When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

7 Mitos dan Fakta Seputar Alat Kontrasepsi IUD yang Perlu Bunda Ketahui

author
Ruth Sinambela
Senin, 9 Agustus 2021 | 08:00 WIB
| Shutterstock

 

Terkadang, memilih alat kontrasepsi untuk merencanakan kehamilan bisa jadi tantangan senndiri. Ada beberapa jenis alat kontrasepsi yang dapat dipilih, semuanya memiliki sisi positif dan negatif masing-masing. Salah satu alat kontrasepsi yang paling efektif kegunaannya, adalah IUD.

Mengutip halaman HaiBunda.com, dr. Tirsa Verani, SpOG dari Rumah Sakit Brawijaya Antasari di Jakarta mengungkapkan bahwa IUD merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang memiliki tingkat efektivitas cukup tinggi, mencapai angka 99 persen.

Selain itu, pemakaian IUD juga nyaman dan aman. Efektivitasnya juga mampu bertahan sekitar 5 tahun sejak pertama kali pemasangan dilakukan. Namun, tidak hanya hal positif yang banyak diketahui, IUD juga sering disebut-sebut memiliki ‘sisi negatif’. Namun nyatanya, semua hal negatif tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Yuk Bun, cari tahu lebih dalam mengenai “mitos” dari pemasangan IUD, dan seperti apa, sih, fakta yang sebenarnya?

 

Mitos 1: Pemasangan IUD itu sakit

Faktanya, rasa sakit adalah sesuatu yang sangat relatif dan kadarnya berbeda-beda pada tubuh tiap orang. Rasa nyaman memang mungkin dapat ditimbulkan saat pemasangan IUD, namun bukan berarti tidak dapat diminimalisir.

Masa terbaik yang dianjurkan untuk pemasangan IUD adalah saat pertama kali menstruasi setelah masa nifas pasca melahirkan. Saat itu, otot-otot rahim cenderung lebih lunak dan kondisi rahim sedikit lebih terbuka. Alat IUD juga relatif kecil, hanya sekitar 3cm sehingga pemasangannya juga membutuhkan waktu relatif cepat. Namun kapan pun Bunda siap tidak perlu menunggu menstruasi.

Hal terpenting yang perlu jadi pertimbangan Bunda adalah memilih dokter/bidan yang sudah dipercaya sehingga lebih rileks saat pemasangan IUD.

 

Mitos 2: IUD mengganggu produksi ASI

Faktanya, ada IUD yang tidak mengandung hormon sehingga tidak akan mengganggu produksi ASI. Untuk IUD yang mengandung hormone progesteron sekalipun, produksi ASI juga tidak akan  terganggu kok Bun. Jika Bunda kurang yakin, diskusikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan mengenai produksi ASI terkait pemasangan IUD.

 

Baca juga: Ingin Menunda Kehamilan? Ketahui dulu Berbagai Macam KB Berikut Ini!

 

Mitos 3: IUD bisa berpindah tempat

Faktanya, memang IUD dapat sedikit bergeser atau miring dari posisi semula di dalam rahim. Namun kemungkinan ini sangat kecil dan perpindahan letaknya pun akan sangat sedikit. Penyebabnya adalah tekanan otot rahim dan merupakan hal yang normal. Untuk memastikan letak IUD masih di posisi yang tepat, Bunda bisa mengunjungi dan berkonsultasi dengan dokter kandungan minimal 6 bulan atau setahun sekali.

 

| Shutterstock

 

Mitos 4: IUD bisa berkarat atau lengket di dalam rahim

Faktanya, hal ini tidak dapat terjadi karena selain alat IUD dibuat dengan bahan khusus yang aman untuk tubuh manusia, jika digunakan dalam rentang waktu yang ditentukan, penggunaannya relatif aman dan tidak menimbulkan keluhan kesehatan.

 

Baca juga: Kata Dokter: Menyusui Bisa Menjadi Alat Kontrasepsi Alami, Asal....

 

Mitos 5: Tidak bisa dilepas sebelum masa penggunaannya habis

Faktanya, hal ini tidaklah benar. IUD dapat segera dilepas sesuai dengan keinginan pengguna meski belum berakhir masa penggunaannya. Umumnya, IUD yang ada saat ini memiliki masa penggunaan 5 tahun. Setelah 5 tahun, IUD harus dilepas atau diganti dengan yang baru jika ingin dilanjutkan penggunaannya.

Kabar baiknya, jika Bunda ingin menghentikan penggunaan IUD, kesuburan Bunda akan langsung kembali tanpa gangguan dan tak perlu menunggu lama.

 

| Shutterstock

 

Mitos 6: IUD memengaruhi siklus haid

Faktanya, anggapan yang satu ini bukan sepenuhnya mitos. Namun perlu diketahui bahwa siklus haid yang berubah jadi lebih banyak atau lebih lama, merupakan hal normal yang tidak berbahaya. Apa agi di masa awal pemakaian IUD, tubuh Bunda sedang bereaksi dan beradaptasi dengan adanya alat IUD baru. Dan bersamaan dengan berjalannya waktu, kondisi ini akan semakin membaik hingga tidak perlu ditakutkan.

 

Mitos 7: IUD membuat hubungan intim tidak nyaman

Faktanya, hal ini bukan sepenuhnya mitos. Namun, rasa tidak nyaman yang ditimbulkan masih dalam batas wajar yang mampu ditoleransi. Adapun penyebab rasa kurang nyaman ini berkaitan dengan panjang pendek benang yang dipakai dalam IUD. Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk menyesuaikan panjang benang sehingga dapat meminimalisir rasa tidak nyaman tersebut.

 

Meski disebut dapat mencegah kehamilan hingga 99 persen, tentu saja masih ada kemungkinan Bunda hamil meski telah memasang IUD. Konsultasikan dengan dokter kandungan dan pasangan sebelum memutuskan penggunaan IUD ya, Bun!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi