A father holds his daughter’s hand for a short while, but he holds her heart forever.
Unknown

Touched Out, Rasa Tidak Nyaman saat Disentuh Pasangan

author
Ratih Sukma Pertiwi
Rabu, 24 Januari 2024 | 17:40 WIB
Saat mengalami touched out, perempuan merasa kehilangan otonomi tubuhnya. | Shutterstock

Seorang ibu curhat di medsos sedang berada dalam fase tidak nyaman disentuh suami. Pernahkah Bunda merasa seperti itu?

Bahkan sebegitu tidak nyamannya, Bunda bahkan sampai merasa takut dan ingin menghindari Ayah. Bunda juga merasa tidak ingin dipeluk, dicium, dan berhubungan intim dengan pasangan. Pernahkah demikian?

Ternyata kondisi tersebut dinamakan touched out. Kondisi touched out terjadi saat seorang perempuan merasa kelelahan karena terus-menerus dibutuhkan secara fisik oleh anak-anaknya, pekerjaannya, bahkan hewan peliharaannya. Akibatnya, perempuan mendapatkan stimuli sensorik sentuhan yang berlebihan setiap hari dan merasa kehilangan otonomi tubuhnya. Pada akhirnya, saat mengalami touched out, Bunda merasa tidak nyaman dengan sentuhan-sentuhan dari Ayah.

Linda Ojo, seorang psikiater mengatakan pada Today.com bahwa ungkapan “touched out” mengacu pada ketidaknyamanan yang luar biasa saat seorang perempuan menerima sentuhan fisik (misalnya dari pasangannya), setelah ia menerima sentuhan fisik sepanjang hari. Begitu buruknya perasaan ini sampai Linda mengibaratkan, “Rasanya, jika sampai ada satu orang lagi yang menyentuh Anda, Anda seperti ingin ‘keluar’ dari kulit Anda.”

Dipengaruhi Berbagai Faktor

Kondisi touched out berbeda dengan misalnya kelelahan bekerja atau mengurus rumah, Bun. Dalam kondisi touched out, rasa lelah karena terus-menerus tersentuh secara fisik memengaruhi lebih dari hanya mengurus rumah atau bekerja.

Masalahnya adalah bagaimana mungkin Bunda melarang anak-anak untuk “menempel” pada Bunda, kan? Apalagi jika usia anak-anak masih cukup kecil untuk bisa melakukan segala hal sendiri. Misalnya, bayi yang masih menyusu akan menempel pada ibu hampir sepanjang hari, sementara balita terus-menerus menggandeng tangan ibu, ingin selalu berpelukan dengan ibu, bahkan menangis saat hanya ditinggal ke kamar mandi.

Baca jugaTanda-Tanda Bunda Mengalami Parental Burnout

Tidak ada salahnya meminta bantuan saat diperlukan agar Bunda bisa beristirahat sejenak. | Shutterstock

Dikutip dari Parents.com, sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2028 menemukan bahwa orang tua hanya memiliki waktu 32 menit untuk diri mereka sendiri dalam sehari. Padahal, Bunda sejujurnya ingin sehari saja ketika tidak seorang pun menyentuh tubuh Bunda, baik anak-anak maupun pasangan. Namun di sisi lain, sentuhan ibu bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Ibu juga selalu dituntut untuk menunjukkan cinta kasih tanpa syarat pada anak-anaknya. Hal ini memang menjadi dilema bagi sebagian ibu.

Dr. Mary Kay Fleming, Ph.D, ahli pengembangan manusia, anak usia dini, dan pengasuhan anak dari Universitas Mount St. Joseph, Ohio menjelaskan bahwa fenomena touched out dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Misalnya, melihat kondisi perempuan masa kini yang harus menjalani berbagai peran, bukan hanya ibu rumah tangga namun juga bekerja. Faktor kemajuan teknologi juga membuat ibu harus merasa siap dihubungi 24 jam.

Pada akhirnya, tuntutan-tuntutan tersebut membuat ibu mudah merasa tertekan. Memang, tuntutan bukan hanya yang melibatkan sentuhan fisik dari anak maupun pasangan, namun tuntutan fisik itulah yang paling mudah dilihat dan dirasakan.  

Romantisme Pasangan

Tentu saja touched out berpengaruh pada hubungan romantis antara suami dan istri, yang pada akhirnya bisa memercik kesalahpahaman. Keterbukaan dan kepekaan pasangan sangat diperlukan di sini, termasuk kesadaran bahwa meskipun sudah menjadi orang tua atau pasangan, masing-masing berhak memiliki sebagian waktunya masing-masing.

Baca jugaGairah Seksual Meredup? Nyalakan Lagi Dengan 7 Hal Ini

Studi pada jurnal Sex and Reproductive Healthcare (2019) menemukan bahwa setelah memiliki anak, pasangan memiliki prioritas-prioritas baru yang mengubah bentuk keintiman mereka menjadi bukan hanya kehidupan seksual.

“Anda bisa mencintai anak atau pasangan, namun tetap menginginkan ruang untuk diri sendiri,” ungkap Saima Toppa, seorang psikoterapis yang berfokus pada kehamilan, kesuburan dan kesehatan mental ibu.

Touched out dapat terjadi karena perempuan mendapatkan stimuli sensorik berupa sentuhan berlebihan setiap hari. | Shutterstock

Bagaimana Mengatasi Touched Out?

