
Sebagai orang tua, kita pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Kita dorong mereka supaya tumbuh, belajar, dan berkembang. Tetapi sering kali, saat sedang stres atau kesal, ada kata-kata yang keluar begitu saja tanpa kita pikirkan lebih dulu. Padahal, kata-kata yang keluar spontan karena desakan rasa kecewa itu bisa melukai hati anak.
Setidaknya, ada lima kalimat yang cukup sering dipakai orang tua tanpa sadar, tapi dampaknya bisa membuat anak tidak percaya diri.
1. “Kenapa Sih, Adek Penakut Banget? Nggak Seperti Kakak!”
Niatnya sih, supaya anak termotivasi dengan memberikan contoh yang dilakukan teman atau saudaranya. Tetapi kenyataannya, membandingkan anak justru bikin mereka kecewa.
Baca juga: Berapa Beda Usia Ideal antara Suami-Istri agar Hubungan Lebih Awet?
Banyak penelitian menunjukkan kalau membanding-bandingkan anak seperti ini bisa menumbuhkan rasa iri, persaingan yang nggak sehat, bahkan perasaan bahwa dirinya nggak cukup baik. Hal ini bisa menggerus kepercayaan dirinya.
Alih-alih membandingkan, lebih baik fokus ke kelebihan anak. Misalnya dengan bilang, “Wah, tadi Adek cuci piring sendiri ya? Terima kasih ya, Dek. Bunda jadi kebantu banget.”
2. “Sudah Jangan Cengeng. Gitu Aja Nangis!”
Bunda mungkin mengucapkan kata-kata tersebut untuk meredakan situasi yang “panas”. Padahal, dampaknya bisa bikin anak kesulitan mengelola emosi di kemudian hari. Kalau perasaan mereka terus-menerus dianggap berlebihan, anak bisa merasa bahwa apa yang dia rasakan itu salah, lemah, atau memalukan.
Supaya anak lebih percaya diri mengekspresikan perasaan, coba validasi dengan empati. Contohnya, “Kakak kelihatannya kesel banget. Kakak mau cerita sama Bunda, apa masalahnya?”
3. “Kamu Nggak Bakalan Berhasil Kalau Terus-terusan Begitu.”
Orang tua biasanya mengatakan hal ini untuk mengingatkan risiko atas perbuatan anak yang keliru. Tapi buat anak, kalimat ini terkesan seperti vonis: “Aku memang gagal.” Karena anak tidak percaya diri, akhirnya mereka jadi takut mencoba dan berusaha. Padahal, belajar dari kesalahan adalah kunci untuk tumbuh.
Baca juga: 4 Fakta Lemon Yuzu, Buah Langka yang Bisa Meminimalisasi Rasa Stres
Lebih baik arahkan dengan bahasa positif, misalnya, “Gimana kalau kita coba cara lain? Hasilnya mungkin akan lebih bagus, Kak.”
4. “Yaaah… Kamu Nggak Menang? Bunda Pikir Kamu Bisa Juara Satu!”
Menaruh harapan tertentu pada anak adalah hal yang wajar. Namun ketika kecewa, jangan sampai langsung diungkapkan tanpa dipikir lebih dulu. Mengungkapkan kekecewaan tanpa memberi dukungan akan membuat anak merasa tidak mampu dan tidak berguna.
Hal itu juga bisa memberi dampak negatif pada kesehatan mentalnya, seperti meningkatkan kecemasan dan depresi, menurunkan kemampuannya mengelola dirinya, dan jadi cenderung menyalahkan diri sendiri dan rasa bersalah.
Kurangnya dukungan ini, apalagi kalau ditambah dengan kritik, juga menyulitkan anak untuk mengembangkan ketahanan dirinya, coping skills atau kemampuannya mengelola stres atau kesulitan, juga konsep diri yang sehat.
5. “Malas Banget Sih, Kamu? Pantesan Kamu Kalah Terus!”
Memberi label negatif pada anak bisa merusak citra diri dan motivasinya, sehingga anak sulit mengembangkan etos kerja dan rasa tanggung jawab yang kuat.
Baca juga: Minyak Zaitun Ternyata Bagus buat Melembapkan Kulit! Cek Juga Manfaat Lain dan Risikonya
Anak-anak akan merasa rendah diri, dan menumbuhkan persepsi diri yang negatif, yang membuat mereka percaya bahwa label tersebut memang benar dan tidak bisa diubah.
Hal ini juga bisa tertanam dalam dirinya, sehingga anak memanifestasi label negatif itu untuk mendapatkan perhatian.
Fokus pada Perkembangan
Bun, kata-kata itu punya kekuatan besar lho, apalagi kalau datang dari orang tua. Kalimat-kalimat seperti membanding-bandingkan, menyepelekan emosi, atau memberi peringatan absolut bisa tanpa sengaja membentuk cara anak melihat dirinya. Kalau sering diulang, hal itu bisa membuat anak tidak percaya diri seterusnya.
Mengasuh anak itu, sekeras apa pun Bunda berusaha, hasilnya nggak akan pernah sempurna. Kuncinya adalah menerima segala kekurangan anak, dan fokus pada cinta dan usaha yang Bunda curahkan pada mereka.
Yuk, mulai sekarang lebih hati-hati saat memilih kata!
Sumber: Times of India, Psychology Today