
Pernikahan Asri Welas dan Galiech Ridha Rahardja yang sudah berjalan 17 tahun resmi berakhir pada Januari 2025. Perceraian ini bukan keputusan instan, melainkan akumulasi dari berbagai peristiwa, termasuk isu perselingkuhan yang dilakukan sang suami.
Dalam podcast Indy Barends, Asri buka-bukaan bahwa anak sulungnyalah yang pertama kali mengetahui perselingkuhan tersebut. Namun saat itu, Asri masih menyangkal kenyataan. “Aku masih denial,” ungkapnya, mengingat bagaimana awalnya ia berusaha menyelamatkan rumah tangganya.
Namun seiring waktu Asri mulai menguatkan dirinya sendiri, setelah si sulung Ibam merestui perpisahan kedua orang tuanya. Dukungan itu datang bukan dengan teriakan, tapi dari keberanian seorang anak yang ingin melihat ibunya kembali bahagia.
Baca juga: Michelle Obama Tegaskan, Parenting yang Baik Bukan Berarti Anggap Anak Jadi Teman
Hal ini jadi titik balik bagi Asri untuk berhenti menutupi luka dan mulai mengambil keputusan demi kebaikan bersama.
Tumbuh Dewasa Sebelum Waktunya
Di tengah masa sulit, justru Ibam menunjukkan kematangan yang tidak biasa. Ia mengambil tanggung jawab yang tidak diminta, demikian menurut Asri pada Indy Barends.
“Dia yang selalu ngecek pintu, periksa lampu. Dia jagain rumah,” kata Asri. Ibam menjadi penyeimbang emosi di rumah, bahkan ketika dirinya sendiri juga sedang terluka.
Ibam, yang bernama lengkap Rajwa Gilbram Ridha Rahardja, juga mengambil peran sebagai ayah kecil bagi kedua adiknya, Ibran dan Ibrar. Menurut sang ibu, Ibam mengayomi tanpa disuruh. Selain jadi figur pelindung, Ibam juga kerap menjadi penghubung komunikasi antara adik-adiknya dan sang ibu.
Saat suasana rumah masih berat karena konflik, kehadiran Ibam membuat Ibran dan Ibrar merasa tetap aman dan diperhatikan. Kepekaan ini tumbuh bukan karena perintah, tapi karena Ibam menyadari bahwa keluarganya butuh ketenangan.
“Dia yang ngasih tahu ke adik-adiknya, ngajarin sopan santun, bahkan sampai nemenin mereka main,” cerita Asri, yang lahir di Jakarta, 7 Maret 1979. Ia mengakui, ketegaran dan inisiatif Ibam tidak datang dari paksaan, tapi dari rasa tanggung jawab yang tumbuh secara alami.
Baca juga: Konsumsi Vitamin D saat Hamil Sangat Membantu Kecerdasan Anak
Menariknya, Ibam juga mulai menunjukkan semangat kemandirian secara finansial. Ia memutuskan untuk beternak lele sendiri di rumah. Menurut Asri, hal ini bukan semata soal uang, tapi lebih karena Ibam ingin belajar bertanggung jawab atas sesuatu yang ia mulai sendiri.
Di balik aktivitas sederhana itu, Ibam memperlihatkan pola pikir dewasa. Ia mulai mengerti bahwa tanggung jawab bukan sekadar menyelesaikan tugas, tapi juga merawat dan menjaga prosesnya.
Menurut Asri, inisiatif beternak lele itu muncul tanpa diminta, dan itu sebagai cara Ibam belajar menghadapi tantangan dengan tenang dan konsisten.
“Dia itu belajar tanggung jawab. Ternak lele itu dia rawat, dia kasih makan, dan dia pantau sendiri,” kata Asri bangga.
Selain ternak lele, Ibam juga beberapa kali mencari ide usaha kecil yang bisa dijalankan sendiri dari rumah. Asri menilai, pola pikir anaknya sudah menunjukkan kedewasaan dalam merespons situasi.
Ibam tidak hanya ingin membantu, tapi juga belajar membangun ketahanan pribadi. Di usianya yang baru 16 tahun, langkah-langkah kecil ini adalah cerminan dari keberanian menghadapi masa depan tanpa bergantung sepenuhnya pada orang tua.
Baca juga: Kopi Ternyata Sudah Lama Jadi Bahan Antiaging dalam Produk Skincare
Perceraian Bukan Penghalang Masa Depan Anak
Meski masih berusia 16 tahun, Ibam menunjukkan semangat besar untuk mandiri. Ia mulai belajar hal-hal baru yang bisa membuka jalan penghasilan, termasuk belajar rap bersama Saykoji.
Asri menyebut, semua itu dilakukan Ibam untuk menambah pengalaman dan peluang masuk kuliah lewat jalur prestasi.
Bagi Asri, perceraian bukanlah akhir dari segalanya, terutama bagi anak-anak. “Selama kita kasih stabilitas dan cinta, anak-anak tetap bisa tumbuh,” tuturnya.
Kisah Asri dan Ibam menunjukkan bahwa dalam badai rumah tangga, sering kali anak yang menjadi jangkar diam-diam. Ketika orang dewasa rapuh, kadang justru anak yang jadi fondasi. Sebuah pengingat bahwa keluarga tidak selalu harus sempurna, tapi harus saling menopang.
Sumber: Youtube @indybarends, Suara.com