Kabar baiknya, kondisi touched out dapat berangsur pulih, Bun. Kecuali terdapat kondisi psikologis dan medis lain yang tentu saja memerlukan bantuan tenaga profesional.

Jika Bunda sedang merasa dalam kondisi touched out atau mulai merasakan tanda-tanda ke arah sana, Dokter Fleming memberikan beberapa tips yang dapat dilakukan untuk memperkecil dampak touched out.

1.Istirahat

Dalam situasi touched out, istirahat bisa menjadi pengobatan terbaik. “Orang tua membutuhkan waktu untuk diri mereka sendiri dan waktu menyendiri untuk menyegarkan diri, memfokuskan diri kembali, dan mengisi energi untuk kembali beraktivitas, termasuk mengasuh anak-anak,” jelas Dokter Fleming.

Memang, hal ini belum tentu mudah dipraktikkan, terutama jika anak-anak masih terlalu kecil. Namun Bunda bisa meminta bantuan, misalnya dari pengasuh, orang tua, atau pasangan. Tidak ada salahnya sesekali meminta bantuan, Bun!

2.Berkomunikasi dengan pasangan

Saat merasakan gejala-gejala touched out, jangan ragu untuk memberi tahu suami. Tidak perlu malu pada pasangan, Bun. Semakin cepat suami tahu, semakin baik dan dapat memberikan bantuan pada Bunda.

Selain suami, anak-anak yang usianya sudah cukup besar juga dapat diajak bicara. Misalnya, menentukan kapan hari “me time” Bunda bergantian dengan Ayah, kapan harus menghabiskan waktu bersama anak-anak dan kapan Bunda bisa berlibur sendiri bersama teman-teman. Intinya, semua bisa dibicarakan agar saling mendukung.

Baca jugaRekomendasi Diffuser Ekonomis untuk Menemani Bunda Me Time

Bisa juga Bunda melakukan hal sederhana di sela mengasuh anak, seperti berjalan-jalan di taman atau ke gym selama 30 jam. Dengan begitu Bunda dapat "terkoneksi kembali dengan diri sendiri" dan "merasakan kekuatan diri sendiri".

3.Arahkan sentuhan pada selfcare

Sentuhan bukan hanya berfokus pada kebutuhan orang lain seperti mengurus anak. Namun, bisa juga sentuhan yang berfokus pada diri Bunda sendiri. Luangkanlah waktu untuk melakukan perawatan diri yang melibatkan sensorik sentuhan, misalnya pijat, creambath, manicure, dan pedicure.

Carolyn Wagner, seorang terapis di Wilmette Counseling Center, Chicago yang memiliki spesialisasi dalam kesehatan mental ibu mengatakan, “Mengarahkan sentuhan yang berfokus pada perawatan diri sendiri justru cara yang bagus untuk mengingatkan kita bahwa terhubung dengan orang lain itu hal yang baik.”

4.Stop ekspektasi berlebihan

“Jika kita mengharapkan diri kita memberikan upaya 100% sepanjang waktu dan menganggap apa pun yang kurang sebagai kegagalan, maka kita akan hancur. Tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi harapan tersebut,” Dokter Fleming memberikan peringatan.

Maka, bersikap baiklah pada diri sendiri karena Bunda sudah mampu melewati berbagai bentuk pencapaian.

5.Mengajarkan kemandirian

Saat anak sudah bisa mandiri tentu akan mengurangi ketergantungannya pada orang tua. Kemandirian pada anak dapat dilatih sedini mungkin, Bun. Tentunya disesuaikan dengan kemampuan si Kecil. 

Seorang ibu tunggal, Olivia Howell (38), berkisah pada Today.com bahwa ia sempat mengalami  touched out. Ia tidur bersama kedua putranya selama bertahun-tahun sehingga ia merasa tidak pernah memiliki ruang fisik sedetik pun untuk diri sendiri. Howell merasa sekian tahun tubuhnya bukan miliknya hingga kesehatan mentalnya pun terganggu.

Sampai pada suatu ketika Howell merasa sangat frustasi. Akhirnya ia meminta bantuan pada temannya yang adalah seorang spesialis gangguan tidur. Sang teman membantu Howell mengatur jadwal tidur anak-anaknya dan melatih agar mereka bisa tidur sendiri. “Hal itu mengubah hidup saya selamanya,” ungkap Howell.

Berkaca dari pengalaman Howell ataupun Bunda-Bunda yang pernah mengalami kondisi touched out, banyak yang bisa kita petik, Bun. Terpenting, memiliki komunikasi terbuka dan sehat dengan pasangan. Selain itu, ketahui batas kemampuan diri kita sendiri. Saat merasa sudah kelelahan, mintalah bantuan. Luangkan waktu untuk diri sendiri meski sebentar. Saat tubuh Bunda segar dan pikiran Bunda fokus, aktivitas sehari-hari termasuk mengasuh si Kecil akan terasa lebih menyenangkan dan Bunda terjauhi dari kondisi touched out. Semangat terus Bunda!

 

 

Sumber:

https://www.parents.com/parenting/moms/what-it-means-for-a-mom-to-feel-touched-out-how-to-cope/

https://www.today.com/parents/moms/touched-out-meaning-rcna105047

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi