For me, motherhood is learning about the strengths I didn’t know I had, and dealing with the fears I didn’t know existed.
Halle Berry

MPASI Pertama Kali, Seberapa Banyak dan Apa Jenisnya?

author
Ratih Sukma Pertiwi
Sabtu, 1 Februari 2020 | 12:00 WIB
Setelah berusia 6 bulan bayi membutuhkan asupan tambahan berupa MPASI. | SHUTTERSTOCK

Setelah ASI eksklusif selama 6 bulan, saatnya bayi diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Apa jenisnya dan sebanyak apa porsinya?

Enam bulan menjadi waktu yang tepat untuk memperkenalkan MPASI karena pada saat itu sistem pencernaan bayi sudah berkembang sempurna dan bisa mencerna makanan yang lebih padat.

Selain itu bayi membutuhkan asupan yang lebih banyak untuk mendukung tumbuh kembangnya. ASI hanya menyuplai kebutuhan energi harian bayi sekitar 60-70 persen.

Perhitungannya, bayi usia 6-8 bulan membutuhkan energi 600 kkal per hari, usia 9-11 bulan 700 kkal per hari, usia 12-24 bulan sekitar 900 kkal per hari. Jika pemberian ASI hanya mampu menyuplai 60-70 persennya, maka kekurangan inilah yang harus bayi dapat dari MPASI.

Baca juga: Berapa Penambahan Berat Badan yang Normal Pada Bayi?

Tanda Bayi Siap MPASI

Bunda juga bisa melihat tanda-tanda bayi siap mendapatkan MPASI dari hal-hal berikut ini:

  • Kepala bayi sudah bisa dalam posisi tegak.
  • Sudah bisa duduk meski kadang masih bersandar.
  • Suka menjilat-jilat bibir, bersuara, atau mencoba meraih makanan saat melihat orang makan.
  • Suka memasukkan tangan atau mainan ke dalam mulut.
  • Saat diberi makanan, bayi merespon dengan membuka mulutnya.

Pemberian MPASI yang baik tentu harus mengandung gizi yang seimbang, yaitu makronutrisi (karbohidrat, protein, lemak) serta mikronutrisi (vitamin, mineral, serat). Namun tentu penyajiannya disesuaikan dengan kemampuan bayi memproses makanan.

Baca juga: 9 Tanda Bayi Siap Diberi MPASI

Seberapa Banyak dan Apa Jenisnya?

Jenis MPASI sangat beragam, misalnya bubur nasi, bubur tepung atau biskuit, bubur sereal, puree buah atau sayur, finger food, dan sebagainya.

 

Agar bisa beradaptasi, bayi awalnya diberi MPASI yang teksturnya lunak, halus, dan perlu disaring agar bayi mudah menelannya. Setelah terbiasa, Bunda bisa menambah teksturnya menjadi semakin padat.

Usia 6 Bulan

Jenis MPASI:

  • Puree buah atau sayur, seperti wortel, ubi, kentang, brokoli, pir, pepaya, avokad, pisang, melon.
  • Bubur tepung/biskuit/nasi yang disaring halus. Bubur dan puree bisa dicairkan dengan ASI, susu, kaldu.

Porsi: 2-3 sendok makan ( 30-45 ml) per waktu makan.

Frekuensi: 2-3 kali sehari.

Puree sayuran atau buah bisa menjadi alternatif menu MPASI bayi 6 bulan. | SHUTTERSTOCK

Usia 7-8 Bulan

Jenis MPASI:

  • Bubur nasi, kentang tumbuk, mi/bihun yang disaring kasar dengan tambahan sayuran dan protein, seperti wortel, brokoli, hati ayam, daging ayam, ikan, telur, tempe, tahu.
  • Finger food, seperti buah potong, sayur rebus/kukus.

Porsi: Sekitar 100 ml per waktu makan.

Frekuensi: 2-3 kali sehari makanan utama, 1-2 kali snack.

Baca juga: Tips Mengenalkan MPASI Pertama Kali Tanpa Drama

Usia 9-12 Bulan

Jenis MPASI:

  • Nasi tim atau jenis karbohidrat lain yang dicincang kasar dengan tambahan sayuran dan protein.
  • Finger food, seperti buah potong, sayur rebus/kukus, puding roti, biskuit bayi.

Porsi: Sekitar 120-200 ml per waktu makan.

Frekuensi: 3 kali sehari makanan utama, 1-2 kali snack.

Baca juga: Yuk, Bikin Sendiri Variasi MPASI Buat Si Kecil

Usia 13-24 Bulan

Jenis MPASI:

  • Mulai bisa mengonsumsi menu keluarga, namun sebaiknya tidak terlalu pedas dan berempah.

Porsi: Sekitar 200 ml per waktu makan.

Frekuensi: 3-4 kali sehari makanan utama, 1-2 kali snack.

 

Yang juga perlu diperhatikan, kemampuan makan pada bayi berbeda-beda. Jangan dipaksa ketika bayi sudah menolak, berikan menu makanan variatif agar bayi tertarik, dan beri makan dengan jadwal yang teratur.

Perhatikan juga kenyamanan bayi saat makan, misalnya apakah dia sedang mengantuk, baru minum ASI, apakah makanan terlalu panas, apakah tempat duduknya nyaman, dan sebagainya.

Sebaiknya saat bayi makan, fokuskan pada makanan dan jangan dibarengi dengan aktivitas lain, seperti bermain atau menonton.

Selamat mencoba, Bunda!

 

 

 

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi