When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Benarkah Orang Tua Tidak Boleh Bilang “Jangan” ke Anak? Apa Alasannya?

author
Ruth Sinambela
Jumat, 15 Oktober 2021 | 18:40 WIB
Komuikasi positif baik untuk anak | Shutterstock

Bunda mungkin sering mendengar kalimat peringatan seperti tertulis di judul artikel ini. Bahwa berkata “jangan” kepada anak itu terlarang dan dapat menghambat perkembangannya. Benar nggak sih Bun, pendapat ini?

Jawabannya, ya dan tidak. Untuk alasan-alasan tertentu, memang sebaiknya Bunda tidak melulu melarang anak dengan berkata ‘jangan’. Tapi, untuk kondisi lainnya, memang sudah sepantasnya kalimat larangan yang menggunakan kata “jangan” diucapkan kepada anak.

Kondisi dan situasi seperti apa saja sih yang dimaksud? Yuk, simak penjelasan singkatnya berikut ini.

Baca juga: Hal-hal yang Perlu Diperhatikan saat Hendak Mengajarkan Anak Bahasa Kedua

 

Ganti “jangan” dengan kalimat yang lebih positif

Saat Bunda melarang anak melakukan sesatu, kemungkinan besar dilakukan untuk melindungi anak dari akibat yang mungkin dapat merugikan. Misalnya jatuh, terluka, dan merusak mainan/benda lainnya. Nah, jika memang harus melarang anak melakukan sesuatu, ada kok alternatif kata atau pilihan kalimat yang lebih positif namun efektif, seperti beberapa contoh berikut ini:

 

Kalimat larangan : Jangan lompat-lompat, nanti jatuh!

Kalimat positif : Kalo Adik lagi turun tangga, hati-hati ya, karena kalau lompat-lompat gitu, bisa jatuh.

Kalimat larangan : Jangan nangis dong, bicara yang jelas!

Kalimat positif : Bunda tahu Kakak sedih, tapi kalau nangis terus, Bunda nggak bisa dengar Kakak bilang apa?

Kalimat larangan : Jangan main gunting, nanti berdarah!

Kalimat positif : Dek, itu kan gunting Bunda, dipakai untuk buka paket dan bungkusan. Kalau Adek mau gunting kertas origami, pakai gunting kecil ini ya, tapi Bunda harus lihat, okay?

Baca juga: Memberi Hadiah pada Anak juga Ada Triknya, Bun!

 

Mengatakan | Shutterstock

Ganti “jangan” dengan memberi pilihan yang lebih baik untuk anak

Memberi pilihan kepada anak dapat membuat mereka merasa lebih nyaman berhenti melakukan sesuatu. Cara ini juga membuat si kecil merasa dihargai, serta tidak terpaksa melakukan sesuatu. Karena, alih-alih harus berhenti, mereka mendapat pilihan yang tetap menguntungkan baginya, namun juga sesuai harapan orang tua. Win-win solution, Bun!

 

Kalimat larangan : Jangan makan permen terus!

Kalimat positif : Kalau Kakak mau makan permen lagi, setelah itu harus sikat gigi lagi ya?

Kalimat larangan : Jangan nonton TV lagi, udah malem! 

Kalimat positif : Kakak mau nonton kartun favorit ya? Boleh, tapi besok pagi, karena sekarang sudah waktunya tidur. 

Kalimat larangan : Jangan main air, nanti kamu pilek!

Kalimat positif : Main airnya hanya satu kali seminggu ya. Adik mau hari ini? Berarti besok nggak boleh lagi ya?

Baca juga: Bolehkan Anak Laki-laki Main Boneka? Apa Manfaatnya?

 

Tetap gunakan kata jangan, untuk hal-hal yang memang perlu

Nah, sebenarnya, di kondisi tertentu yang benar-benar perlu, tidak ada salahnya juga Bunda menggunakan kata “jangan”. Misalnya, saat anak tanpa sengaja memegang benda tajam seperti pisau, mendekati kompor menyala, dan atau berada pada kondisi yang benar-benar membahayakan lainnya.

Tapi, catatannya adalah, Bunda wajib tetap tenang saat meminta anak untuk berhenti melakukan sesuatu. Tidak boleh dengan nada membentak yang mengagetkan, karena justru dapat membuat anak lepas kendali dan terlanjur membahayakan dirinya atau orang lain.

Nah, itu dia Bun, cara-cara tepat mengganti kata “jangan” kepada anak. Dengan menerapkan tips ini, anak-anak bisa jadi lebih paham kenapa mereka tidak boleh melakukan sesuatu, dan di saat bersamaan, jadi terbiasa memilih sesuatu aktivitas yang tepat dan aman untuknya.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela