A father holds his daughter’s hand for a short while, but he holds her heart forever.
Unknown

Support System Bukan Tanda Kelemahan, Justru Penting agar Karir dan Keluarga Seimbang

author
K Ghaluk Verrell Widiatmoko
Selasa, 19 Agustus 2025 | 13:56 WIB
Untuk menyeimbangkan karir dan keluarga, ibu bekerja tidak usah ragu untuk meminta bantuan pada pasangan atau anggota keluarga lain. | Kanya.id/Made with Google AI

Kerja di kantor dari pukul 09.00 sampai pukul 17.00, setelah itu langsung berubah menjadi chef, guru les, sekaligus manajer rumah tangga. Rasanya seperti menjalani dua pekerjaan penuh waktu tanpa jeda. Wajar kalau Bunda merasa lelah, kewalahan, bahkan kadang kehilangan semangat.

Lalu, bagaimana cara agar tetap waras dan bahagia di tengah tekanan ini? Yuk, simak tips untuk membantu menyeimbangkan karir dan keluarga Bunda.

1. Jangan Ragu Minta Bantuan

Penelitian yang dimuat di International Journal of Education and Family Management (2023) menemukan, dukungan keluarga berpengaruh besar dalam menjaga keseimbangan kerja-rumah. Support system yang kokoh membuat Bunda lebih kuat menghadapi tekanan dan menjaga kesehatan mental.

Baca juga: Anak Tak Sengaja Melihat Orang Tua Selingkuh, Apa yang Sebaiknya Dilakukan Ayah dan Bunda?

Meminta tolong bukan tanda kelemahan, tapi strategi bijak. Bunda bisa mendelegasikan pekerjaan rumah kepada pasangan, anggota keluarga, atau bahkan menggunakan jasa pihak ketiga seperti layanan antar makanan atau laundry.

Jika anak sudah cukup besar, libatkan mereka untuk membantu sesuai usia, misalnya membereskan mainan atau menata meja makan. Women In Tech Day mencatat, ibu bekerja yang pandai mendelegasikan tugas lebih jarang mengalami kelelahan mental, karena punya waktu bernapas dan fokus pada prioritas utama.

2. Pisahkan Waktu dan Tempat Kerja dengan Rumah

Ketika bekerja dari rumah atau membawa pekerjaan dari kantor ke rumah, batas waktu dan ruang sering kabur. Akibatnya, fokus terpecah dan waktu bersama keluarga terganggu.

Cobalah membuat aturan sederhana ini:
• Hindari bekerja di kamar tidur atau ruang keluarga.
• Matikan notifikasi pekerjaan setelah jam kerja selesai.
• Gunakan meja kerja khusus agar otak punya sinyal kapan harus fokus, kapan harus istirahat.

Riset Durham University (2024) menunjukkan, ibu yang bisa memisahkan waktu dan ruang kerja saat di rumah memiliki performa lebih baik, dan waktu berkualitas bersama anak lebih optimal.

3. Sisihkan Waktu untuk Me-Time

Di tengah kesibukan, jangan lupa menyediakan waktu untuk me time, walau hanya 15–30 menit sehari. Gunakan untuk aktivitas yang membuat Bunda rileks, membaca buku, berolahraga ringan, atau sekadar minum teh hangat sambil buka Instagram.

Data dari Journal IJEFM menegaskan, waktu re-charge seperti ini berperan penting dalam proses untuk menyeimbangkan karir dan keluarga. Bunda akan kembali lebih segar, sabar, dan produktif setelah memberi ruang untuk diri sendiri.

Baca juga:  LIBAMAK, Cara Ibu-Ibu tetap Self-care di Tengah Rutinitas

4. Terima Diri dan Fokus pada Hal yang Bisa Dicapai

Tidak semua hal harus sempurna, dan itu tidak masalah. Alih-alih menekan diri menyelesaikan semua dalam satu waktu, fokuslah pada prioritas harian. Rayakan pencapaian kecil, seperti saat berhasil menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, atau bisa makan malam bersama keluarga.

Hindari berpikir harus selalu menjadi “ibu yang sempurna”. Women In Tech Day mengingatkan, fleksibilitas dan realisme adalah kunci menjaga kesehatan mental di tengah tuntutan.

Menjadi ibu bekerja bukan berarti harus selalu kuat tanpa jeda. Ini soal mengenali batas diri, membangun kerja sama dengan keluarga, dan mencintai diri sendiri.

Di tengah tuntutan rumah dan kantor, Bunda tetap berhak bahagia, istirahat, dan merasa cukup. Karena ibu yang sehat dan bahagia, adalah fondasi keluarga yang kuat. Semangat!

Sumber: IJEFM.co.in, Womenintechday.org, Durham.co.uk

Penulis K Ghaluk Verrell Widiatmoko
Editor Dini Adica