When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Stunting dan Pendek Ternyata Berbeda, Yuk Cari Tau Apa Perbedaannya

author
Ruth Sinambela
Senin, 8 November 2021 | 11:10 WIB
Stunting Dapat Dirubah Menjadi Stunted Apabila Diketahui Lebih Dini Yaitu Sebelum Anak Berusia 2 Tahun | Shutterstock

Belakangan topik mengenai stunting makin sering diperbincangkan dan menarik perhatian orang tua, juga pemerhati kesehatan anak. Edukasi pun makin gencar dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta, guru, dokter, dan ahli lain di bidangnya.

Ketika mendengar kata stunting, yang langsung terbayang di benak Bunda dan masyarakat umum pastilah kondisi kesehatan pada tumbuh kembang anak yang mengakibatkan tubuh anak pendek. Namun, apakah semua anak yang tubuhnya pendek berarti mengalami stunting? Jawabannya adalah tidak. 

Baca Juga: Ini Lho, Tanda Tumbuh Kembang Anak Yang Sehat

Stunting seringkali terlambat disadari

Walau terdengar mirip, dan kondisi yang terjadi pada anak pun kelihatan sama, namun stunting dan stunted memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Stunting (gagal tumbuh) merupakan kondisi kesehatan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi di 1000 hari pertama kehidupannya, yakni saat masih di dalam kandungan. Hal ini menyebabkan pertumbuhan otak dan organ anak terganggu, juga lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung. Kondisi Kesehatan ini dapat berefek panjang hingga anak dewasa. Namun, stunting pada anak seringkali terlambat disadari, padahal apabila disadari lebih cepat yaitu sebelum anak berusia 2 tahun, ada kemungkinan anak dengan kondisi tubuh pendek, bisa mendapat perawatan untuk mencegahnya mengalami stunting. Namun yang kebanyakan terjadi, orang tua baru menyadari anaknya mengalami stunting saat anak mulai besar, ketika terlihat perbedaan tinggi yang mencolok saat anak bergaul dengan teman seusianya.

Baca Juga: Pentingnya Nutrisi dan Stimulasi Bagi Tumbuh Kembang Anak

Selain tubuh pendek, penurunan berat badan dan penurunan fungsi kognitif juga menjadi ciri-ciri anak mengalami stunting. Karena selain gangguan pertumbuhan, pada stunting kemampuan kognitif anak juga lebih terlambat daripada anak seusianya. Menurut para ahli, anak dengan kondisi stunting hanya dapat bersekolah hingga kelas IX atau 3 SMP, karena berisiko memiliki IQ dibawah 90.

Stunting Pada Anak Disebabkan Oleh Kekurangan Nutrisi Sejak di Dalam Kandungan | unicef.org

Stunted

Walaupun tidak selalu disebabkan oleh genetika atau keturunan, namun hal tersebut memang sering terjadi pada anak yang tubuhnya lebih pendek (stunted). Meskipun begitu, anak dengan tubuh pendek masih dapat bertambah tinggi, dan menyusul tinggi teman-temannya seiring bertambahnya usia mereka. Nutrisi-nutrisi yang diberikan juga dapat berpengaruh baik untuk menambah tinggi badannya. Yang terpenting adalah pada anak dengan tubuh pendek, mereka tidak mengalami gangguan perkembangan otak maupun organ-organ lainnya. Kemampuan kognitif atau kecerdasan mereka akan berkembang dengan normal seperti pada anak lainnya.

Untuk mengetahui apakah anak termasuk kategori pendek, dapat diukur dengan standar baku WHO Multicentre Growth Reference Study tahun 2006. Yaitu anak dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) kurang dari yang telah ditetapkan sesuai kategori umurnya.

Baca Juga: Kenali Gejala Kekurangan Nutrisi Pada Anak

Stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh pendek. Namun stunting dan pendek adalah kondisi kesehatan yang berbeda, sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Stunting bisa dicegah apabila orangtua menyadari pentingnya asupan gizi untuk anak sejak awal kehamilan hingga masa pertumbuhan. Selain itu, merencanakan kehamilan dan pernikahan juga merupakan salah satu cara untuk mencegah stunting pada anak di masa depan.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela