I finally realized that being grateful to my body was key to giving more love to myself.
Oprah Winfrey

Setiap Hari Ada Saja yang Lupa, Kenapa Si Kecil Bisa Ceroboh?

author
Ratih Sukma Pertiwi
Minggu, 13 Oktober 2019 | 12:00 WIB
| SHUTTERSTOCK

Setiap ke sekolah ada saja alat tulis yang hilang atau ketinggalan di rumah. Menyimpan barang di rumah juga sering lupa di mana. Aduh, bunda jadi pusing kenapa si kakak jadi ceroboh begitu?

Dita kesal, setiap Zio, putra sulungnya, pulang sekolah ada aja benda yang ketinggalan di sekolah atau hilang. Pensil, penghapus, penggaris, dasi, topi, tempat minum, dan masih banyak lagi. Sudah dibelikan yang baru, besoknya hilang lagi. Begitu seterusnya.

Lain cerita lagi, bolak-balik Dita ditegur guru kelas Zio lantaran si anak lupa terus mengerjakan PR atau membawa bahan-bahan untuk praktikum padahal itu tugas kelompok.

Di rumah juga Zio sering banget lupa jika menaruh sesuatu, padahal itu barang-barang pribadinya. Saatnya jadwal les, Zio juga harus selalu diingatkan. Zio kerap bergantung pada si mbak yang mencarikan atau menyiapkan semua perlengkapannya.

Dita bingung harus bagaimana. Setiap ditanya, Zio cuma menjawab, “Aku lupa, Bun”, “Aku enggak tahu”, “Kayaknya tadi udah dimasukin tas.”

Duh, Dita senewen jadinya. Pernah mengalami kejadian seperti Dita? Apa yang sebaiknya dilakukan?

Menurut Jovita Maria Ferliana, M.Psi. anak yang ceroboh atau berantakan biasanya disebabkan oleh beberapa hal.

1.Kemampuan Konsentrasi Kurang

Pertama, bisa jadi karena anak tersebut memang memiliki kemampuan konsentrasi dan fokus yang kurang memadai.

“Memang ada anak yang kemampuan konsentrasinya tipis, ada yang cukup lama. Jadi anak itu bukan ceroboh karena sengaja, tetapi memang karena kemampuan untuk mempertahankan konsentrasi rentangnya terbatas. Misalnya, taro barang di atas meja tetapi kemudian lupa,” jelas Jovita.  

Baca juga: 7 Nutrisi Otak Anak, Ternyata Ikan Kembung Lebih Baik Dari Salmon

2.Pola Asuh Kurang Tepat

Anak bisa menjadi ceroboh terkait dengan pola asuh orang tua yang terlalu membiarkan anak tanpa ada aturan. “Istilahnya, mau anak ngapain juga boleh. Jadi suka-suka si anak.”

Atau, bisa juga terjadi karena orang tua yang terlalu melayani anak. Misalnya, lanjut Jovita, anak ke sekolah alat tulisnya disiapin ibunya, tas dibawain sopirnya, makanan disiapin mbaknya, baju diambilin mbaknya.

Akhirnya begitu anak tumbuh sejalan pertumbuhan usianya, dia enggak care dengan barang-barang pribadinya dan jadwal-jadwal hariannya.

“Ada lho anak yang ditanya, ‘Kamu hari ini di sekolah jadwal belajar apa?’ Dia enggak tahu dan bertanya pada ibunya. Padahal sekolah itu, kan, kegiatan rutin yang dilakukan setiap setiap hari, itu pun dia enggak bisa ingat karena terlalu dilayani,” jelas Jovita.

 

Nah, kedua penyebab tadi tentunya kurang baik bagi anak dan harus segera diperbaiki. Caranya?

1.Ajak anak membuat jadwal harian, apa saja yang harus dilakukan, barang apa saja yang harus dibawa, dan sebagainya. Ajak anak untuk menaatinya.

2.Jika anak berulang kali ketinggalan atau menghilangkan sesuatu -misal, alat tulis- jangan dibawakan atau digantikan dengan mudah.

Jika Bunda membawakan atau menggantikan dengan mudah, anak tidak akan belajar bertanggung jawab menjaga barang-barang pribadinya. Anak akan berpikir, “Ah, kalau ketinggalan nanti juga dibawain Bunda”, “Besok juga aku dikasih pensil baru.”

Tonton Parenting Case: Agar Anak Tidak Sering Ketinggalan Barang

Biarkan anak mendapatkan konsekuensi atas kecerobohannya tersebut. Misalnya, lupa bawa buku jadi tidak bisa mengikuti pelajaran dan tidak mendapat nilai, sehingga lain kali dia akan membawa barang dengan lebih teliti.

Jika pensilnya hilang dan bunda tidak memberikan yang baru, dia jadi tidak bisa mencatat sehingga dia bakal mencari solusi, misalnya terpaksa memakai uang jajannya untuk membeli pensil. Lain kali, dia akan kapok untuk mengulanginya.

3.Terkait ketidakmampuan konsentrasi, jika sudah berlebihan bisa meminta bantuan psikolog untuk mendapatkan terapi yang tepat.

4.Stop untuk selalu melayani anak, misalnya menyiapkan perlengkapan sekolahnya. Dengan membiarkan anak melakukan tanggung jawabnya, akan tumbuh kesadaran untuk melakukan kewajibannya.

 

 

 

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi