, anggapan ini tidak benar. Justru membacakan buku tetap penting, bahkan saat anak sudah bisa membaca sendiri.
Intinya, membaca bersama anak bukan soal belajar semata, tapi juga soal membangun bonding. Kita tidak harus menunggu waktu yang sempurna atau membaca buku yang tebal.
Yang penting, luangkan waktu, meski sebentar, untuk menikmati cerita bersama. Karena dari cerita-cerita kecil itulah, tumbuh keinginan untuk membaca. Dan seperti yang kita tahu, cinta terhadap membaca akan membawa manfaat seumur hidup.
Sumber: The Guardian, KallaInstitute.ac.id, Perpusnas.go.id