There is no such thing as a perfect parent. So just be a real one.
Sue Atkins

Di Balik Gentle Parenting, Ada Lelah yang Tak Pernah Terbanding

author
K Ghaluk Verrell Widiatmoko
Senin, 14 Juli 2025 | 18:17 WIB
Metode gentle parenting membutuhkan dukungan dari pasangan untuk meringankan kelelahan dan beban mental para ibu. | SHUTTERSTOCK/METAMORWORKS

Pola asuh gentle parenting belakangan ini makin populer di kalangan orang tua muda. Mengedepankan komunikasi yang hangat, berempati, dan dekat secara emosional antara orang tua dan anak, gentle parenting sering kali dianggap sebagai pendekatan orang tua yang ideal untuk membesarkan anak.

Namun di balik semua itu, tak sedikit orang tua yang justru memendam kelelahan fisik dan emosional akibat tuntutan untuk selalu pengertian dan sabar.

Dalam artikel Alodokter, dijelaskan bahwa gentle parenting menekankan interaksi yang lembut dan bebas kekerasan, tanpa ancaman ataupun hukuman. Meskipun terlihat tenang dan penuh kasih, penerapan pola ini bukan hal yang mudah.

Baca juga: Mommy N Me 2025 Sukses Menjadi Surga Belanja dan Edukasi untuk Keluarga

Orang tua dituntut untuk terus hadir secara emosional, bahkan ketika mereka sendiri sedang berada dalam kondisi lelah atau stres. Studi dari jurnal PLOS ONE juga menyebut bahwa regulasi emosi orang tua sangat menentukan keberhasilan gentle parenting. Namun, justru hal inilah yang bisa memicu tekanan mental berkepanjangan kalau nggak diimbangi dengan dukungan orang terdekat.

Lalu, kalau pengasuhan positif terdengar seindah itu, mengapa justru banyak orang tua merasa makin kelelahan? Jawabannya ada pada satu hal yang masih jarang diperhatikan, yaitu kenyataan bahwa menjadi orang tua yang selalu sabar bukan hanya membutuhkan cinta, tetapi juga energi yang tak ada habisnya.

Sabar itu Nggak Selalu Mudah

Di jagat digital, sering kali muncul video gentle parenting yang terlihat penuh kasih sayang. Anak sedang rewel atau tantrum, direspons dengan pelukan. Anak ngambek, didekati pelan-pelan. Tapi realitanya? Nggak semulus itu, Bunda.

Pengasuhan dengan lembut bukan cuma soal berbicara lembut tanpa marah-marah. Pola asuh ini mengajak orang tua untuk selalu hadir secara emosional, kapan pun anak membutuhkan, bahkan saat Bunda sendiri sedang ingin istirahat sebentar karena kelelahan. Ini bukan hal sepele, karena kunci dari gentle parenting justru ada pada kemampuan ibu mengatur emosinya terlebih dahulu.

Masalahnya, nggak semua ibu punya ruang untuk itu. Ada yang masih bekerja dan harus tetap mengurus rumah, ada yang juga harus merawat orang tua, belum lagi urusan lain yang juga menguras energi. Nggak heran kalau akhirnya banyak ibu merasa lelah, tapi nggak tahu harus mengeluh ke siapa.

Lebih sedihnya lagi, rasa lelah itu sering kali disimpan sendiri. Soalnya, gentle parenting sudah terlanjur dilekatkan dengan citra orang tua yang ideal. Jadi, begitu ada sedikit keluhan, langsung muncul rasa bersalah. Padahal, merasa lelah bukan berarti gagal. Justru itu bukti kalau Bunda kadang lupa menyisakan sedikit ruang untuk diri sendiri.

Baca juga: Punya Jaket UV? Yuk Cek Cara Merawatnya!

Tekanan Jadi Bunda Ideal

Bunda pasti pernah membaca komentar di media sosial seperti, “Harusnya sabar dong, kamu kan ibunya.” Atau yang lebih nyebelin lagi, “Kok anaknya rewel, sih? Katanya gentle parenting?” Komentar-komentar kayak gini tuh kecil, tapi dampaknya bisa nyelekit banget buat orangtua yang relate.

Masalahnya, warganet sering keliru menangkap makna pengasuhan positif ini. Banyak yang menganggap untuk menerapkan pola asuh ini harus siap dengan pelukan, serta suara yang lembut dan penuh kesabaran.

Jadi begitu Bunda emosi atau mengeluh capek, langsung dianggap gagal. Padahal gentle parenting bukan soal tampil sempurna, tapi soal konsistensi membangun koneksi, dan itu susah banget kalau Bunda sendiri lagi kelelahan.

Yang lebih menyedihkan, tekanan ini bikin Bunda jadi sulit bersikap jujur atas perasaan sendiri. Nggak berani bilang lelah atau sedang overwhelmed karena takut dicap lebay atau takut dibanding-bandingkan. Padahal, semua orang tua pasti pernah merasa lelah, dan itu wajar banget.

Cara Bertahan dan Tetap Happy

Meskipun indah dan penuh kasih sayang, tapi pengasuhan penuh kasih juga nggak gampang. Satu hal yang perlu diingat adalah tidak ada orangtua yang sempurna tanpa anak yang mau diajak terus belajar dan berusaha menjadi yang lebih baik.

Agar Bunda bisa bertahan dan tetap happy saat menjalani gentle parenting, coba deh beberapa cara sederhana ini:

Baca juga: Rutin Mandi tapi Masih Bau Badan? Yuk Cek Penyebabnya!

Ambil Jeda untuk Diri Sendiri
Luangkan waktu sejenak buat diri sendiri, walau cuma 10 menit tanpa distraksi. Bisa sekadar ngopi, mandi lebih lama, atau sekadar rebahan tanpa rasa bersalah. Bunda yang mampu me-recharge diri itu investasi buat anak juga.

Kenali dan Kelola Emosi sebelum Merespons Anak
Gentle parenting bukan soal menahan marah, tapi sadar emosi sendiri sebelum merespons anak. Bunda perlu belajar mengenali rasa capek, jenuh, atau frustrasi supaya nggak meledak.

Bangun Dukungan dari Orang Terdekat
Entah itu dengan pasangan, teman curhat, atau komunitas ibu-ibu, berbagi cerita bisa bikin beban terasa lebih ringan. Parenting itu kerja tim, bukan ujian individu.

Terima dan Hargai Perasaan Diri Sendiri
Capek dan marah itu manusiawi. Jangan buru-buru merasa gagal. Anak justru belajar dari orang tua yang jujur mengakui emosi dan tetap berusaha hadir.

Utamakan Kehadiran Dibandingkan Kesempurnaan

Nggak apa-apa kalau kadang Bunda nggak 100% hadir. Yang penting Bunda tetap mencoba hadir dengan tulus. Anak nggak butuh ibu sempurna, tapi yang terus belajar dan sayang diri sendiri juga.

Gentle parenting ngajarin kita untuk bersikap lembut ke anak, tapi jangan lupa, kelembutan itu juga penting buat diri sendiri. Nggak harus selalu kuat atau sempurna, yang penting Bunda hadir dengan hati. Nggak apa-apa juga kalau hari ini terasa berat. Ambil napas, beri jeda, dan peluk diri sendiri.

Sumber: Jurnal PLOSOne, Alodokter, Detik

Penulis K Ghaluk Verrell Widiatmoko
Editor Dini Adica