When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Bunda Menangislah, Jangan Ditahan

author
Ruth Sinambela
Kamis, 11 November 2021 | 15:04 WIB
Menangis Adalah Bentuk Perasaan yang Apabila Ditahan Terus Menerus Maka Akan Berbahaya Untuk Kesehatan Mental | Shutterstock

 

Sedih, kecewa, dan kelelahan adalah beberapa alasan yang seringkali membuat Bunda mengeluarkan air mata. Terutama saat mengurus si kecil dengan segala polah mereka yang terkadang membuat Bunda marah namun harus menahannya, Bunda tentu akan merasa kerepotan. Di satu sisi tak ingin marah apalagi membentak si kecil, namun di sisi lain Bunda harus menahan segala emosi juga perasaan yang berkecamuk di dalam diri. Rasanya seperti ingin pergi jauh dan meninggalkan segala rutinitas dengan segala keruwetan di depan mata. Bunda, saat situasi seperti itu terjadi, coba berhentilah sejenak… masuk ke kamar dan duduk diam, dalami perasaan Bunda dan keluarkan emosi yang harus dikeluarkan, jangan ditahan. Perasaan Bunda juga memerlukan perawatan. Perasaan Bunda juga harus diolah dan ditata sedemikian rupa agar tak membuat sakit kepala, apalagi sampai mengganggu kesehatan mental. Maka menangislah.

Baca Juga: Bunda, Ini 7 Gejala dan Cara Mengatasi Postnatal Anxiety

Menangis di depan si kecil? Bolehkah?

Selain karena Bunda kelelahan mengurus rumah atau bekerja, menangis juga dapat terjadi karena sebab lain, kedukaan misalnya. Untuk alasan berduka menangis di depan anak tidak menjadi masalah. Dengan begitu anak akan belajar untuk mengeluarkan kesedihan saat berduka, ini mengajarkannya pula untuk mengembangkan perasaannya.

Bagaimana dengan menangis karena kewalahan mengurus rumah atau karena marah kepada si kecil? Seorang psikolog perkembangan anak dan pendiri Peaceful Parenting Inc, Nancy S. Buck, Ph.D, dalam suatu kesempatan mengatakan, “Apakah masuk akal kalau orang tua menyembunyikan atau menahan tawa mereka di depan anak-anak? Maka jawaban yang sama juga berlaku untuk tangisan.”

Menangis adalah suatu bentuk ekspresi seseorang dalam mengutarakan perasaannya. Maka menangis di depan si kecil tidak dilarang karena berguna untuk memberi tahu anak bahwa mengekspresikan perasaannya adalah suatu kewajaran. Namun, yang perlu Bunda ingat adalah frekuensinya. Yang tidak boleh adalah apabila Bunda terlalu sering menangis di depan si kecil. Hal ini dapat membuat si kecil merasa tidak nyaman dan justru akan membebaninya untuk membantu mengurangi kesedihan Bunda, yang mana hal ini bukanlah tanggung jawab mereka.

Baca Juga: Bukan Cuma Fisik, Ini 5 Cara Menyiapkan Persalinan Secara Mental

Selain itu saat Bunda menangis di depan si kecil Bunda harus mau menjelaskan kepada mereka kenapa Bunda menangis, apa alasannya, dan bagaimana Bunda akan mengatasi kesedihan Bunda saat itu. Adakalanya si kecil mungkin tak memahami beberapa hal yang Bunda rasakan, maka sebaiknya berceritalah dengan kalimat-kalimat sederhana yang dapat mereka pahami.

Kelelahan Menjadi Salah Satu Penyebab Bunda Menangis | Shutterstock

Manfaat menangis untuk Bunda

Bunda, jangan ragu untuk menangis di saat Bunda merasa kewalahan atau kelelahan. Terlebih lagi ketika Bunda merasa sedih atau kecewa akan suatu hal. Karena dengan menangis, maka keseimbangan emosional akan terbentuk, rasa sakit Bunda mulai menghilang, dan Bunda dapat segera mengelola perasaan Bunda lagi.

Menangis juga akan membantu Bunda memulihkan kesedihan. Terutama ketika Bunda sedang berduka karena kehilangan orang terdekat, maka menangis akan membantu Bunda menyembuhkan luka dan menemukan kekuatan baru.

Selain itu, menangis juga akan meningkatkan suasana hati. Seperti halnya ketika Bunda menangis karena membaca cerita sedih, atau menonton drama korea, setelah Bunda menangis pastilah perasaan Bunda menjadi tenang dan enteng. Begitu pula ketika Bunda menangis karena hal-hal lain. Menangis akan meringankan beban Bunda, memberi tambahan semangat, dan memberi kesempatan Bunda untuk menjadi Bunda yang lebih kuat lagi.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela