Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Usia Berapa Sebaiknya Anak Laki-Laki Disunat?

author
Ratih Sukma Pertiwi
Minggu, 14 Januari 2024 | 10:00 WIB
Sunat memiliki banyak manfaat kesehatan pada anak hingga dewasa kelak. | Shutterstock

Anak laki-laki di Indonesia umumnya disunat pada usia Sekolah Dasar. Namun ada juga yang disunat pada masa bayi. Semua tergantung kesiapan dari orang tua dan si Kecil. Sebetulnya dari pandangan medis, kapan waktu yang ideal bagi anak-laki-laki disunat?

Kepala penis tertutup tudung atau kulit yang disebut kulup. Saat sunat, kulup akan diangkat melalui pembedahan sehingga ujung penis terlihat. Masing-masing keluarga memiliki alasan tersendiri untuk melakukan sunat pada anaknya. Ada yang dilandasi kepercayaan agama, ada juga untuk alasan menjaga kebersihan dan kesehatan.

Manfaat Sunat

Sunat pada laki-laki memang memiliki beberapa manfaat kesehatan. Utamanya adalah untuk menjaga kebersihan area penis. Selain itu, sunat juga dapat mengurangi risiko penyakit infeksi saluran kemih, terutama pada tahun-tahun awal kehidupan. Penelitian menemukan bahwa anak yang tidak disunat 10 kali lebih rentan terkena infeksi saluran kemih.

Sunat juga dipercaya dapat menurunkan risiko kanker penis, tertular penyakit menular seksual, dan HIV. Anak yang disunat juga lebih aman dari peradangan atau iritasi penis.

Baca jugaMerawat Bayi yang Baru Disunat, Ini 7 Caranya

Kelebihan Sunat Dini

Berdasarkan beberapa referensi medis, sunat atau sirkumsisi pada anak-laki-laki dapat dilakukan pada usia berapa pun. Bahkan menurut Integral Medical Center, sejak usia 7 hari setelah kelahiran bayi boleh menjalani proses sunat.

Faktanya, semakin muda usia anak saat disunat, memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1.Pemulihan akan berlangsung lebih cepat.

2.Risiko infeksi lebih kecil.

3.Beberapa ahli menyebutkan bahwa pada bayi berusia satu minggu akan mengeluarkan darah yang sangat sedikit saat dilakukan proses sunat.

4.Sunat usia bayi juga meninggalkan efek traumatis yang lebih kecil ketimbang di usia balita atau bahkan lebih besar.

5.Melakukan sunat pada anak berusia kurang dari 1 tahun menurunkan risiko komplikasi akibat anestesi dan menurunkan biaya dibandingkan melakukan prosedur pada anak yang lebih besar.

Namun, tentu saja tidak semua anak disarankan disunat saat masih bayi. Biasanya dokter akan mempertimbangkan sunat bayi jika bayi tersebut mengalami kondisi medis tertentu.

Baca jugaIni 5 Metode Sunat di Indonesia, Bunda Pilih Mana?

Apa saja syarat melakukan sunat pada bayi?

1.Kondisi bayi sehat, termasuk kondisi organ vitalnya.

2.Kondisi bayi membutuhkan tindakan sunat segera, antara lain:

-Terjadi infeksi pada kelenjar organ vital.

-Bayi mengalami fimosis yang kerap memburuk.

-Terdapat jaringan parut pada kulit kepala penis (kulup)

3.Pada bayi prematur atau bayi yang lahir dengan masalah medis khusus akan memerlukan waktu lebih lama hingga dapat disunat, dan hal ini menjadi keputusan dokter setelah melakukan pemeriksaan.

Usia sunat juga ditentukan oleh kesiapan anak dan orang tua. | Shutterstock

Kenali Bahaya Fimosis

Fimosis merupakan kondisi kelainan penis yang terjadi karena kulit kepala penis (kulup) masih melekat pada kepala penis atau belum bisa ditarik ke belakang melewati kepala penis.

Fimosis merupakan kondisi bawaan sejak lahir. Pada beberapa kasus fimosis tidak membahayakan dan seiring usia bagian kulup akan merenggang sendirinya. Namun pada kondisi tertentu, fimosis membahayakan kesehatan anak sehingga harus segera disunat.

Yang perlu diperhatikan, hindari menarik paksa kulit kulup dengan kepala penis karena dapat menimbulkan luka, peradangan, bahkan parafimosis, yaitu kulup tersangkut dan tidak dapat kembali seperti semula. Kondisi ini berbahaya karena bisa menyumbat alirand arah ke penis dan harus segera ditangani secara medis.

Baca jugaBayi Mengalami Fimosis Harus Segera Disunat?

Selain itu, penis bayi juga harus dibersihkan teratur agar tidak terjadi penumpukan kotoran yang berasal dari keringat, sel kulit mati, dan sisa sabun pada bagian lipatan kulup.

Penumpukan kotoran bisa memicu peradangan yang ditandai dengan demam, bayi rewel, keluar cairan kental dari kulup, urine berdarah, sensasai terbakar saat buang air kecil, kemerahan dan pembengkakan pada penis. Jika kondisi fimosis memburuk seperti ini, segeralah periksakan ke dokter, Bun.

 

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Bunda yang akan melakukan sunat pada anaknya. Akan lebih baik lagi jika sebelumnya Bunda berkonsultasi pada dokter agar keputusan yang diambil lebih tepat.

 

Sumber:

https://kidshealth.org/en/parents/circumcision.html

At What Age Rage Should Children be Circumcised? https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4441785/

https://www.circumcision-london.co.uk/baby-circumcision/

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/umur-berapa-anak-disunat/

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi