What it’s like to be a parent: It’s one of the hardest things you’ll ever do but in exchange it teaches you the meaning of unconditional love.
Nicholas Sparks

Depresi Pada Remaja, Masalah Kesehatan Mental dapat Menimpa Siapa Saja

author
Ruth Sinambela
Jumat, 5 Agustus 2022 | 15:05 WIB
Perubahan sikap dan perilaku anak di rumah dapat mencerminkan masalah kesehatan mentalnya | Shutterstock

Baru-baru ini putri sulung selebritis tanah air Mona Ratuliu, Davina Shava Felisa atau lebih dikenal dengan Mima Shafa, dalam akun Instagram pribadinya @mimashafa membagikan kisah depresi yang ternyata telah dialaminya selama 7 tahun ke belakang, dan mulai dirasakannya saat ia masih duduk di bangku SMP, Bun.

Dalam unggahan tersebut Mima menceritakan bagaimana ia mengalami depresi dan bahkan sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit karena percobaan bunuh diri yang pernah dilakukannya. Kini, Mima menuturkan, meskipun masih mengalami turun-naik, kondisi kesehatan mentalnya sudah semakin membaik.

Baca Juga: Si Kecil Selalu Sedih? Bisa Jadi Ia Depresi

Faktor yang menimbulkan depresi pada remaja

Meski kehidupan  remaja kelihatannya ceria dan mudah bagi sebagian orang, namun harus diakui kalau sebenarnya remaja pun dapat mengalami masalah kesehatan mental karena berbagai alasan, Bun. 

Berikut ini beberapa faktor yang dapat memicu depresi pada remaja, seperti dilansir dari alodokter.com:

  • Faktor genetik
  • Perubahan hormon
  • Pengalaman traumatik
  • Harga diri yang rendah
  • Ketidakmampuan dalam belajar (ADHD)
  • Penyalahgunaan minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang
  • Menderita penyakit kronis
  • Memiliki gangguan mental lainnya, seperti gangguan bipolar, anoreksia, dan bulimia

Banyak hal dapat menyebabkan depresi pada anak, salah satunya kejadian yang traumatis | Shutterstock

Ciri-ciri remaja mulai mengalami depresi

Untuk bisa mencegah depresi menjadi semakin berat karena terlambatnya penanganan yang dilakukan, terlebih dahulu Bunda dan Ayah harus memiliki hubungan yang baik dan dekat dengan anak, sehingga mampu mengenali dan melihat perubahan yang mungkin dialaminya ketika mengalami depresi, Bun.

Meskipun sering kali, mudahnya mood atau suasana hati anak usia remaja berubah-ubah, bisa jadi membuat Bunda maupun orang-orang di dekatnya akan lebih sulit menyadari kalau ia menyiratkan tanda depresi. Karena itulah, kepekaan Bunda dan Ayah sangat dibutuhkan, apalagi remaja yang mengalami depresi biasanya akan bersikap lebih tertutup, Bun. 

Baca Juga: Afirmasi Positif: Sangat Penting bagi Kesehatan Fisik dan Mental Anak

Berikut ini beberapa ciri-ciri yang dapat Bunda lihat dari remaja yang sedang mengalami depresi:

  • Mudah menangis, tersinggung, dan marah karena hal-hal yang sederhana
  • Kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari
  • Menyalahkan diri sendiri
  • Sulit berkonsentrasi, sering bolos, dan prestasi di sekolahnya menurun
  • Sulit tidur dan insomnia
  • Mudah merasa lelah
  • Sering sakit kepala atau sakit perut
  • Tidak nafsu makan atau justru makan berlebihan

Apa yang harus Bunda lakukan pertama kali?

Ketika Bunda maupun Ayah telah melihat beberapa tanda depresi pada si kecil, maka akan sangat baik apabila Bunda segera mencari bantuan untuk mengatasi permasalahan mental ini dari ahlinya ya, Bun.

Bullying menjadi salah satu alasan yang paling sering mengakibatkan depresi pada anak dan remaja | Shutterstock

Meski begitu, jangan serta-merta mengajak si kecil apalagi memaksanya untuk menemui dokter maupun psikiater. Sebaliknya, Bunda dapat berkonsultasi sendiri terlebih dahulu tanpa si kecil, dan menceritakan apa yang Bunda rasakan maupun lihat. 

Justru yang pertama kali harus Bunda lakukan adalah memberi banyak waktu, perhatian, dan kasih sayang pada buah hati Bunda yang mungkin mengalami depresi, dengan mengajaknya bicara dan melakukan kegiatan favoritnya bersama.

Baca Juga: Kasus Bully di Tasikmalaya Menyebabkan Korban Meninggal Dunia, Pengaruh Media Sosial?

Hal ini akan membantunya untuk meyakini kalau Bunda akan selalu ada untuknya, bahkan di saat terendah dalam hidupnya, Bun. Dengan begitu, ketika si kecil siap dan mau lebih membuka diri, itulah waktunya Bunda bisa memeluk dan merangkulnya. Tanpa menghakimi, apalagi memberikannya nasihat-nasihat yang tidak perlu.

Karena dengan memvalidasi perasaannya lah maka ia akan mampu menghadapi masalah maupun kesulitan yang dialaminya, Bun. Ingatlah bahwa orang tua bukanlah ahli kejiwaan yang dapat mengobati, namun orang tua adalah orang terdekat, orang tua adalah seluruh dunia yang dimiliki juga dibutuhkan anak, untuk mengatasi kesulitan dan menyembuhkan dirinya sendiri.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi